...Jumat, 19 Mei 2023...
...Jam: 21.35...
Kiara masih berada di taman belakang sekolah bersama dengan seseorang. Keduanya kini sedang terdiam dengan pikirannya masing-masing.
"Aku pergi dulu," ujar orang itu setelah cukup lama terdiam sehingga membuat Kiara menatap ke arahnya.
"Baiklah, aku juga harus pergi. Kurasa polisi sudah membawa jasad gadis itu," balas Kiara.
Setelah mendengar jawaban Kiara, orang itu langsung beranjak dari duduknya dan berjalan menjauhi Kiara yang masih duduk di bangku taman sekolah.
"Maafkan aku, karena aku tidak bisa mengatakannya kepadamu, Ki," batin orang itu. Pada kenyataannya, dia tahu siapa pelakunya, hanya saja dia tidak ingin sahabatnya salah paham kepada dirinya karena dia tidak memiliki bukti sama sekali untuk mengatakan bahwa orang itu adalah pembunuhnya.
Kiara hanya bisa menghela napas setelah orang itu tidak lagi terlihat dalam pandangannya dan mulai bertanya-tanya dalam benaknya.
"Kira-kira siapa yang membunuh gadis itu dan kenapa dia membunuhnya," batinnya. "Dan dia, sepertinya dia tahu siapa pelakunya, hanya saja dia enggan untuk mengatakannya kepadaku. Kenapa?" sambungnya.
Kiara mulai pusing memikirkan apakah sahabatnya sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Dia memutuskan untuk pergi meninggalkan taman sekolah karena sudah tidak ada gunanya lagi berada di sana.
Kiara beranjak dari duduknya dan mulai berjalan menuju ke kelasnya. Dia yakin sekolah pasti akan diliburkan dan para murid langsung dipulangkan karena ini baru pertama kalinya di sekolah mereka ada kasus pembunuhan.
Tap!
Kiara sudah sampai di depan kelasnya dan mulai melangkahkan kakinya memasuki kelas. Ternyata, teman-temannya sudah ada di dalam kelas dengan tenang, sepertinya mereka sedang menunggu kedatangan wali kelas mereka.
"Darimana, Ra? Kenapa baru datang?" tanya Tasya, teman satu kelasnya.
"Abis dari UKS," dustanya.
"Kau sakit?" sahut Dean.
"Hanya merasa mual karena melihat darah," balasnya dan menduduki bangku miliknya setelah sampai di sana.
"Kau takut darah?" tanya Wiwi.
"Ya begitulah. Ngomong-ngomong, Lira dan Ziona, kemana mereka?" tanya Kiara agar teman-temannya berhenti bertanya kepadanya.
"Sepertinya mereka disuruh ke kantor polisi untuk ditanyai," balas Dean.
Kiara yang mendapatkan jawaban dari Dean hanya menganggukkan kepalanya mengerti. Tidak lama kemudian, wali kelas mereka datang ke kelas mereka dan menghentikan pembicaraan mereka.
"Anak-anak, karena hari ini ada kejadian yang tidak terduga, kalian langsung dipulangkan," ujar Pak Budi.
"Benar, Pak?" tanya Suryo memastikan.
"Benar. Jadi, kalian bisa pulang sekarang. Ingat, pulang ke rumah kalian masing-masing dan jangan keluyuran," balas Pak Budi.
"Bapak pergi duluan karena masih ada urusan," sambungnya, yang membuat semua murid menganggukkan kepala mereka sebagai tanda bahwa mereka semua mengerti apa yang disampaikan olehnya.
Semua murid bergegas pergi menuju pintu keluar kelas dan mereka tidak perlu membereskan apa-apa karena tas mereka telah berada di tempatnya sejak tadi.
Kiara, gadis itu, juga memutuskan untuk pergi dan berniat mencari keberadaan kakaknya, Rian, agar mereka bisa pulang bersama.
Para polisi masih berada di dekat kamar mandi perempuan karena mereka sedang menunggu tim forensik untuk datang dan Pak Yulis sedang melakukan sesi tanya jawab bersama Pak Dirman.
"Kalau boleh tahu, siapa yang pertama kali menemukan jasad ini?" tanyanya kepada Pak Dirman.
