“Nyonya, tolonglah beristirahat lebih lama! Jika terjadi sesuatu pada anda, saya tidak akan aman!”
Keesokan harinya Leana sudah kembali berada di kantor setelah sarapan dan berhasil membuat Albert kembali panik seperti saat Leana datang ke kantor untuk pertama kalinya di kehidupan ketiganya ini.
Dengan membawa lembaran dokumen yang berisikan rencana kedepannya, ia mengabaikan Albert yang terlihat pusing dan berjalan ke meja kerja.
“Aku tidak bisa melakukan itu untuk beberapa alasan. Selain itu, aku ingin meminta tolong beberapa hal padamu. Ini harus dilakukan secepat mungkin.”
Leana menyerahkan lembaran rencana yang telah ia perbaiki kepada Albert. Albert mencerna setiap kata yang tertera dalam dokumen itu.
“Anda ingin saya melatih anak tersebut sebagai butler?” Leana mengangguk.
Anak yang dimaksud Albert adalah Adde. Mengingat kembali, Leana belum melihat Adde semenjak membawanya ke kediaman Grandall.
“Iya, dalam dua minggu.”
“Dalam dua minggu!?”
Albert memegang dahinya dan kembali membaca apa yang tertulis dalam dokumen di tangannya.
“Nyonya, jika anda ingin menjadikan anak itu sebagai butler yang layak maka waktu tersebut tidaklah cukup…!”
Sebelum ia melanjutkan kata-katanya Leana sudah mengangkat tangannya dan menghentikan Albert.
“Aku tahu ini permintaan yang tidak masuk akal, tetapi setidaknya aku ingin kau menguatkan dasarnya kepada Adde dan nantinya secara bertahap menyempurnakannya.”
Albert menatap Leana dengan tidak yakin. Leana menyadari hal tersebut, namun baginya ketika suaminya kembali dari misinya maka ia tidak akan dapat menjelani rencananya dengan bebas.
“Tapi… kenapa harus dalam waktu segitu nyonya?”
“Soal itu aku akan memberitahumu tidak lama lagi. Untuk saat ini lakukan saja apa yang kuminta. Selama periode itu aku akan menyelesaikan pekerjaan disini.”
“Kau bisa mengeceknya saat sudah selesai.”
Masih dengan ekspresi ragu, Albert pun menunduk lemas dan menerima tugas yang diberikan kepadanya.
“Saya mengerti nyonya.” Albert kembali membaca kata demi kata dalam dokumen tugas di tangannya. Ia kemudian menatap Leana dan berkata. “Nyonya, mengenai budak yang anda selamatkan…”
“Aku akan melaporkan masalah ini pada kaisar dan membuat surat permintaan untuk mengambil alih tanggung jawab atas kehidupan mereka kedepannya.”
“Apakah anda akan memberi mereka pekerjaan di kediaman Grandall, nyonya?”
“Tidak, aku akan mempekerjakan mereka di kota sebagai karyawan atas bisnis yang akan ku mulai nantinya. Oleh karena itulah aku ingin kau mencari sebuah gedung tiga lantai yang dapat berfungsi sebagai toko dan juga tempat tinggal untuk banyak karyawan.”
Leana kembali mengingat Adde dan segera menulis surat untuknya.
“Tolong bawa surat ini juga untuk Adde. Kau boleh memulainya sekarang atau paling lambat besok.”
Albert menerima surat tersebut dan menyimpannya bersama dengan lembar dokumen di genggamannya.
“Akan segera saya laksanakan.” Albert pun pergi meninggalkan ruang kantor.
Kini sendirian, Leana melihat beberapa tumpukan kertas di mejanya dan meja di seberangnya. Ia pun menghela napas.
“Aku harus segera menyelesaikan semua ini sebelum bisa mencari surat tanah itu…”
Leana pun mulai bergerak bekerja, mengecek lembar demi lembar laporan di hadapannya yang sangat banyak tiada henti.
***
Bekerja ketat tanpa henti setelah sekian lama, akhirnya Leana dapat menyelesaikan pekerjaan dua minggu dalam lima hari.
Perasaan lelah yang seakan menindihnya membuatnya bernostalgia mengingat masa-masa Riana yang juga berjuang membuat banyak laporan dalam waktu singkat.
Saat ia menatap keluar jendela, langit sudah berubah warna menjadi jingga dan sepertinya jam makan malam akan segera tiba. Dengan wajah lelah, ia terhuyung-huyung keluar dari kantor dan berjalan kearah ruang makan.
‘uhh… kepalaku sakit…’
Di tengah jalan ia melihat seseorang yang dikenalnya disamping Albert. Pemuda yang lebih pendek beberapa centi dari Albert menggunakan seragam asisten butler dan terlihat lebih rapih dari terakhir kali ia melihatnya.
“Adde?”
Saat Leana memanggil, Albert dan Adde menoleh kearahnya secara bersamaan. Albert menghampirinya diikuti oleh Adde.
“Nyonya! Apakah anda baru saja menyelesaikan pekerjaan?”
Albert menatapnya dengan senyum kekhawatiran diwajahnya sementara Leana membalasnya dengan mengangguk dan kemudian menatap kearah Adde yang sedari tadi diam saja. Merasakan tatapan Leana, Adde pun angkat bicara.
“Nyonya Leana sepertinya anda lelah, apakah anda mau beristirahat di kamar saja?”
Melihat tutur bicara Adde yang berubah dan tidak pernah ia jumpai seumur hidupnya, Leana hanya dapat menatapnya dengan aneh. Adde mengernyit melihat ekspresi Leana.
“Nyonya, apa-apaan ekspresi itu… tidak sopan.”
“Adde! Seperti apapun reaksi tuanmu jangan keluarkan komentar yang tidak-tidak!”
Mendengar komentar Adde, Albert segera menegurnya dan Leana mencoba untuk menenangkan Albert.
Adde hanya bersikap biasa saja seakan tidak terpengaruh dengan teguran seniornya.
“Tidak apa-apa Albert, ia masih belajar. Jadi bagaimana latihanmu sebagai butler, Adde?”
“Tidak ada masalah, semua baik-baik saja. Pekerjaan ini ternyata jauh lebih mudah dibanding yang kubayangkan.”
“Adde!”
‘Sungguh bocah yang sombong.’ Leana mulai berpikir demikian.
Bersama dengan seruan Albert, Leana memukul kepala Adde dengan sisi tangannya dan ia meringis kesakitan karenanya.
“Nyonya… apa yang kau lakukan…” ucap Adde dengan amarahnya yang ditahan sembari memegangi kepalanya yang berdenyut.
“Tidak sopan! Terutama di depan seniormu! Sepertinya kau harus belajar mengenai kepekaan lebih dalam ya, Adde?”
Melihat Leana dengan senyumanya yang mengerikan, Adde hanya dapat menutup mulutnya dan berdoa agar apapun yang direncanakan kedepan untuknya bukanlah hal yang merepotkan.
“Ekhm, tenang saja nyonya. Meskipun sikapnya masih belum sempurna, harus saya akui kemampuannya dalam belajar jauh lebih cepat dari rata-rata.”
“Mungkin saja bukan hanya mimpi bahwa ia mampu menjadi butler yang cukup layak dalam waktu yang singkat.” Tambah Albert.
Mendengar pujian Albert, Leana menatap kagum dan tersenyum. Ia merasa rasa lelahnya sedikit terangkat melihat interaksi harmonis antara Albert dan Adde sebagai senior dan junior.
“Baiklah kalau begitu. Karena aku cukup kelelahan, aku akan meminta makan malam di percepat sebelum kembali ke kamar.” Ucap Leana.
“Saya mengerti.”
“Baik nyonya.”
Mendengar jawaban keduanya, Leana segera pergi ke ruang makan. Sambil menunggu makanan keluar, ia memikirkan kemungkinan surat tanah Alphiella yang terkubur di antara tumpukan berkas di dalam kantor.
Leana pun kembali merasakan sakit di kepalanya.
***
Tiga hari setelahnya, Albert pergi ke kantor atas panggilan Leana. Di antara keduanya terdapat sebuah amplop yang isinya tidak diketahui oleh Albert.
“Apakah ada sesuatu yang anda perlukan, nyonya?”
“Sebelumnya kau bertanya kenapa aku memintamu melatih Adde menjadi butler, bukan?”
“Benar…” Alber mengangguk.
Leana mendorong amplop tersebut kearahnya dan ia mengambilnya dari meja kerja. Saat membuka dan membaca isi dokumen di dalamnya, Albert terkejut. Ia segera menatap Leana dengan matanya yang terbuka lebar.
“Nyonya, ini…!”
“Benar, dokumen yang kau pegang itu adalah surat tanah wilayah Alphila yang sekarang dikuasai oleh Grandall.”
Albert tertegun dan kembali membaca dokumen tanah di tangannya. “Tapi nyonya… ini…”
“Wilayah ini, Alphiella, terlupakan bukan karena alasan. Pada dasarnya wilayah ini telah ditinggalkan karena bencana kekeringan yang sampai sekarang terjadi. Karena hal tersebut, tidak satu pun orang ingin merebut Alphiella meskipun tidak ada yang menjaganya.” Jelas Leana.
Leana pun menambahkan. “Dahulu wilayah tersebut sangatlah subur dan dikenal sebagai wilayah karya wisata yang terkenal sebelum akhirnya terjadi bencana kekeringan tersebut.”
“Nyonya… bagaimana bisa anda mengetahui soal ini? Saya saja tidak menyadarinya…”
Bagi Albert yang sudah bekerja beberapa tahun di kediaman Grandall dan juga mengurus sebagian dokumen dan berkas yang berada disana, Leana yang mengetahui sebuah dokumen tanah yang ia sendiri tidak ketahui adalah sesuatu hal yang aneh dan mencurigakan.
Namun Leana sudah mengantisipasi kemungkinan tersebut dan menyiapkan jawaban yang dapat meyakinkan Albert.
“Sebelumnya aku tidak sengaja menemukan berkas penting mengenai data wilayah yang dipegang oleh Grandall. Dalam kumpulan daftar wilayah yang tertera, Alphiella adalah nama wilayah yang tidak pernah ku dengar bahkan di dalam peta kekaisaran Solfilyan.”
Peta Solfilyan yang tersimpan di kediaman Grandall adalah peta paling baru yang diperbaharui dua tahun lalu. Namun Alphiella telah dianggap tidak ada oleh kekaisaran Solfilyan lima tahun lalu.
“Itu artinya Alphiella telah dihapuskan dari peta Solfilyan…?” Albert melihat dokumen yang menunjukan sejarah terjadinya bencana kekeringan di Alphiella dan merasakan suatu keanehan.
“Bencana itu terjadi enam tahun lalu tetapi pihak kekaisaran memutuskan untuk menghapusnya satu tahun kemudian, itu artinya keadaan Alphiella sangatlah buruk hingga tidak dapat diselamatkan.” Jelas Leana.
“Oleh karena itulah, Albert…”
Albert menatap majikannya yang tiba-tiba tersenyum kearahnya, membuatnya memiliki firasat buruk yang merayapi tubuhnya.
“Aku berencana untuk mengklaim tanah ini dan mengurusnya.”
Dihadapan kilauan senyuman Leana, Albert dibuat menganga dan keringatnya bercucuran deras.
Beberapa detik kemudian hampir setengah penghuni kediaman Grandall dapat mendengar teriakan Albert.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments