“kak Tio!”
Sabetan dari ekor Raja Hutan sama sekali tidak dapat diprediksi. Lima menit sebelumnya, Nyoman berhasil membuat luka dan memaksanya untuk menjauhi Langit dan Tio. Begitu juga dengan Basuki yang tidak henti memberikan serangan dan mengalihkan perhatian lawan.
Namun saat Basuki melompat ke kanan, untuk menghindari serangan babi hutan. Ternyata itu gerakan tipuan, dia terlambat menyadari. Babi Hutan itu melompat, memutar tubuhnya, dan ekor besar itu menyabet tubuh Tio melewati atas kepala Langit.
Tio terpental beberapa meter, sebelum menghantam tanah dan berguling beberapa kali. Serangan ini tidak terlalu parah, namun tetap saja sakitnya bukan main. Tio sambil terlentang menatap langit mendung, mengerang pelan. Dia berusaha bangkit, tapi mata coklatnya menangkap serangan kedua yang siap meluncur ke arahnya.
“Oh, sial!”
Tio tidak jadi beranjak, dia berguling ke kanan. Bum! dan sebuah batu besar mendarat hampir membuatnya jadi manusia geprek. Tio beranjak berlutut satu kaki, menarik tiga anak panah sekaligus, tanpa buang waktu segera melepaskan busur panah. Serangannya berhasil menancap pada titik lemah yang mampu membuat targetnya mengalami kelumpuhan sementara.
Hal ini tidak disia-siakan Langit dan Basuki. Mereka berdua tahu apa yang harus dilakukan. Basuki melompat menyerang, tangan kanan memegang perisai besi dan tangan kiri siap menusuk Raja Hutan dengan tombaknya. Serangan bertubi itu berhasil memukul mundur lawan, ujung kaki belakangnya hampir terpeleset.
Langit ikut menerjang, menahan napas guna mengurangi rasa sakit di dadanya tiap kali bergerak. Dia tidak boleh membuat kesalahan lagi, mereka sudah hampir berhasil memojokan Raja Hutan, menyudutkannya ke arah parit yang telah dibuat Juki dan pemuda-pemuda lain. Cukup beberapa kali serangan lagi, Langit mengeluarkan seluruh kemampuannya demi menjatuhkan Babi Hutan.
“Hiyaaa!” Basuki dan Langit berseru. Menyerang bersama dan membuat combo untuk menjatuhkan Babi Hutan ke parit yang penuh dengan tombak-tombak tajam dengan ketinggian hampir dua meter.
Raungan keras memecah keheningan hutan. DI bawah langit senja, burung-burung gagak yang singgah, terbang meninggalkan sarang. Suara berdebum kencang terdengar saat tubuh besar babi hutan jatuh ke dalam parit. Tombak-tombak tajam seperti pasak menusuknya tanpa ampun.
Di atas parit, Basuki dan Langit tampak terengah, mereka berdua saling pandang sebelum berseru gembira. Keduanya berjabat tangan dengan pose panco dan berteriak senang. Tidak jauh dari mereka suara nyaring Nyoman terdengar. Anak laki-laki itu berseru ‘akulah yang terbaik!’ hal itu mengundang tawa Basuki dan Langit.
“Tadi itu hampir saja,” ucap Tio yang menghampiri kedua temannya di tepi parit. Maniknya menatap ngeri pada babi hutan yang tumbang di bawah sana. Darah dari hewan yang bermutasi itu hampir memenuhi isi parit.
“Aku benar-benar benci babi.”
Langit sempat tertawa mendengar pengakuan Tio sebelum meringis pelan. Dia memegang dada bagian bawah sebelah kiri.
“Bagian mana yang sakit?” Tanya Tio segera dengan pandangan cemas. “Aku harap tidak parah, semoga tulangmu tidak ada yang patah.”
“Apa kau bawa obat?” Basuki di sebelah bertanya, tidak kalah cemas.
Tio segera membuka isi tas selempang yang selalu dia bawa kemana-mana. Di dalamnya selalu siap sedia barang-barang obat P3K. Remaja berkulit kuning langsat itu tersenyum senang saat berhasil menemukan obat yang dia cari. Sementara itu suara Nyoman lamat-lamat terdengar di kejauhan.
“Oi! ngapain kalian di sana?! kita harus cepat kembali!”
“Sebentar lagi kami menyusul!” Basuki yang balas menyahut.
Tio mengeluarkan obat anti nyeri dan botol minum lalu memberikannya pada Langit. Setelah itu dia ngubek isi tasnya lagi untuk mencari obat merah, kapas, dan plester. Luka di pelipis Langit perlu diobati secepatnya.
“Bersihkan lukamu dengan air, aku akan mengobatimu.”
Langit menegak obat dan air minum sebelum mengangguk. Dia sudah siap mencuci wajahnya dan lukanya sebelum tiba-tiba saja sekitar mereka menjadi lebih gelap. Apakah malam tiba lebih cepat, saat Langit mendongak, kedua matanya terbelalak. Di depannya, sosok babi hutan terlihat besar dengan kepulan asap dari hidungnya, membuatnya terlihat lebih beringas. Tanpa sempat bereaksi, moncong besar si Raja Hutan bergerak lebih dulu.
Sekali hentakan, sekali ayunan, tubuh Basuki dan Tio terpental ke udara tanpa perlawanan. Wajah Langit berubah seputih kertas, bagaimana cara dia menangkap dua remaja yang tubuhnya lebih besar darinya. Bagaimana cara dia menyelamatkan teman-temannya. Apa yang tengah dilihatnya, semua nampak bergerak lambat. Dan ketika kedua temannya terjatuh, semua kembali normal. Namun tidak dengan teror yang Langit rasakan. Basuki kepalanya menghantam batu dan tidak sadarkan diri, sementara Tio, remaja malang itu jatuh ke parit, salah satu kakinya tertancap pasak tombak yang tajam.
Nyoman yang hendak berkumpul dengan Juki dan lain segera berbalik ketika mendengar suara gaduh. Selang kemudian teriakan kesakitan terdengar, membuat bocah kurus itu balik badan dan berbalik dengan jantung berdebar kencang. Apa yang terjadi?
Setibanya dia di sana, Nyoman membatu di tempat. Bagaimana bisa monster itu bangkit dari kematiannya. Mata tajamnya segera mencari teman-teman pantinya, dan terhenyak melihat kondisi Basuki yang terkapar dengan kepala berdarah.
“Langit!, Oi! menjauh dari sana, Langit!”
Nyoman berteriak, berusaha menyadarkan Langit yang membatu di tempat. Bocah kurus itu berdecak kesal, menarik kembali senapannya, membidik ke arah babi hutan dan menembaknya. Babi itu meraung, namun tidak juga tumbang. Sekali lagi Nyoman berusaha memanggil teman sebayanya.
“LANGIT!!”
*
Di dalam kegelapan, ada selarik cahaya putih kecil, nyala-padam berulang kali. Sampai tiba-tiba titik api itu mekar menjadi bola api kebiruan. Bagaikan obor api, kilatnya menyambar-nyambar membara, seakan siap membumi hanguskan apapun yang menghalanginya. Cahaya itu, kemarahan itu, dan kekuatan itu, mengalir seperti darah di tiap nadi dalam tubuh. Melesat cepat hingga ke satu titik, berkumpul disana bagaikan aliran air yang menemukan muaranya.
Manik biru itu bercahaya kebiruan, berpendar pelan, berkilat berbahaya. Raut wajah Langit datar dan dingin, aura yang dipancarkan tiba-tiba mampu membuat siapapun bergidik ngeri. Bocah berumur sepuluh tahun itu menunjuk ke arah Raja Hutan, seperti siap mengutuknya.
“Mati!” bisiknya.
Dua detik dalam keheningan, sebelum tiba-tiba babi hutan itu jatuh terkulai ke tanah, tewas seketika. Tidak lama kemudian, setitik darah jatuh dan mengalir pelan. Langit menyeka ujung hidungnya, menatap datar pada warna merah di tangan. Sedetik kemudian pandangannya berubah gelap.
*
Zaman dahulu kala di daerah Sumidang, hidup seorang pangeran bernama pangeran Serunting. Dia anak dari seorang raksasa bernama putri Tenggang. Sang pangeran memiliki adik ipar bernama Aria Tebing. Hanya saja hubungan keduanya tidak harmonis, mereka selalu berseteru karena saling iri satu sama lain.
Ketika mereka akan melangsungkan duel yang kesekian kalinya. Aria Tebing membujuk sang kakak agar mau memberitahukan kelemahan kakak iparnya. Sang kakak yang tidak tega kepada adiknya, memberitahu Aria Tebing rahasia dari kekuatan Pangeran Serunting,
Aria Tebing akhirnya berhasil mengalahkan Pangeran Serunting, membuatnya terluka parah. Pangeran Serunting marah, merasa dikhianati sang istri karena membocorkan rahasia kekuatannya. Akhirnya dia memutuskan pergi mengembara ke gunung Siguntang dan bertemu dengan Hyang Mahameru.
Hyang Mahameru menjanjikan kekuatan besar pada Pangeran Serunting dengan syarat.
“Kau harus bertapa di bawah pohon bambu, sampai seluruh tubuhmu ditutupi daun bambu!”
Dua tahun lamanya pangeran Serunting bertapa, dan ketika selesai Hyang Mahameru memenuhi janjinya. Kekuatan itu berupa kesaktian ucapan, jadi semua hal yang diucapkan oleh pangeran Serunting nantinya akan berubah menjadi sebuah kutukan.
Pangeran Serunting yang merasa hebat, menggunakan kekuatannya untuk mengutuk setiap kali dia marah. Hingga orang-orang menjulukinya sebagai si Pahit Lidah.
Continue…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Firenia
tega bener sama suami sendiri
2023-06-23
0
Firenia
babi di sini mirip jelangkung ya, datang ga diundang, sekali datang nyari masalah
2023-06-23
0
Firenia
jangan memaksakan diri Langit, nanti malah tambah parah lukanya 🥲
2023-06-23
0