Hari berikutnya, Leana memanggil Iscan di ruang kerja. Mereka sedang terduduk di meja tamu yang berada di sana.
Saat Leana mengesap tehnya, Iscan menunggu kata-kata dari darinya dengan tenang.
“Seperti yang kau dengar dari Albert, saya ingin menunjukmu sebagai pengawal pribadi saya.”
“Saya, nyonya?”
Iscan tertegun dan Leana mengangguk.
“Sebenarnya salah satu alasan saya menunjukmu adalah karena kau mengetahui insiden tempo lalu, tetapi diluar itu bisa dibilang saya melihat ‘potensi’ dalam dirimu.”
Tentu saja Leana melihat potensi itu dari pengalamannya di kehidupan pertamanya, tapi ia tidak dapat mengatakan hal tersebut.
Siapa orang yang akan percaya dengan cerita mengenai dirinya yang kembali ke masa lalu. Leana bisa di cap sebagai wanita gila.
“Tentu saja bukan berarti Hardie tidak memiliki potensi, namun potensinya tersebut bukanlah berada di samping saya.” Tambah Leana dan mengesap tehnya lagi.
“Potensi dalam diri saya? Apa maksudnya, nyonya?” ucap Iscan bertatapan bingung. Leana sedikit mengambil napas sebelum akhirnya menjelaskan lagi.
‘Aku yakin Iscan dapat dipercaya.’ Jika tidak, maka rencananya akan mendapatkan lubang kedepannya.
Tidak, ia harus meyakinkannya.
“Saya akan langsung pada poinnya saja. Sebenarnya saya berencana untuk membantu marquis Grandall dari belakang.”
Iscan mengedipkan matanya dan tidak bergeming seakan menunggu kelanjutan kata-kata Leana.
Melihat Iscan yang terdiam membuat Leana menjadi canggung namun ia segera melanjutkan lagi.
“Apakah kamu tahu mengenai organisasi bayangan?” Iscan menggelengkan kepalanya.
“Tidak, saya tidak mengetahuinya.”
“Intinya, organisasi tersebut adalah organisasi bawah tanah yang dibuat untuk mengumpulkan informasi tetapi ada kalanya juga digunakan untuk melakukan tugas yang sama seperti orang bayaran yang bekerja di belakang.”
“Tapi mereka lebih mengutamakan informasi.” Tambah Leana. Iscan terlihat ragu mendengar penjelasan Leana dan berpikir sejenak.
“Apakah nyonya akan meminta bantuan mereka?” tanya Iscan. Kali ini Leana yang menggelengkan kepalanya.
“Tidak, saya akan membentuk organisasi bayangan saya sendiri.”
Iscan terkejut dengan pernyataan Leana seakan tidak percaya. Baginya yang mendengar desas desus bahwa marchioness yang biasanya mengurung diri di kamar, Leana yakin bahwa kata-katanya cukup mengejutkan.
“Tapi bagaimana bisa?”
“Untuk saat ini saya tidak bisa menjelaskan detailnya, tetapi tugas yang akan saya berikan kepadamu, Tuan Iscan, yaitu adalah menjaga tirai saya di mata publik.”
“Menjaga tirai?”
“Tirai atau topeng, apapun itu, anda harus menjadi tameng bagi tirai saya agar tidak ada seorang pun mengetahui apa yang ada di baliknya.”
Artinya Iscan akan menjadi penjaga pintu bagi setiap gerakan yang dilakukan oleh Leana. Iscan menutup mulutnya dengan satu tangan dan mulai berpikir serius. Sepertinya informasi yang ditangkapnya terlalu besar dan tidak masuk akal.
Leana tidak dapat menyalahkannya.
“Tentu saja tujuan saya membuat bayangan sungguh untuk membantu Grandall.” Tambah Leana. Iscan kembali menatap Leana.
“Saat ini Grandall masih belum sepenuhnya berdiri sendiri dan masih banyak rantai yang mengikat kebebasannya. Apapun hal buruk yang akan terjadi kedepannya, saya ingin menangkalnya. Tidak hanya dari depan namun juga dari belakang.”
Dengan tatapan serius Leana mengulurkan tangannya kepada Iscan yang tertegun melihat resolusinya yang kuat.
“Keberadaan bayangan sangatlah dirahasiakan hingga hampir tidak ada yang mengetahuinya, itulah seberapa penting sosok mereka. Saya dapat menjamin ini bukanlah permainan belaka namun sebuah senjata yang diperlukan Grandall untuk kedepannya.”
“Dan saya juga perlu seseorang untuk berjaga di depan bersama saya.”
Jika dilihat dari kondisi mereka, Leana telah memberikan peran besar kepada Iscan tanpa memberitahu detail lebih dalam.
Baginya hal tersebut dapat menyulitkan Iscan dalam menaruh kepercayaan kepadanya di masa depan tetapi Leana memutuskan untuk menunjukan rencananya secara perlahan seiring berjalannya waktu.
Kini yang Leana perlukan adalah sebuah loyalitas buta yang dapat dijaga dengan ketat. Ia mengetahui bagaimana loyalitas Iscan di masa depan, jadi ia menaruh harapan bahwa Iscan pada saat ini akan berkembang seperti di dunia pertamanya.
Namun disaat yang sama ia mengetahui bahwa setiap tindakan menaruh konsekuensi besar. Apa jaminan untuknya bahwa harapannya itu akan terjadi nantinya?
Iscan menatap uluran tangan Leana yang tampak sedikit bergemetar namun kemudian ia membulatkan tekatnya dan membalas uluran tangan tersebut.
Tidak hanya mengambil tangannya, Iscan juga menunduk dan menyimpan satu tangannya lagi di dadanya.
Tidakan Iscan tersebut membuat Leana terkejut dibuatnya.
“Nyonya Leana, saat ini saya masih belum mengerti mengapa anda memilih saya dalam rencana besar anda. Namun jika kehendak anda adalah jalan yang benar maka dengan janji dan sumpah saya, saya akan mengikuti jalan anda dengan setia.”
Dengan berakhirnya kata-kata tersebut, Iscan mencium punggung tangan Leana dan bersimpuh disampingnya.
“Atas sumpah dan janji, saya Iscan Trian, akan setia dengan kehendak anda.”
Leana yang tertegun selama pernyataan Iscan tersebut mencoba untuk menjaga ketenangannya.
Leana membalas sumpah tersebut dengan senyuman lembut di wajahnya kemudian menyentuh bahunya.
“Mulai dari sekarang mohon bantuannya, Tuan Iscan.”
Kini Iscan telah menjadi salah satu bagian dari rencana Leana.
***
“Adde.”
Di ruang kantor, Adde yang sedang menyiapkan teh menoleh kearah Leana yang memasang ekspresi serius.
Kedua tangannya menyatu di depan mulutnya hingga hanya bagian atasnya saja yang terlihat.
“Ada apa nyonya?” Adde yang melihat tingkah Leana hanya menatapnya datar.
“Aku berencana untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya. Kita akan pergi mengunjungi Alphiella begitu kamu selesai dengan latihanmu.”
“Alphiella?”
“Ah, aku belum menjelaskannya padamu ya. Alphiella adalah markas kita nantinya sekaligus tempat penyamaranmu sebagai butler.”
Adde mengerutkan keningnya seakan tidak suka dengan pernyataan yang dilontarkan oleh Leana namun setelah itu ia mendengus dengan senyuman mengejek.
“Jadi latihan ini hanyalah untuk penyamaran. Pantas saja nyonya memberikan batas waktu yang sangat gila.”
Leana menyipitkan matanya dengan kesal mendengar komentar Adde namun orang yang berkomentar hanya acuh tak acuh menyiapkan teh untuk majikannya.
“Bukankah seharusnya hal tersebut anda jelaskan dari awal, nyonya? Dari pandangan saya sepertinya anda merencanakan sesuatu yang lebih besar.”
Mata Leana pun berbinar dan kedua tangannya yang bertepuk sekali menambah kesan kagumnya.
“Tebakanmu benar sekali! Aku memang merencanakan sesuatu. Seperti yang ku kira, kau sangatlah jeli.”
“Anda mengatakan itu seakan anda tahu saya saja.”
Adde mendengus jengkel sembari meletakan teh di meja kerja sementara Leana hanya tersenyum melihat reaksinya.
Dengan perlahan ia mengambil cangkir teh tersebut dan mendekatkan ke mulutnya.
“Tentu saja itu karena aku sangat mengenalmu, Adde.”
Mendengar jawaban Leana, Adde memasang ekspresi kebingungan namun kemudian kembali acuh dan tersenyum seakan ia adalah korban penipuan.
“Dari awal memang sudah mencurigakan, tapi ternyata memang benar nyonya menyelamatkan saya dengan maksud tersembunyi.”
“Aku tidak akan menyangkalnya tapi aku juga tidak bisa mengatakan kebenarannya sekarang. Setidaknya tidak di sini.”
Leana mengesap teh secara perlahan seakan menikmatinya dan seselesainya ia kembali menatap Adde dengan serius.
“Apapun rencanaku, hal tersebut akan berpengaruh penting kedepannya dan aku memerlukanmu karena kau adalah salah satu kunci penting dalam salah satu rencanaku.”
“Ohh, saya terhormat mendengarnya. Tidak saya sangka bahwa saya adalah orang terpilih.”
Meskipun dengan senyuman di wajah Adde, Leana dapat merasakan sarkasme di dalam kata-katanya. ‘ugh, bocah satu ini…’
“Aku berjanji akan menjelaskan semuanya saat sampai di sana, untuk saat ini lakukan saja latihanmu dengan benar.”
“Baik saya mengerti, nyonya.”
“Satu hal lagi…”
“Apa itu?”
“Aku ingin minta maaf, soal rekanmu yang lain… aku tidak bisa menyelamatkan mereka…”
Adde terdiam dan kemudian menoleh ke arah Leana.
“Apakah anda masih memikirkan hal itu?”
Leana terdiam. Ia sudah berjanji untuk menyelamatkan mereka semua namun Leana tidak mampu melakukannya.
Semenjak insiden tersebut, ia selalu berpikir bagaimana untuk meminta maaf kepada Adde dengan benar.
“Nyonya, anda sudah melakukan apa yang anda bisa untuk menyelamatkan mereka, bahkan sekarang bukankah anda memberikan mereka tempat tinggal dan bersedia mengurus mereka?”
Leana tertegun mendengar jawaban Adde. Ia tidak tahu bagaimana Adde mengetahui hal tersebut namun ia juga tidak ingin angkat bicara mengenai hal tersebut.
“Kami sudah bersyukur atas kebaikan anda kepada kami, jadi saya harap apa yang terjadi pada insiden itu tidak membebani anda. Saya tulus mengenai ini. Apakah anda dapat memahaminya?” Jelas Adde.
Leana pun mendengus dan tersenyum. Ia juga bersyukur karena memiliki orang yang pengertian sepertinya dan ia berharap akan terus seperti itu kedepannya.
“Aku paham. Terima kasih Adde.”
“Sama-sama, nyonya.”
Adde membereskan cangkir teh dan meletakannya di trey kemudian pergi keluar ruangan kerja meninggalkan Leana sendirian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Hasan
seru thor😱
2023-06-17
0