Seharusnya Adde dapat mengetahui kebisingan yang mereka buat dan mengambil tidakan untuk bersembunyi, tapi kenapa ia menampakan dirinya.
‘Ahh! Aku tidak punya pilihan!’
Leana mengambil tindakan cepat dan segera menyerang pria berjubah itu. Ia berlari ke arahnya dan memberikan beberapa serangan dengan menggunakan pisau dan belati lainnya yang ia simpan dibalik jubahnya.
Pria tersebut berhasil menangkis serangan Leana sehingga dengan cepat ia menendang pria tersebut ke arah lorong lain di seberang Adde.
Pria tersebut terpental hingga menabrak dinding hingga runtuh yang menghasilkan suara dentuman hebat menggelegar disekitar mereka.
Leana perlahan berjalan mundur kearah Adde dan berbisik. “Bawa mereka yang sudah ku keluarkan sekarang juga dan jangan kembali.”
Adde yang tertegun segera tersadar dan bergerak segera ke ruangan sel. Saat Pria berjubah itu mulai bergerak keluar dari reruntuhan dinding, Adde sudah pergi dari tempat itu meninggalkan keduanya.
Jika ditanya mengapa Leana tidak ikut pergi kabur dengan Adde dan yang lain adalah kerena beberapa alasan. Baik secara pribadi maupun secara taktikal.
Yang pertama adalah jika lawan mereka adalah anggota bayangan handal maka dalam waktu dekat mereka akan terkejar dan Leana harus kembali bertarung dengan pria tersebut.
Dalam alur yang buruk, Adde atau budak lainnya bisa dijadikan sandera atau bahkan jalur pelarian mereka tertutup hingga mereka tidak bisa kabur.
Yang kedua adalah karena Leana memiliki rencana lain untuk mengulur waktu agar bala bantuan yang dibawa Hardie dapat dengan segera datang ke tempat mereka. Dengan begitu organisasi perbudakan ini dapat dihentikan.
Yang ketiga adalah karena separuh identitasnya telah diketahui, mau tidak mau Leana memutuskan untuk membereskan pria tersebut baik dengan menghabisinya atau membuatnya lupa ingatan.
“waduh… waduh… ini... sangat tidak menyangka… akan seperti ini…”
Meskipun masih tersembunyi dibalik gelapnya bayangan, gemaan suara pria berjubah membuat Leana sedikit merinding.
‘Sejak kapan ini berubah menjadi genre horror?!
Dengan senyuman di wajahnya, pria itu berjalan mendekati arah cahaya hingga Leana kini mampu melihat sosoknya dengan jelas.
“Kau… sangat menarik… jadi saya.. akan membagi… nama saya… Osca… senang bertemu… dengan anda…”
Pria bernama Osca itu tampak seperti orang yang kecanduan obat-obatan. Osca yang kehilangan jubahnya terlihat sangat kurus bahkan wajah tirusnya yang pucat itu hampir tertutup oleh rambut ungu gelap pekat yang panjang danberantakan.
Mata hitam pekatnya membentuk bulan sabit dan senyuman penuh darahnya menyambut Leana.
Meskipun pria dihadapannya terlihat seperti dapat patah hanya dengan dipegang, Leana tahu jenis tubuhnya itu adalah yang paling lincah dalam bayangan setelah jenis proporsi tubuh yang kecil.
Kachang! Kachang!
Tiba-tiba saja mereka yang di tahan dalam sel membuat suara. Sepertinya mereka mulai benar-benar panik.
Leana kembali menatap Osca dengan waspada dan Osca pun terlihat cemberut.
“Apa…? Masih… tidak mau… bicara…?”
“Mengecewakan…” Leana tidak memperdulikan Osca dan hanya dapat menjaga kuda-kudanya. Entah apa karena situasi seperti ini sudah lama tidak ia temui atau tempat tersebut semakin dingin, keringan dingin Leana seakan bercucuran tiada henti.
‘Aku tidak bisa kabur!’
Leana mengutuk situasinya saat ini. Diam saja sudah menyiksanya sekarang, ia takut akan kemungkinan yang terjadi selanjutnya.
“Aku mendengar suara! Apakah ada sesuatu di sana?!”
Leana melirik sedikit ke belakangnya dan mendapat banyak suara langkah kaki bergerak kearah mereka.
‘Sial sekali!!’
Kini ia terperangkap, sepertinya tidak ada acara lain selain menyerang.
Leana melesat kearah Osca dan kembali mengayunkan belati di kedua tangannya. Osca kembali menangkis serangannya dan Leana berjalan melewatinya ke area reruntuhan di dalam kegelapan.
Dengan perlahan tanpa suara, ia mengambil bongkahan dinding yang berserakan di lantai.
Menoleh kebelakang, kini tidak hanya Osca tetapi beberapa penjaga, staff dan seorang pria gemuk yang terlihat mewah berada di sana. Karena Leana berada di balik bayangan, mereka tidak dapat melihat gerak geriknya.
Leana melemparkan dua pisau ke arah Osca namun saat Osca mengambil posisi berjaga, kedua pisau itu melesat melewatinya dan menancap di kepala dua penjaga di belakangnya.
Segera setelahnya Leana melemparkan tiga bongkahan sekaligus kepada Osca dan melesat kearahnya.
Saat Osca mencoba untuk menangkis bongkahan tersebut, Leana segera mengambil posisi untuk menendang Osca lagi namun tendangannya meleset karena targetnya tiba-tiba menghilang.
“Serangan itu… tidak akan mempan…”
Osca berguman di sampingnya dan secara reflex ia mengayunkan tangannya kearah Osca yang segera menghindar.
Ia segera melemparkan lagi dua buah pisau kearah gerombolan lainnya dan Osca yang melihat hal tersebut hanya dapat menginjak tanah sebentar sebelum akhirnya berpindah untuk melindungi majikannya.
“Trik… yang sangat bagus…”
Osca berhasil menepis dua pisau yang dilemparnya. Leana kembali ke posisi siaga satu langkah di depan area gelap.
Melihat penyusup yang tidak kunjung dikalahkan, pria gemuk dibelakang Osca terlihat tidak sabaran dan mulai berseru.
“Apa yang kau lakukan! Cepat habisi dia!”
Osca hanya membalas perintah tersebut dengan decahan lidah.
‘Ugh, aku terpojok…’
Senjatanya semakin menipis dan sampai saat ini belum ada celah baginya baik untuk kabur atau menghindari kondisi ini. Terlebih saat ini Leana sedang menggunakan pakaian yang membuatnya sulit untuk bergerak.
‘Apakah aku harus mengeluarkan semua kemampuanku?’
Sebenarnya ia bisa saja keluar dari tempat ini dan meninggalkan mereka yang ditahan, namun setelah itu apakah ada jaminan selanjutnya ia bisa menyelamatkan mereka?
‘Setidaknya, aku harus mengurus orang-orang biadab itu.’
Leana kembali menyiapkan dua belati dan bersiap untuk menyerang. Osca juga mulai bersiap dengan sebuah belati panjang di tangannya. Tanpa memalingkan pandangannya dari Leana, Osca mulai berucap.
“Tuan… sepertinya ini…pertarungan serius… tolong pergi… jika tidak ingin mati…”
“M-mati?! Apa maksudmu?! Tugasmu disini adalah untuk melindungiku bagaimana pun kondisinya!”
“uhhh… merepotkan…”
Meskipun bernada lemas, Osca sama sekali tidak menurunkan kewaspadaannya. Masih dengan keduanya yang beradu argument, Leana segera maju untuk menyerang.
Kedua senjata saling beradu dan tidak satupun dari keduanya mengalahkan posisi mereka. Dari sisi matanya, ia dapat melihat gerombolan di belakang Osca mulai pergi dari tempat itu.
“Tuan Harsled kita harus segera menghancurkan tempat ini!”
“Jika ‘mereka’ tahu maka kita akan mati!”
“Ayo cepat mengungsi sebelum ledakan terjadi!”
Leana mengeluarkan kekuatan lebih dan mendorong Osca menjauh darinya. Mendengar percakapan mereka, sepertinya ia harus segera menangkap pemilik organisasi bernama Harsled itu.
“Tadi kau bilang namamu Osca ya…”
Mendengar Leana yang akhirnya membuka mulut, Osca sedikit melebarkan matanya dan menarik naik sisi mulutnya. Ekspresinya terlihat senang.
“Ahh… akhirnya mau bicara juga… kupikir… kau bisu…”
Sudah muak mendengar kata-kata pria di depannya, Leana merasa ia ingin segera melepaskan amarahnya langsung kepada pria tersebut.
“Sayang sekali, tapi jika kau ingin main, harap lain kali saja!”
Di tengah kata-katanya, Leana segera melesat kembali kearah Osca. Osca yang melebarkan senyumannya seakan menyambut dirinya kembali mengaktifkan teknik ilusi mata miliknya.
Dengan segera Leana menaburkan pasir yang diam-diam di genggamnya kepada Osca yang seketika membuatnya meringis kesakitan.
Secara cepat Leana mendorong Osca hingga tersungkur dan ia mengeluarkan sebuah besi panjang dengan ujung yang lancip dari balik jubahnya.
Dengan sekuat tenaga ia menancapkan besi tersebut ke pundak kiri Osca hingga terkubur cukup dalam di lantai dan ia segera melempar jauh senjata Osca yang tergeletak tidak jauh dari mereka.
Tambahan terakhir, Leana merobek bagian bawah jubahnya dan mengikat penuh seluruh kepala Osca dengan kuat kemudian langsung mengejar gerombolan yang kabur tadi.
Saat gerombolan tersebut terkejar, Leana dengan cepat melemparkan pisau dan belatinya yang langsung mengenai staff dan penjaga yang tersisa, meninggalkan sang pemilik sendirian.
Saat bawahannya berjatuhan, sang pemilik organisasi perbudakan yaitu Harsled Doyman tersandung dan berguling beberapa langkah kedepan.
Dengan langkah cepat Lean mendekati Harsled yang mencoba untuk mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya.
Leana menarik tangan kiri Harsled dan menggulingkannya, kini ia dapat melihat sebuah gulungan kertas yang digenggamnya dengan tangan yang lain.
Leana menyadari sebuah simbol dalam segel gulungan kertas tersebut. Simbol yang sangat familiar baginya. Seperti dugaannya, sepertinya ‘dia’ terlibat dengan organisasi perbudakan ini.
Jika bisa, ia ingin membawa Harsled hidup-hidup agar bisa di adili namun ia memiliki firasat bahwa hal tersebut akan sulit untuk dilakukan. Apa yang sebenarnya ia lewati?
“Lepaskan aku! Berani-beraninya kau menyentuhku!”
Harsled meronta-ronta dengan keras namun genggaman Leana tidak dapat ia lepaskan dengan mudah. Leana bahkan tidak terusik dengan pergerakannya.
“Setelah ini aku akan membawamu ke pihak berwajib dan kau akan diadili sesuai dengan kejahatanmu!”
Leana mencoba mengikat Harsled dengan kain jubahnya namun saat ia kembali menatap Harsled, sebuah pisau sudah menancap di tubuhnya.
Leana yang terkejut segera menoleh kebelakangnya dan mendapati Osca berdiri dibalik bayangan.
Sepertinya Osca masih belum dapat melihat dengan baik dan tangan kirinya bergulai lemas dengan darah yang menetes tiada henti.
“Sayang sekali… nona…”
Dengan nada terengah-engah dan kesakitan, Osca masih tersenyum kepadanya. Hal tersebut membuat Leana semakin rishi dengannya.
“Dan tuanku… sesuai janji… anda harus mati… bersamaan dengan tempat ini…”
DUAARR!
Bersamaan dengan berakhirnya kata-kata Osca, suara ledakan dan guncangan keras memenuhi area tersebut.
Tidak lama kemudian muncul semburan api dari arah datangnya suara. Cahaya yang dihasilkan datang dari tempatnya dan Osca bertarung.
‘Tidak mungkin…’
Leana membelalak syok dengan kejadian yang terjadi dalam waktu singkat itu.
“Sepertinya… waktuku disini… telah selesai…”
Dengan lemas Osca berbalik dan berjalan pergi, Leana segera mencoba untuk menghentikannya.
“Tunggu! Osca!!”
Leana mencoba meraihnya namun yang didapatnya hanyalah sosok Osca yang menghilang cepat menjadi bayangan dan gemaan suaranya.
“Sampai nanti… nona…”
Sosok Osca pun menghilang seluruhnya.
“Uggh!!”
Menyadari kegagalannya, Leana jatuh dengan kakinya yang melemas. Dengan asap yang makin memenuhi tempat tersebut, Leana menyeret kakinya dengan kekuatan yang tersisa menuju jalur pelarian.
Untung saja jalur tersebut tidaklah runtuh akibat ledakan.
Saat ia berhasil keluar mengikuti cahaya, seseorang menarik tangannya dengan cepat. Hal pertama yang ia lihat adalah wajah panik Adde dan Iscan yang berseru kepadanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments