“Nyonya, anda terlalu kejam.”
“Apanya yang kejam?”
Adde memandang kesal majikannya yang tersenyum kearahnya. Sedari awal ia melihat majikannya dalam suasana hati yang baik pada hari itu, Adde sudah merasakan firasat buruk yang tidak bisa disangkal lagi.
“Dan ingat, saat ini kita adalah bayangan.”
Adde menghela napas berat dan menatap Leana dengan kesal. Karena kini mereka adalah seorang bayangan maka keduanya harus memanggil satu sama lain dengan nama lain mereka.
“Padahal rencanamu untuk mengubah penampilan kita saja masih belum sempurna, kau masih mau bilang begitu, Rein?”
Keduanya sedang berada beberapa meter dari menara sihir dan tengah memperhatikan target mereka dari balik pepohonan.
Keduanya menggunakan pakaian serba hitam yang membuat mereka dapat bergerak dengan bebas serta membaur dengan sekitar lebih mudah.
“Jika kita berhasil mendapatkan target kita hari ini, maka tujuan itu juga akan tercapai.”
***
Kembali ke beberapa hari yang lalu.
Sehari setelah Adde merasakan firasat buruk, kini yang ada dibenaknya adalah bagaimana ia bisa mendapatkan izin untuk sekali saja memukul majikannya yang sedang tersenyum dihadapannya sambil menautkan kedua tangannya yang bertumpu di meja.
“Nyonya, anda berencana membunuh saya?”
“Aku tidak punya pilihan lain karena waktu yang aku punya terbatas. Lagi pula latihan resmi untuk menjadi bayangan yang layak pada dasarnya mempunyai konsep yang jauh lebih rumit dan menyusahkan.”
“Tidak. Jika mengingat cerita nyonya, bukankah menjadi anggota bayangan Grand Duke Volfelance jauh lebih mudah dibandingkan dengan Alphiella?”
Saat ini Adde tengah memegang lembaran kertas yang meliputi jadwal latihannya sebagai bayangan, jadwal latihannya sebagai butler, regulasi di Alphiella, dan tugasnya sebagai bayangan.
Kini hal yang menjadi tantangan terbesar baginya terdapat pada tugasnya sebagai bayangan.
Dalam tugas tersebut terdapat dua hal yang harus ia kerjakan yaitu mencari anggota bayangan Alphiella yang lain dan juga…
“Menculik seorang penyihir dari menara sihir?”
Adde menatap sinis Leana yang perlahan mengalihkan pandangannya. Ia tidak percaya majikannya yang memberikan tugas tidak masuk akal kepadanya yang merupakan orang baru dalam menjalankan tugasnya.
“Nyonya, apakah anda yakin bahwa anda tidak memperkerjakan saya sebagai budak dan bukan butler?”
“Tolong jangan bilang begitu, Adde. Kesannya kau membuatku menjadi orang yang sangat buruk.”
“Melihat dari tugas yang nyonya berikan, bukankah hal tersebut adalah yang terlintas dipikirkan semua orang yang mendapatkannya?”
Alasan kenapa Adde melakukan protes kepada tugas yang diberikan Leana adalah karena peran yang diberikan Leana kepadanya jauh lebih besar dibandingkan sekedar menjadi bawahan.
Saat bekerja dibawah Grand Duke Volfelance, Adde hanya akan menjadi anggota bayangan “Dean” dan bukan yang lain. Sementara Leana menjadikan anggota bayangan tidak hanya sebagai bayangan namun juga memiliki identitas lain di dunia luar.
Orang yang sama namun dengan identitas berbeda. Adde yang merupakan butler Alphiella dan Dean yang merupakan anggota bayangan. Untuk menjaga agar salah satu atau keduanya tidak terbongkar adalah pekerjaan yang berat.
Jika hanya penampilan mungkin masih bisa menipu namun apakah kebiasaan mereka dapat menutupi identitas tersebut? Hal itu masih dipertanyakan.
Ketika Adde menanyakan alasan mengapa Leana memilih jalan tersebut adalah karena ia ingin Alphiella hanya menjadi milik dari anggota bayangannya dan tidak yang lain.
Hal tersebut juga digunakan agar dapat menghindari kecurigaan dari dalam. Artinya Leana benar-benar secara harfiah ingin menjadikan Alphiella sebagai markas mereka.
Nantinya mansion Alphiella akan memiliki dua muka dan kota dibawah kekuasannya akan menjadi tirai untuk menutupi keganjilan yang ada di sana. Sungguh rencana yang sulit dan berputar-putar.
“Tentu saja mencari anggota untuk bayangan sangatlah penting karena mereka juga akan menjadi bagian dari Alphiella, terlebih nantinya kau tidak akan sendirian.”
Adde tidak melupakan fakta bahwa Leana tidak dapat tinggal di Alphiella, namun membayangkan kewajibannya sebagai butler serta tangan kanan majikannya selama kepergiannya cukup untuk membuatnya muak.
“Saya bahkan belum sempurna menjadi bayangan tapi tugas ini sudah diberikan kepada saya.”
“Kau bisa memulai tugas tersebut setelah latihanmu sebagai bayangan selesai. Tentu saja aku yang akan mengajarimu.”
Mengingat kembali kenyataan bahwa ia tidak punya stamina, Leana hanya dapat pasrah pada takdir terhadap reaksi apa yang akan diterimanya begitu melihat guru yang setengah matang seperti dirinya.
“Apakah itu tidak apa-apa? Sejauh yang saya tahu, nyonya tidak banyak bergerak di kehidupan sekarang, bukan? Seperti apapun nyonya dahulu, apa yang akan anda lakukan ketika tidak dapat menompang kekuatan anda sendiri?”
Leana tertegun mendengar jawaban Adde.
Reaksinya… sungguh tidak dikira-kira. Tenang dan dewasa.
“Hebat juga mengetahui hal tersebut. Seperti yang kau bilang, aku membawa teknik bayangan bersamaku namun staminaku di dunia ini tidak sama seperti saat aku menjadi bayangan.”
“Artinya nyonya sama seperti saya sekarang, bukan?”
Itu… tidak salah.
“I-itulah kenapa aku akan ikut berlatih bersamamu! Te, Tentu saja aku tetap lebih unggul karena bisa menguasai teknik bayangan!”
“Hmmm…”
Leana mencoba untuk menutupi kekuarangannya namun sepertinya semuanya sudah terbongkar oleh Adde. Meski begitu reaksi Adde seakan acuh tak acuh menanggapi hal tersebut.
“Saya tidak akan menyudutkan kekurangan nyonya sebagaimana saya juga tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan apapun mengenai peran saya nanti, jadi saya hanya akan menjalaninya sebagai tugas saya.”
Sekali lagi, jawaban yang tidak dapat ia kira dari Adde.
Namun jika mengingat lagi, pada saat mereka menjadi rekan bayangan, terkadang Dean bersikap seperti senior sungguhan dalam beberapa kejadian.
Sepertinya mengingat hal tersebut membuat Leana tersadar bahwa Rein sedikit kekanak-kanakan diumurnya yang tidak dapat dibilang muda lagi.
‘Mau dulu atau pun sekarang, sepertinya aku merasa tidak akan bisa mengalahkan Adde dalam membimbing seseorang.’ Leana tersenyum simpul namun rasa kesepian mewarnai benaknya.
Sungguh, itulah mengapa Dean mendapatkan gelar calon kandidat ketua selanjutnya di organisasi bayangan Grand Duke Volfelance. Leana tidak akan menyangkal fakta itu.
“Ah benar juga nyonya, soal nama saya di bayangan…”
“Kau diberi nama Dean pada saat itu. Aku mengetahui nama aslimu dari cerita-ceritamu semasa dalam misi.”
“Untuk memberikan informasi penting seperti identitas yang telah di buang… sepertinya kita cukup dekat.”
“Banyak yang bilang kita cukup dekat untuk selalu bertengkar setiap mata kita bertemu.”
“Ahh, saya tidak aneh mendengarnya.” Adde mengangguk.
‘Tunggu, jangan-jangan Adde memiliki impresi yang sama?’ adalah yang terlintas di kepala Leana. Sarkasme untuk kesekian kalinya.
“Tapi nyonya, nama ini… bukan anda yang memberinya. Apakah anda benar-benar ingin menggunakan nama pemberian kontraktor lain?”
Leana mengernyit tidak senang dengan kata-kata Adde namun ia menanggapinya dengan acuh tak acuh.
“Kata-katamu membuatku menjadi tidak enak, namun sejujurnya aku cukup menyukai nama-nama pemberian darinya.”
“Haaa… saya bisa mengerti perasaan anda sih… penyelamat, huh.” Adde kembali menghela napas.
Grand Duke Volfelance adalah penyelamat Leana dan ia juga memberinya identitas baru agar ia dapat hidup di jalan yang baru, meskipun sebagai anggota bayangan.
Walaupun ia bukanlah Leana lagi, baginya Rein juga adalah bagian dari dirinya.
“Sejujurnya saya sendiri lebih suka jika nama lain saya merupakan pemberian dari nyonya, namun jika nyonya mengatakan bahwa nama tersebut lebih baik maka saya akan menerimanya.”
“Terima kasih.” Leana tersenyum mendengar pernyataan Adde.
“Lagi pula bukankah nama bayangan harusnya bersifat untuk menyamarkan? Codename? Tapi kenapa terdengar seperti nama biasa?”
Pertanyaan Adde membuat Leana mengingat kembali kisah sang penyelamat yang menjelaskan pertanyaan yang sama saat ia menanyakannya.
“Ahh, sebenarnya aku tahu jawabannya tapi bukankah akan lebih baik jika di tanyakan langsung ke sang pemberi?” Leana kembali tersenyum dan bulu kuduk Adde berdiri seakan menandakan sesuatu yang buruk. Adde secara refleks memeluk tubuhnya.
“Nyonya, senyuman itu muncul lagi. Saya sudah katakan jangan memulai sesuatu yang tidak-tidak tanpa sepengetahuan saya.”
“Tenang saja, aku tidak akan memulainya karena kita masih kekuarangan banyak hal. Untuk saat ini kita prioritaskan apa yang diperlukan dulu.”
Leana berdiri dari tempatnya dan berjalan menuju pintu jalur rahasia.
“Ayo ikut aku latihan, itu adalah prioritas pertama kita sekarang.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments