Bab. 17 - Guru Privat -

Hari baru datang seperti biasa dikeluarga Sanjaya, namun kehadiran Langit membuat semuanya berbeda. Pagi ini orang yang membangunkannya bukanlah Ningsih, pelayan pribadinya. Melainkan sesosok pria dewasa berumur 41 tahun, dengan perawakan tinggi dengan badan fit. Rambutnya hitam, gaya rambut cepak pendek, memiliki kumis dan janggut tipis serta alis tebal.

Pria itu itu memakai setelan jas hitam dengan kemeja putih. Sepatunya tampak mengkilap, jam tangan silver melingkar di pergelangan tangan kirinya. Dia adalah ajudan yang ikut menjemput Langit dan menjaga pasangan suami istri Sanjaya lebih dari dua puluh tahun lamanya.

“Selamat pagi, Tuan Muda. Sudah waktunya Anda bangun,” katanya dengan posisi istirahat di tempat.

Langit bukanlah anak yang susah dibangunkan, cukup sekali maka dia akan membuka mata. Bocah itu beranjak duduk, menguap sekali lalu mengusap wajahnya dengan kasar.

“Silahkan basuh wajah Anda dengan handuk basah,” katanya sambil menyerahkan handuk kecil berwarna putih pada Langit.

“Te-terima kasih, uh…,”

“Perkenalkan, nama saya Yohan Taslim. Mulai hari ini saya ditugaskan untuk menjadi guru privat, Tuan Muda Langit.” katanya sambil membungkuk sopan.

Langit mengerjapkan matanya, oh, benar juga. Sang ayah angkat sudah mengatakannya kemarin saat acara makan malam. Mulai hari ini dia akan belajar, tapi mengapa dia mengirimkan Yohan?

“Bu-bukankah A-Anda ajudan om?”

“Benar, Tuan Muda. Saya diberi tugas ini karena Tuan Besar melihat kalau saya mampu melakukannya. Saya juga meminta izin untuk bersikap santai selama mengajar.”

“Uh…, baiklah. Ja-jadi ki-kita akan be-belajar apa?” Langit bertanya antusias, tidak sabar karena begitu banyak hal yang ingin dipelajari.

Yohan mengangkat kepalanya, tersenyum miring. “Pertama buka bajumu, Langit!”

“Heh?” Langit mengerjapkan mata, rasanya dia salah dengar. Tapi untuk jaga-jaga, lebih baik dia bertanya, “A-apa?”

“Aku tidak suka bicara dua kali, cepat buka bajumu!” Yohan kembali bicara dengan nada tegas dan keras. Berbeda sekali dengan sikapnya yang biasa.

Sangking terkejut dengan teriakan barusan, Langit langsung melompat dari kasur. Bocah itu segera melepas baju atasnya, berdiri tegak karena tegang. Yohan memperhatikan lamat-lamat setiap lekuk tubuh Langit. Dia juga sempat mengangkat tangan kanan bocah itu, memegangnya sebelum dilepas.

“Baiklah, aku sedikit paham dengan potensial tubuhmu saat ini.” Yohan berujar setelah dua kali memutari Langit. “Cepat ganti bajumu, dan ikuti aku ke ruang gym.”

Langit mengangguk, dia segera mengambil setelan baju yang dibawakan Yohan menuju kamar ganti. Tidak sampai dua menit, bocah itu sudah kembali dengan celana training hitam dan kaos putih lengan pendek. Yohan menunggu di depan kamar segera pergi begitu Langit menghampiri. Mereka berdua turun ke lantai satu, berjalan ke arah belakang rumah.

Ruang gym yang dimaksud berada tepat di bawah tanah rumah keluarga Sanjaya. Mereka memakai lift untuk turun, dan memasuki ruang gym dengan desain elegan. Dindingnya berwarna seperti beton, terdapat kaca besar di sudut ruang dan beberapa alat gym yang diatur sedemikian rapi.

Yohan berdiri di tengah ruangan, kali ini memasukan kedua tangan ke kantong celana.

“Aku dengar, kalau kau sudah membangkitkan Darah Suku.” Yohan memulai langsung ke inti. “Bisa kau perlihatkan?”

Langit menelan ludah gugup, dia mengangguk lalu mulai mencari sesuatu. Langit berjalan menuju salah satu lemari, mengambil handuk, lalu kembali ke Yohan. Bocah itu menarik napas, memusatkan fokus dan pikirannya.

“Ja-jadilah batu!”

Seperti sihir, handuk putih yang lembut kini menjadi bongkahan batu keras. Yohan bersiul pelan, menyeringai lebar.

“Sudah lama aku tidak bertemu saudara sesuku!”

“Eh? Pak Yo-Yohan ju-juga da-dari Pa-Palembang?!”

Pria itu mengangguk, “Sumatera Selatan lebih tepatnya. Ini pelajaran pertama untukmu, bahwa kesaktian ucapan hanya dimiliki Suku Palembang. Tetapi kekuatannya tidaklah sama bagi tiap orang.”

Yohan mengambil batu dari tangan Langit. “Contohnya, jadilah apel!”

“Ti-tidak terjadi a-apa-apa?” Langit memiringkan kepalanya tidak mengerti.

“Terbelah dua!” kata Yohan lagi, dan kali ini batu itu retak dan terbelah menjadi dua.

Langit membulatkan mata, “A-apa ka-kau ti-tidak bisa me-mengubah be-bentuknya?”

“Lebih tepatnya, aku tidak bisa mengubah bentuk yang jenisnya sama sekali berbeda. Seperti yang kau lakukan tadi, handuk menjadi batu. Dua benda yang sama sekali berbeda, tapi kau bisa melakukannya. Dan aku tidak, karena memang ini batas kemampuanku.”

“Sekarang pertanyaannya adalah, bagaimana sistemnya bekerja? apa kau harus selalu mengatakan ‘jadilah!’ baru kekuatanmu aktif?”

Langit berpikir sejenak, mengingat kembali bagaimana cara dia menggunakan kekuatannya. Dua kali Langit memang mengeluarkan kata ‘jadilah’ namun ada satu kejadian dimana dia hanya mengatakan satu kata saja. Dan itu adalah ketika dia membunuh Raja Hutan.

“Ti-tidak, a-aku tidak pe-perlu ka-kata itu.” Langit menelan ludah gugup, haruskah dia menceritakan kejadian itu?

“Pertanyaan kedua, seberapa besar dampak yang kau rasakan setelah menggunakan kekuatanmu?” Yohan menunjuk batu yang terbelah lalu berkata, “Hancur sampai jadi pasir!”

Tidak sampai setengah menit, batu keras itu beberapa kali remuk, lalu hancur berkeping-keping sampai menjadi pasir tipis. Tidak lama kemudian, darah segar turun dari lubang hidung Yohan. Dia mimisan, pria itu segera menyeka dengan ujung lengan.

“Seperti yang kau lihat, efek samping ini terjadi karena aku butuh kekuatan lebih saat mengutuk sesuatu. Ah! kesaktian ucapan seringkali disebut kutukan oleh orang diluar suku kita.”

Langit mengangguk paham, “A-aku ju-juga sama, mi-mimisan dan pi-pingsan.” Sejenak bocah itu terdiam, menimang sebelum akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. “A-apa ki-kita bi-bisa me-mengutuk sa-sampai ma-mati?”

“Tentu bisa,” Yohan menjawab cepat tanpa jeda. “Aku pernah dengar ada yang melakukan hal itu karena terbawa emosi.”

“La-lalu a-apa e-efek sampingnya?!” Langit bertanya agak terburu-buru, jantungnya juga berdetak lebih cepat.

“Sudah pasti dia mati.”

Bocah itu bisa merasakan darahnya meninggalkan tubuh. Suhu tubuhnya menurun drastis hingga membuat wajah Langit seputih kertas. Bahkan lututnya lemas setelah mendengar jawaban Yohan.

“Di dunia ini tidak mungkin ada yang gratis, termasuk kekuatan. Selalu ada bayaran yang setimpal atas apa yang kau lakukan. Dan mengambil nyawa sesuatu, tentu saja harus dibayar dengan nyawamu sendiri agar sama berat.”

Semakin lama Langit mendengar pelajaran dari Yohan, bocah itu semakin berkeringat dingin. Jika menarik kesimpulan dari informasi yang dia dapatkan, bukankah itu artinya Langit sangat amat luar biasa menyeramkan? Dia bahkan mampu membunuh Raja Hutan dengan efek samping setara usai membelah batu milik Yohan. Baiklah, mulai sekarang jaga lidahmu, Langit.

‘Diam adalah emas,’ Langit membatin kuat.

“Omong-omong, aku baru lihat ada suku palembang sepertimu.” Yohan kembali bicara, kali ini topiknya berganti lebih ke rasa penasaran pribadi. “Kulit putih dan mata biru, jelas ini bukanlah ciri khas suku palembang yang memiliki perawakan seperti orang tionghoa.”

Yohan berpikir keras, tangannya sibuk menarik pelan janggut tipisnya. “Apa kau darah campuran?”

Melihat Langit yang memiringkan kepalanya, Yohan menghela napas pelan. “Untung kau diadopsi keluarga Sanjaya. Baiklah, kita lanjutkan pelajaran kita. Sekarang lakukan 250 set latihan strength dasar!”

“du-dua ratus…”

“Hah? kenapa belum mulai? lakukan 250 set latihan strength sekarang!” mata coklat Yohan berkilat berbahaya, pria itu bahkan sudah menodongkan pistolnya. “Kutembak kepalamu kalau badanmu berhenti bergerak!”

“A-apa i-itu tidak be-berlebihan?”

Bang!

“Hiiii!!”

Langit menatap ngeri pada kepulan asap tipis di bawah kakinya, lalu menoleh ke Yohan. Pria itu tidak main-main dengan kata-katanya, dia baru saja menembak Langit dengan senjata api sungguhan.

“Refleks yang bagus, padahal aku mengincar kaki kananmu.” Yohan belum menurunkan pistolnya, justru dengan asap mengepul dari moncong pistol semakin menambah tekanan yang laki-laki itu berikan.

“Selanjutnya, aku tidak akan meleset.”

Langit menelan ludah gugup, Yohan tidak bercanda. Pria itu benar-benar akan melubangi kepalanya jika dia tidak segera bergerak. Akhirnya bocah itu melakukan latihan strength dasar seperti saat dia latihan bersama Nyoman, Basuki, dan Tio.

Continue…

Terpopuler

Comments

Ayano

Ayano

Berasa bakalan mokad abis ini

2023-06-16

1

Ayano

Ayano

Mantap jiwa. Dia aja ampe ter speechles loh

2023-06-16

1

Ayano

Ayano

Wah wah.... harga diri dan virginitas mulai memasuki zona gawat darurat 😅

2023-06-16

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!