"Mereka berdua Pak," ujar Pak Dirman sembari menunjuk ke arah Lira dan Ziona yang wajahnya tampak pucat pasi. Sepertinya kedua gadis itu masih dalam keadaan syok karena menemukan jasad temannya.
"Kalian ikutlah kami ke kantor polisi," ujar Pak Yulis yang membuat kedua gadis itu tersentak kaget.
"Tapi Pak, saya tidak mau di penjara," balas Lira dengan air mata yang menetes. Sepertinya gadis itu salah paham terhadap Pak Yulis.
"Saya tidak akan memenjarakan kamu. Saya hanya ingin menanyakan kesaksian kamu setelah menemukan jasad itu," jelasnya yang membuat Lira menghela napas lega. Sedangkan Ziona, gadis itu tampak menatap sinis Lira. Ya mau bagaimana lagi, Lira orangnya parnoan.
"Li, jangan malu-maluin napa," bisiknya.
"Yakan, aku gak tahu, Zi," balasnya dengan berbisik juga, sedangkan Pak Dirman hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Lira yang memang suka random.
"Permisi, Pak, saya dari pihak forensik," ujar seseorang, membuat perhatian semua orang teralihkan ke arahnya.
"Kalau begitu, silahkan masuk dan bawa jasadnya ke rumah sakit," balas Pak Yulis.
"Dan kalian berdua ikut bersama saya ke kantor polisi, bersama Pak Dirman juga," sambungnya.
"Baik, Pak," balas Lira dan Ziona secara bersamaan.
"Baik," balas Pak Dirman.
Setelahnya, mereka bertiga mengikuti langkah polisi yang ada di hadapan mereka, beserta para forensik yang membawa kantung jenazah.
Hanya membutuhkan beberapa menit saja untuk mereka semua sampai di depan gerbang sekolah. Lira, Ziona, beserta Pak Dirman memasuki mobil polisi, sedangkan para forensik masuk ke dalam mobil ambulance untuk membawa jenazah itu.
Tanpa mereka semua ketahui, ada seseorang yang sedang memperhatikan sesuatu, atau lebih tepatnya memperhatikan kantung jenazah yang sedang dibawa oleh para forensik. Orang itu langsung menyeringai puas.
"Kau memang pantas untuk mendapatkan hal itu," batinnya.
Setelah puas memperhatikan kantung jenazah itu, dirinya memutuskan untuk pergi meninggalkan atap sekolah dan pergi menuju ke rumahnya. Tapi sepertinya, dirinya harus pergi ke suatu tempat.
Tap
Tap
Tap
Langkah kakinya menggemakan di lorong koridor sekolah yang kini tampak sepi karena semua penghuni sekolah sudah pergi meninggalkan sekolah. Dirinya berjalan menuju taman belakang sekolah, dan setelah sampai di sana, dirinya mulai mencari-cari sesuatu.
"Pakai ini saja," batinnya dan mengambil sebuah ranting yang cukup besar. Dirinya mulai menggali tanah di sana. Setelah merasa cukup dalam, dirinya mengeluarkan sebuah kantung plastik dan menguburkannya di sana.
Setelah memasukkan plastik itu, dia langsung menguburnya dan meratakan tanahnya kembali agar tidak ada orang yang tahu bahwa tanah itu habis digali olehnya.
"Sepertinya sudah cukup," gumamnya.
"Sebaiknya aku segera pergi dari sini," sambungnya, dan mulai beranjak pergi dari hadapan gundukan tanah itu.
Setelah kepergiannya, seseorang keluar dari persembunyiannya dan berjalan menuju ke arah gundukan tanah itu. Dia menatap gundukan tanah itu dengan intens.
"Apa yang dia lakukan di sini? Dan apa yang dia kubur?" batinnya penasaran, tapi dia tidak berani untuk menggali tanah itu. Karena dia yakin orang itu pasti akan datang untuk memastikan apakah barang yang dia kubur masih ada di sana atau tidak.
"Sebaiknya aku pergi saja daripada pusing mikirin apa yang dia kubur di sini," sambungnya, dan beranjak pergi meninggalkan taman belakang sekolah.
...Selesai...
...Senin, 22 Mei 2023...
...Jam: 11.22...
...Dipublikasikan...
...Senin, 22 Mei 2023...
...Jam: 11.23...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments