...***Mulai...
...Selasa, 02 Juni 2023...
...Jam : 16.25***...
Brum
Bruumm
Suara motor yang digeber-geber itu cukup membuat orang-orang terganggu, apalagi sekarang tengah malam, sungguh mereka ingin sekali mengumpat kearah sang pengendara yang tidak lain adalah Rian.
Rian memutuskan untuk pulang setelah dirinya bertemu dengan Irina dan entah apa yang ada didalam pikirannya sekarang, hanya dia dan Tuhan yang tahu isi pikirannya itu.
Rian langsung mematikan mesin motornya, dia tidak mungkin menggebernya kan, yang ada nanti ayahnya bangun dan memarahinya kembali, sungguh dirinya terlalu malas jika harus berdebat lagi dengan sang ayah.
Cklek
Cklek
Suara pintu gerbang yang dibuka dan ditutup kembali tidak membuatnya terganggu, Rian mendorong motornya untuk memasuki garasi , setelah sampai digarasi dia langsung beranjak pergi dan berjalan menuju kearah pintu rumahnya.
Cklek
" Syukurlah tidak dikunci." gumamnya.
Cklek
Tak
Setelah menutup pintu dan menguncinya Rian memutuskan untuk langsung pergi menuju kearah kamarnya, dia menaiki satu persatu anak tangga, sehingga sampailah dia dianak tangga terakhir dan sedikit berjalan menuju kearah kamar miliknya.
Rian langsung merogoh saku celananya untuk mengambil kunci kamar miliknya dan setelah mendapatkannya dia langsung memasukan kunci itu kedalam lubang kunci pintu kamar miliknya.
Klek
Setelah terbuka dirinya memutuskan untuk memasuki kamarnya itu tidak lupa dia juga menutup pintu kamarnya kembali, tapi dia tidak mengunci kamarnya lagi, karena dia takut ibu nya akan kesusahan untuk membangunkan dirinya.
" Hah." Rian langsung menghela napasnya lelah, lelaki itu bahkan langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur miliknya.
" Apa jam tangan itu akan aman diatas sana." ujarnya sembari menatap kearah lemari miliknya.
" Semoga saja aman dan gadis itu tidak kepo lagi." sambungnya.
Rian pun memutuskan untuk tidur, karena sekarang dirinya sudah mulai mengantuk tapi sebelum itu dirinya memasang alarm dulu, ya siapa tau dirinya bisa bangun lebih dahulu dan berangkat kesekolah duluan, karena sungguh dirinya terlalu malas untuk bertemu dengan ayahnya.
Rian terlalu takut dirinya akan kelepasan dan berakhir dengan dirinya yang akan kewalahan, karena bagaimanapun juga ayahnya itu cukup menyeramkan jika marah, dirinya bahkan suka menciut, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa dia selalu berusaha untuk tidak takut dengan ayahnya itu
Pada akhirnya mata itu kini mulai tertutup dan bahkan kini dirinya mulai terlelap dalam tidurnya, mungkin dirinya terlalu lelah, lelah pikiran dan juga lelah hati.
Pagi ini Rian benar-benar bangun terlebih dahulu bahkan anak itu sempat berpamitan kepada sang ibu untuk berangkat kesekolah terlebih dahulu, tapi saat ditanya kenapa, dirinya tidak sempat menjawab, karena terlalu terburu-buru, bahkan saat ibunya menanyakan hal itu dirinya sudah berada didepan pintu sedang memasang sepatunya.
Rian langsung menghampiri sepeda motor miliknya dan mulai menjalankannya dan meninggalkan halaman rumah miliknya.
Hanya membutuhkan waktu beberapa menit untuk nya sampai kesekolah nya, bahkan disekolah tampak masih sepi, tapi dirinya tidak terlalu perduli sama sekali.
Rian langsung turun dari motornya dan mulai berjalan menuju kearah kelasnya yang ada dilantai tiga, dia menelusuri koridor sekolah dengan santainya, karena dirinya sedang menikmati ketenangan yang dirinya dapati, bahkan dirinya berpapasan dengan Suryo dan juga Tasya.
Sesampainya di kelas dirinya langsung menelungkup kan tangannya dan menaruh kepalanya disana, bahkan dirinya sempat tertidur sampai bel sekolah berbunyi.
" Rian bangun, sudah bel masuk sebentar lagi guru masuk." ujar seseorang dan berusaha membangunkannya dan beruntungnya orang itu berhasil membangunkannya bertepatan dengan guru yang masuk kedalam kelas mereka.
" __N."
" ___An."
"__Ian."
"Rian-Rian, hei Rian ." panggilan seseorang mengagetkan nya dan menyadarkannya dari lamunan miliknya.
" Ah ya ada apa." ujarnya linglung.
" Kau melamun lagi." tanya orang itu yang ternyata Toni.
" Eh tidak." balasnya.
" Tidak apanya, sejak tadi aku memanggilmu tapi kau tidak menyahut sama sekali." ujar Toni yang membuat Rian tersenyum kaku.
" Begitu kah." Rian.
" Iya." balas Toni apa adanya.
" Tapi kenapa kau memanggil ku." tanya Rian bingung, seperti nya anak itu tidak sadar bahwa bel pulang sudah berbunyi sejak tadi, ya mungkin dirinya terlalu larut dalam lamunannya.
" Wah kau ini benar-benar tidak sadar ya." ujar Toni tidak habis pikir.
" Sebenarnya apa yang kau lamunkan, sampai-sampai kau tidak mendengar bel pulang berbunyi, begitu juga dengan panggilan ku." sambung nya yang membuat Rian melotot kaget.
" Bel pulang." beo nya.
" Iya bel pulang, sudah berbunyi beberapa menit yang lalu." sahut Toni.
" Kau tidak berniat untuk pulang kah?" tanya Toni.
" Tentu saja pulang." balas Rian yang membuat Toni mengangguk mengerti.
" Kalau begitu ayo pergi keparkiran bersama ku, aku juga akan pulang." ujarnya.
" Ayo." balas Rian sembari beranjak dari duduknya.
Keduanya pun berjalan keluar kelas mereka dan berjalan beriringan menuju keparkiran sekolah yang lumayan jauh dari tempat mereka berada.
" Sepertinya aku harus demo sama sekolah." ujar Toni tiba-tiba yang membuat Rian menatapnya dengan bingung.
" Demo, untuk apa?" tanyanya heran.
" Tentu saja untuk protes." balas Toni.
" Memangnya apa yang akan kau proteskan kepada sekolah." Rian.
" Kelas kita lah." Toni.
" Kelas kita?"
" Memangnya kenapa dengan kelas kita, kurasa tidak ada kerusakan sama sekali dikelas kita." sambungnya bingung.
Sungguh Rian tidak mengerti dengan apa yang Toni katakan kepadanya dan apa yang perlu didemokan oleh anak itu, sedangkan pasilitas sekolah mereka sudah terpenuhi semua, bukan kah itu cukup membingungkan.
" Biar kelas kita di pindahkan kelantai bawah, kau tau ini sangat melelahkan jika setiap hari kita harus berjalan menaik turuni tangga." balas Toni panjang lebar.
" Ah posisi kelas, ku pikir apa." ujar Rian.
" Memang nya apa yang ada dalam pikiran mu, saat kau mendengar kata demo." tanya Toni heran.
" Ya siapa tau kau berniat demo karena kurang pasilitas, padahal kan pasilitas kita sudah lengkap semuanya." balas Rian.
Toni langsung berdeham sebentar setelah mendengar jawaban Rian yang tidak pernah dirinya pikirkan, bahwa anak itu akan berpikir kearah sana.
" Ekhemm__ kalau itu aku sudah tahu." ujarnya.
" Tapi sungguh ini melelahkan." sambungnya.
" Kalau begitu kau menjadi ketua OSIS saja." ujar Rian tidak nyambung.
" Apa hubungannya dengan menjadi ketua OSIS." tanya Toni heran.
" Biar kau bisa mengajukan pendapat kesekolah untuk menyediakan life." balasnya yang mampu membuat Toni kembali terkejut dengan pemikiran nya.
" Wah pemikiran mu benar-benar diluar dugaan semua." ujarnya.
" Hmm__ aku hanya mengeluarkan apa yang ada dalam pikiran ku saja." balas Rian.
" Tapi idemu cukup bagus juga, kenapa tidak kau saja yang menjadi ketua OSIS." Toni.
" Aku tidak tertarik dengan hal seperti itu." Rian.
" Kenapa?" tanya Toni penasaran.
" Itu terlalu merepotkan dan juga melelahkan." balasnya yang langsung diangguki kepala oleh Toni, tanda bahwa lelaki itu mengerti dengan apa yang dirinya katakan.
" Kita sudah sampai." ujarnya.
" Aku duluan." sambungnya sembari memakai helm motor miliknya.
" Hati-hati." balas Rian yang langsung diberi acungan jempol oleh Toni, setelah nya anak itu pergi meninggalkan Rian seorang diri di parkiran sekolah.
Rian pun memutuskan untuk pulang kerumah, karena dirinya tidak mungkin diam saja diparkiran sekolah sampai malam kan, jadi diapun menaiki motor kesayangannya itu, tidak lupa dia juga memakai helm nya terlebih dahulu, sebelum menyalakan mesin motornya dan menjalankannya meninggalkan halaman sekolah.
...***Selesai...
...Jum'at, 02 Juni 2023...
...Jam : 21.35...
...Dipublikasikan : Jum'at, 02 Juni 2023...
...Jam : 21.38***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments