Pada Senin, 15 Mei 2023, pukul 22.22,
Pagi ini tampak cerah dan para murid mulai berdatangan ke sekolah. Beberapa dari mereka langsung pergi menuju kantin sekolah untuk sarapan pagi, karena tidak sempat makan di rumah. Sementara sebagian yang lain langsung menuju ke kelas mereka, dan sebagian lagi pergi menuju kamar mandi untuk menuntaskan panggilan alamnya yang sudah tidak bisa ditahan lagi.
"Lira," panggil seorang gadis kepada temannya yang berada di hadapannya. Keduanya baru saja menginjakkan kaki di sekolah dan Ziona, gadis yang memanggil temannya yang bernama Lira, itu langsung menghentikan langkah kakinya dan membuat sang teman mengernyit bingung.
"Kenapa?" tanyanya.
"Aku pengen pipis, antar aku ke kamar mandi yuk," ajaknya, yang membuat Lira menghela napas sedikit kasar. Masalahnya, sebentar lagi bel sekolah akan berbunyi, dan temannya malah ingin buang air kecil.
"Kau yang benar saja. Kenapa harus sekarang sih?" gerutunya.
"Ya maaf, please antar aku ya. Aku sudah tidak kuat menahannya," bujuknya.
"Kau ini. Sebentar lagi bel masuk dan kau malah ingin ke kamar mandi. Merepotkan sekali. Ya udah ayo," ajaknya, padahal sejak tadi dirinya menggerutu dan merutuki kelakuan temannya itu.
Pada akhirnya, Lira menemani Ziona menuju ke kamar mandi. Keduanya berjalan dengan tenang, namun entah kenapa mereka berdua merasakan hawa yang cukup dingin selama berjalan menuju ke arah kamar mandi. Sungguh, ini cukup membuat merinding bagi mereka.
Taps
Mereka berdua sudah berada di depan kamar mandi dan Ziona yang membuka pintu kamar mandi secara perlahan. Setelah pintu terbuka dengan lebarnya, keduanya melotot kaget saat mendapati seseorang yang sudah berlumuran darah, bahkan darah itu terlihat sudah mengering. Sontak, hal itu membuat keduanya reflek menjerit.
"Aaaaa!" jerit Lira dan Ziona secara bersamaan, yang membuat semua orang terkejut mendengarnya dan mengundang perhatian semua siswa-siswi SMA Tarun Negeri 1 Moran, termasuk para guru.
"Ada apa ini?" tanya Pak Dirman, selaku guru fisika yang kebetulan datang lebih dulu daripada guru lainnya.
"Pak," ujar Lira dengan wajahnya yang sudah pucat pasi, bahkan dia tidak meneruskan perkataannya.
"Iya ada apa?" tanya Pak Dirman bingung, karena tidak mendapatkan jawaban dari kedua murid yang ada di hadapannya.
"I..ii..itu pak, ada mayat," saut Ziona gagap, karena dirinya masih syok dengan apa yang dia dan temannya lihat.
"Kamu jangan ngada-ngada, Ziona," bentak Pak Dirman tak percaya.
"Bapak lihat saja di dalam, kalau bapak tidak percaya dengan kami," balas Lira. Pak Dirman yang penasaran, memutuskan untuk melihat ke dalam kamar mandi perempuan, dan dia juga terkejut saat mendapati seorang mayat di sana. Dengan cepat, dirinya kembali keluar dari kamar mandi dan melihat banyak sekali siswa-siswi yang sudah datang kesana dan berkumpul di depan pintu kamar mandi, bahkan para guru pun tidak terlewatkan sama sekali dari penglihatannya.
"Ada apa?" tanya salah satu guru penasaran.
"Ada mayat di dalam, Bu," balas Pak Dirman, dan membuat semua orang yang ada di sana terkejut bukan main.
"Bapak, jangan bercanda ah," saut guru lainnya yang hanya dibalas gelengan kepala Pak Dirman, tanda bahwa dirinya tidak berbohong.
"Tolong hubungi polisi," titahnya ke salah satu guru yang langsung dilaksanakan oleh guru tersebut.
Beberapa menit kemudian, polisi datang dan mulai memeriksa TKP serta membubarkan kerumunan untuk memudahkan mereka memasuki kamar mandi dan memeriksa keadaan mayat itu.
"Bagaimana, Pak? Apakah ada yang mencurigakan dari jasad itu?" tanya salah satu polisi yang bernama Pak Andi.
"Kurasa tidak ada yang mencurigakan. Dilihat dari lukanya, sepertinya dia bunuh diri," jelas Pak Yulis.
"Tolong kantongi jasadnya dan kita bawa ke rumah sakit untuk dilakukan otopsi," titahnya.
"Baik, Pak," ujar Andi dan mulai memerintahkan para anak buahnya untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh Pak Yulis.
Sementara itu, Kiara yang sejak tadi memperhatikan pergerakan para polisi hanya bisa menghela nafas. Apalagi saat dirinya mendengar kesimpulan para polisi yang mengatakan bahwa orang itu bunuh diri, padahal Kiara jelas-jelas tahu bahwa orang itu dibunuh, bukan bunuh diri. Namun, dia tidak bisa mengatakannya langsung kepada para polisi karena takut menjadi tersangka.
Kiara memutuskan untuk pergi meninggalkan lokasi dan tidak mendengarkan pembicaraan para polisi dengan Pak Dirman. Dia harus segera bertemu dengan orang yang tadi memperhatikannya dan membahas soal apa yang terjadi hari ini.
Dan di situlah Kiara berada, di taman belakang sekolah. Dia duduk di sebuah bangku tua sambil menunggu orang yang dia tunggu-tunggu sejak tadi. Tak lama kemudian, orang yang ditunggunya datang dan menghampirinya.
"Apakah kau memiliki pemikiran yang sama denganku?" tanya orang itu.
"Ya, sepertinya begitu," balas Kiara.
"Sudah kuduga. Apalagi saat melihatmu memperhatikan jasad tadi dengan sangat intens dan untungnya tidak ada yang memperhatikanmu," jelasnya.
"Kau benar. Kalau saja ada yang peka soal pandanganku terhadap mayat itu, aku yakin pasti akan ditanyai banyak hal dan itu cukup merepotkan," balas Kiara dengan anggukan mengerti dari sang lawan bicara.
"Luka di lehernya, bukankah itu bekas cekikan? Seharusnya para polisi bisa melihatnya kan?" ujarnya.
"Sepertinya begitu. Mungkin mereka terlalu fokus dengan luka sayatan yang ada di tangannya sehingga tidak menyadari bekas cekikannya," balas Kiara.
"Oh ya, menurutmu kenapa dia dibunuh dan siapa pelakunya? Bukankah selama ini dia tidak pernah mendapatkan masalah?" tanyanya.
"Aku tidak tahu apa penyebabnya dia dibunuh," jawab orang itu yang membuatnya mengernyit bingung dengan jawaban ambigu tersebut.
"Artinya kau tahu siapa pelakunya?" tanyanya lagi, penasaran.
Terdiam sebentar, sang lawan bicara tampak tegang, tapi hanya sesaat. Kemudian, dia menjawab, "Aku tidak pernah mengatakan kalau aku tahu siapa pelakunya."
"Tapi tadi kau berbicara seolah-olah kau sudah tahu siapa pelakunya," sahut Kiara.
"Ya, karena aku belum selesai berbicara, dan kau sudah mendahuluinya," elak sang lawan bicara dengan alasan.
"Ingin mencari tahu pelakunya bersama?" usulnya.
"Boleh, itu akan lebih baik daripada sendirian," jawab Kiara setelah menimbang sejenak. Namun, dia heran dengan jalan pikiran sang sahabat yang ingin terpisah dalam mencari pelakunya.
"Soal itu, bagaimana kalau kita mencari tahu sendiri-sendiri dulu biar lebih cepat? Tapi jika ada yang tidak kau pahami dan tidak mengerti, kita bertemu lagi di sini dan membahasnya. Bagaimana?" usul sang lawan bicara.
"Oke," balas Kiara setelah agak ragu dan yakin bahwa mereka pasti akan menemukan pelaku pembunuhan itu.
Selesai pada Kamis, 18 Mei 2023 jam 09.52 dan dipublikasikan pada Kamis, 18 Mei 2023 jam 09.54.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments