Sesampainya di Adreandel, Leana disambut dengan kemeriahan penjual dan pejalan kaki di kota tersebut. Leana menyusuri jalan diikuti oleh Iscan dan Hardie.
Dengan hati-hati ia mengamati tiap jalan terutama jalan kecil yang menyambung ke area belakang yang tidak dapat dilihat dari jalan utama.
Meskipun ia tahu bahwa pencarian ini tidaklah mudah, hal tersebut dipersulit karena Leana tidak bebas dalam menyusuri tiap tempat terutama ketika ia dalam pengawasan dua kesatria yang mengikutinya.
‘Apa yang harus aku lakukan?’ Leana benar-benar dalam kesulitan.
Sambil memikirkan rencana agar dapat menelusuri area belakang, Leana memasuki salah satu toko yang menjual perhiasan.
Dari luar, Leana seperti sedang memilih sebuah perhiasan namun pikirannya sedang berada di tempat lain. Lalu matanya menatap salah satu cufflink dengan potongan yang tidak pernah liat.
“Oh, apakah yang ini menarik perhatian anda?”
Salah satu penjaga toko datang menghampirinya dan mengambil cufflink tersebut untuk di perlihatkan dihadapan Leana.
“Iya, potongan dari permatanya terlihat unik, seakan bagian ditengahnya menyala dalam gelap.”
Selain potongan permata yang tidak biasa, salah satu faktor menariknya adalah warna dari permata itu. Warna seperti campuran antar biru dan hijau, terasa sangat familiar di mata Leana.
“Anda benar sekali. Untuk saat ini produksi potongan seperti ini hanya untuk barang ini saja.”
“Hanya untuk barang ini?”
“Saya diberitahukan bahwa pemotong dari permata ini adalah murid dari pemotong permata yang menjadi distributor di toko ini. Saat ini ia sedang bekerja di tempat lain di kota ini.”
Tiba-tiba saja Leana mendapatkan suatu ide cemerlang.
“Apakah anda tahu tempat murid pemotong permata itu ada di mana?”
Penjaga toko tersebut terlihat sedikit bingung namun ia menjawab.
“Jika anda mau menunggu akan saya tanyakan dulu kepada owner.”
“Baiklah.” Leana mengangguk.
Penjaga toko itu segera pergi meninggalkan Leana kembali dalam pikirannya.
Meskipun ia benar-benar terkesima dengan hasil produk tersebut, bertemu dengan murid pemotong permata hanyalah alasan Leana membuat kesempatan untuk mengecek area kota selain area toko dan pasar.
Dengan alasan ini, Iscan dan Hardie tidak akan terlalu mempertanyakan kunjungan Leana ke kota selain untuk jalan-jalan dan berbelanja.
“Maaf telah menunggu, nona! Owner mengatakan bahwa murid pemotong itu bekerja di rumahnya yang berada tidak jauh dari sini.”
Penjaga toko itu menambahkan. “Tempatnya ada sekitar dua blok setelah belok ke jalur kanan, Jika anda menemuka lambang bunga yang menyala maka disanalah tempatnya.”
“Terima kasih atas informasinya dan tolong bungkus cufflink ini.”
“Baik nona!”
Dengan semangat penjaga toko tersebut membawa cufflink yang dipilihnya untuk di bungkus.
Leana menatap Iscan dan Hardie yang masih berjaga tidak jauh dari pintu keluar. Karena sudah lama tidak merasakan nuansa dijaga oleh bodyguard, rasanya jadi sedikit canggung.
Setelah mendapatkan barangnya, Leana bergegas keluar. Sambil berjalan Leana menjelaskan perjalan selanjutnya.
“Selanjutnya saya akan menemui seorang pemotong permata, tempatnya dua blok dari sini setelah kita belok kanan.”
“Pemotong permata?” tanya Iscan terlihat bingung.
Hardie yang mendengarnya menyadari sesuatu. “Tunggu, dua blok setelah belok ke jalur kanan itu adalah jalan tikus, disana berbahaya nyonya!”
“Kamu tahu tempat itu Hardie?”
“Beberapa hari lalu aku sempat diajak yang lain untuk minum di sebuah bar dan salah satu jalan pintasnya adalah lewat sana.” Jelas Hardie.
Iscan dan Hardie mulai menukar informasi dan sementara Leana yang menunggu persetujuan keduanya hanya dapat menghela napas lelah. Ia tidak bisa menghabiskan waktunya dengan berdebat di sini.
“Tenang saja, selama ada kalian harusnya saya dapat tetap aman. Terlebih jika firasat saya benar, mungkin saja saya bisa membuat sebuah bisnis.”
Meski sudah menggunakan nada yang meyakinkan, keduanya masih bertatap ragu dan khawatir. Tetapi Iscan pun menjawab.
“Baiklah, kami akan mengikuti kata nyonya.”
“Saya juga akan berusaha untuk menuntun anda agar tidak tersesat!”
Dengan begitu ketiganya berjalan menuju ke tempat murid pemotong permata tersebut. Leana berencana untuk sedikit mengelabui Iscan dan Hardie jika ia bisa agar dapat menelusuri setiap tempat lebih jauh.
***
Menyusuri jalan yang makin menyempit, Leana menemukan tiga jalan dihadapannya. Meskipun banyak liku sepanjang mata memandang, namun saat ini Leana hanya dapat mengikuti arahan dari penjaga toko.
“Jika kita ke kanan dan menemukan lambang bunga—”
BUGH!
Leana tiba-tiba saja terpental kebelakang setelah menabrak sesuatu saat ingin berbelok, untung saja Iscan segera menangkap tubuhnya yang hampir tersungkur dan Hardie segera maju ke depan.
“Nyonya Leana!”
“Nyonya, apakah anda baik baik saja?!”
Saat disekitarnya tengah berisik mengkhawatirkan dirinya, dihadapannya terdapat seorang pemuda dengan baju lusuh dan rambut berantakan sedang terduduk.
Sepertinya pemuda tersebut juga ikut terpental saat keduanya bertabrakan.
Leana memperhatikan pemuda tersebut dengan seksama.
Rambut berwarna merah perunggu dan warna mata yang sama, tidak salah lagi dia…
“HEI! JANGAN KABUR KAMU!”
Pemuda dihadapannya tersentak mendengar teriakan seseorang dan segera mengecek kebelakang sebelum segera bangkit lagi. Tidak jauh dibelakangnya, dua pria dewasa berlari dengan wajah seram kearah mereka.
“Anu, maafkan saya…!” ucap pemuda itu tergesah-gesah.
Namun sebelum ia mulai berlari lagi, Leana menarik pergelangan tangannya dan menahannya. Leana segera menunjuk kearah dua pria yang berlari kearah mereka dengan tangan lainnya.
“Tuan Iscan! Tuan Hardie!”
“Baik nyonya!”
Bersamaan dengan seruan Leana, keduanya serentak langsung menghentikan dan mengikat dua pria tersebut. ia lega melihat bahwa kedua pria tersebut bukanlah masalah besar baginya.
Leana kemudian kembali menatap pemuda yang terdiam dengan ekspresi terkejut bercampur bingung.
Ia berkedap-kedip mengalihan pandangannya kepada Leana dan dua pria yang terikat secara bergantian.
“Apakah kau baik-baik saja, Adde?”
“Saya baik-baik saja… eh? Nama…”
Leana baru saja menyadari kesalahannya. Dalam hati ia memukul kepalanya berkali-kali.
‘Ack, sial!’
Leana mengernyit sejenak sementara Adde kembali waspada dengannya. Sebelum terlambat, Leana mencoba untuk menenangkannya.
“Tenang saja, aku bukanlah orang jahat. Lebih tepatnya aku ingin menolongmu.”
“Eh? Menolong?”
“Benar sekali.” Leana mengangguk.
Adde sedikit mengendurkan kewaspadaannya.
“Nyonya, apakah anda mengenal pemuda itu?”
Leana dan Adde menoleh kearah Iscan yang mendekati keduanya. Dibelakang Iscan, Hardie menjaga dua pria yang tidak sadarkan diri sedang terikat dengan santai.
Pemandangan yang tidak sesuai dengan kondisi mereka saat ini namun Leana mengabaikan hal tersebut.
“Tidak, ini pertama kalinya kami bertemu. Terlebih dari itu…”
“…!”
Leana sedikit bergeser setelah kembali menoleh kearah Adde dan Iscan pun menatap sesuatu di leher Adde. Ia menyadari bahwa terdapat sebuah benda yang melingkar di lehernya.
“Pengekang ini… Apakah ada organisasi perbudakan di kota ini?!”
Iscan hampir menyahut saking terkejutnya. Ia mencoba meraih pengekang tersebut namun Leana menghentikannya.
“Jangan buka dulu pengekangnya, kita masih perlu pengekang itu agar dapat memasuki organisasi biadab itu.”
Iscan dan Adde terkejut mendengar kata-kata Leana.
“Nyonya..! Jangan bilang anda mau pergi ke sana?! Itu sangat berbahaya!”
Hardie yang tadinya bertengger di dinding langsung menyahut dari belakang Iscan yang mengangguk setuju.
Leana mengangkat sebelah tangannya dan mencoba meyakinkan keduanya namun ia kembali di sela.
“Jangan nyonya! Ini terlalu berbahaya! Lebih baik kita laporkan saja—”
“Tidak bisa. Melaporkannya akan memberikan waktu bagi mereka untuk kabur dan aku tidak ingin hal itu
terjadi.”
“…! Bagaimana anda bisa tahu…”
Adde yang terdiam pun angkat bicara mendengar kata-kata Leana. Baik Adde maupun kedua kesatria yang menjaganya terlihat resah dengan keputusan Leana dan hal itu mempersulit kerja pikirannya untuk menyusun kata-kata.
Adde sepertinya menyadari bahwa Leana tahu bahwa organisasi perbudakan yang menyimpan dirinya bukanlah organisasi biasa.
Tentu saja Leana mengetahuinya. Tiga tahun dari sekarang akan diadakan perburuan besar-besaran untuk memberantas perbudakan yang menjadi keresahan warga karena kasus penculikan yang merambat hingga ke kelas atas.
Leana menghela napas untuk kesekian kalinya. Ia memutuskan untuk mengambil tindakan cepat.
“Untuk saat ini ikuti saja saya. Tuan Hardie, bawa kedua orang itu dengan hati-hati ke bagian keamanan dan jika mereka ingin mengirimkan bantuan, tolong janganlah mencolok.”
“Tapi nyonya…!”
“Tenang, Tuan Iscan akan ikut dengan kami ke tempat itu dan Adde akan menunjukan jalannya.”
Leana menatap Adde yang melebarkan matanya sementara ia hanya membalasnya dengan senyum kecil.
“Maaf Adde, tolong antarkan kami ke sana secepat mungkin, aku tahu kita tidak punya banyak waktu. Untuk kali ini tolong percayalah setidaknya padaku, kau ingin menyelamatkan teman-temanmu, bukan?”
“…”
Adde terlihat ragu namun tidak lama ia mengangguk. Melihat jawaban positif Adde, Leana kemudian mengeluarkan secarik kertas dari kantung bajunya dan menuliskan beberapa kata sebelum memberikannya kepada Hardie.
“Baca ini saat kau sudah mengamankan mereka sepenuhnya, mengerti? Saya akan menjelaskan semuanya setelah masalah ini selesai.”
“Saya mengerti.” Menyerah, Hardie menerima perintah dari majikannya.
Leana kembali melihat kearah Adde yang memulai langkahnya untuk menuntun Leana dan Iscan.
“Tolong ikuti saya.”
“Tuan Hardie, tolong bereskan secepat mungkin.”
“Baik nyonya.”
Meninggalkan pesan terakhir, Leana berpisah dengan Hardie yang membawa kedua pria tersebut bersamanya.
Dalam perjalanan mereka ke tempat perbudakan, Leana mulai membentuk rencana penyusupan ke dalam organisasi tersebut.
“Adde, apakah jalan yang kau gunakan untuk kabur diketahui oleh orang dari organisasi?
“Tidak. Jalan itu saya temukan saat tidak sengaja memindahkan barang-barang, jadi harusnya aman untuk dilewati.”
“Kalau begitu bagaimana bisa kau ditemukan kedua pria tadi?”
“Saya sebelumnya tidak sengaja mengambil arah jalan yang salah, karena pada dasarnya saya berpindah tempat tanpa mengetahui kondisi di luar tempat saya di simpan.”
Artinya pemindahan budak dari satu tempat ke tempat lainnya dilakukan tanpa sepengetahuan budak itu tersendiri agar mempersulit mereka untuk kabur.
Jika nantinya mereka tidak sengaja bertemu dengan salah satu penjaga dari organisasi tersebut, mau tidak mau mereka harus membuang rencana penyusupan dan menyamar sebagai orang yang ingin membeli budak.
“Adde, tolong pastikan kita tidak terlihat oleh mereka. Kalau bisa aku tidak mau berpura-pura untuk menyerahkanmu kembali kepada mereka.”
Adde sedikit khawatir mendengar pernyataan Leana namun ia mengangguk.
“Saya mengerti.”
Melewati beberapa tikungan dengan hati-hati, akhirnya mereka sampai di jalur pelarian Adde. Sebuah jalan buntu yang dipenuhi banyak kotak dan beberapa barang dibalik kain.
Dibelakang barang-barang tersebut terdapat sebuah retakan yang ditutupi oleh papan kayu. Retakannya cukup besar untuk seseorang dapat melewatinya.
Sepertinya retakan tersebut disembunyikan dengan sangat baik hingga tidak ada satupun kecuali Adde yang menyadarinya.
“Ini dia pintu masuknya.”
“Baiklah, Tuan Iscan tolong anda berjaga di sini.”
“Apa?! Saya tidak bisa melakukan itu, saya harus ikut dengan anda!”
Iscan sedikit berseru mendengar pernyataan Leana yang terdengar sedikit kejam baginya.
“Saya ingin anda menjaga jalur pelarian kami. Kalau terkepung dan tidak bisa keluar, rencana ini akan gagal.”
“…”
Iscan memasang wajah masam dan merasa bimbang. Sebagai pengawal Leana, meskipun itu adalah sebuah perintah, ia tidak bisa meninggalkan majikannya sendirian ke tempat yang berbahaya.
“Beri kami waktu 30 menit, jika kami belum keluar, anda diperbolehkan untuk menyusul.”
Meskipun tidak yakin, Iscan kemudian mengangguk dan menundukan kepalanya.
“Saya mengerti, tolong jagalah diri anda baik-baik.”
Iscan mulai berjaga dibalik kotak-kotak yang bertumpuk, memantau kondisi jalan yang masih terlihat kosong dan Leana dengan Adde memasuki jalur menuju tempat organisasi perbudakan itu berada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Hasan
lanjut bacanya🤭
2023-06-17
0