Saat keluar di ujung jalur retakan, ia disambut dengan cahaya redup berwarna biru yang berasal dari batu ajaib yang dapat menghasilkan cahaya jika diberi air.
Ruangan yang mereka datangi terlihat seperti gudang penuh banyak barang dari yang terlihat mahal hingga yang tidak berguna.
Setelah memperhatikan ruangan tersebut, Leana mengambil dua kain untuk menutupi sosok mereka.
Leana juga mengambil beberapa benda tajam yang mampu ia temui di ruangan itu sebelum akhirnya mengikuti langkah Adde ke luar ruangan dan mendapati lorong besar dihadapan mereka.
Berbeda dari bayangannya, lorong tersebut sangatlah kosong, kumuh dan hampir minim cahaya. Terdapat banyak ruangan kosong dan lorong lainnya yang tidak diketahui ujungnya dimana.
Hal yang paling aneh lagi adalah bagaimana tidak ada seorang pun yang berjaga disana. Sepertinya mereka sangat percaya diri dengan keamanan di tempat itu.
“Kita sampai.”
Di ujung lorong, Adde berhenti di sebuah ruangan tanpa pintu yang di samping kiri dan kanannya terdapat jeruji besi yang membentang hingga ujung ruangan paling gelap. Cahaya hanya datang dari satu-satunya pintu keluar dan masuk ruangan tersebut.
“Ini adalah satu dari tiga ruangan yang menampung budak. Tempat ini menampung mereka yang bertahan paling lama dalam organisasi ini.
Leana menutup mulut dengan tangan kanannya sembari mengamati isi dari masing-masing sel. Di dalamnya terdapat lima hingga sepuluh orang dengan tubuh mereka yang terlihat kurus kering bersamaan dengan bau tidak sedap yang memenuhi ruangan.
Beberapa dari mereka terbaring lemas dan kebanyakan dari mereka bahkan tidak bergerak maupun bersuara. Tempat yang sangat tidak layak untuk manusia hanya dalam sekali lihat membuat Leana menjadi muak.
“Sebelumnya aku akan minta maaf tapi untuk saat ini kita harus memprioritaskan mereka yang mampu bergerak. Kalau pun sekarang kita mengeluarkan orang-orang di ruangan ini sekarang, kita berdua saja tidak mampu mengangkat mereka semua keluar.”
“Aku juga ingin melepaskan mereka namun jika ada penjaga yang melihat dan mulai mencurigai adanya penyusup, kita bisa dalam bahaya.” Leana menambahkan.
Adde hanya dapat mengangguk lemas sebelum kembali berjalan ke ruangan selanjutnya.
Dua ruangan lainnya tidaklah saling berjauhan namun minimnya penerangan cukup mengganggu mereka, terutama bagaimana orang-orang yang terkurung menjadi histeris saat melihat kedatangan orang.
Adde segera bergerak cepat menenangkan mereka.
“Ssst, tolong kecilkan suara kalian. Kami akan mengeluarkan kalian.”
Mereka yang menangis minta tolong langsung mengangguk. Sepertinya Adde paham bahwa kesunyian yang ada di tempat tersebut dapat menambahkan volume suara sekecil apapun dan mampu membawanya hingga ke ujung ruangan.
Leana kemudian memberikan pisau yang dibawanya kepada Adde.
“Kita tidak punya cukup waktu untuk mencuri kunci jadi aku akan menggunakan cara cepat.”
‘Perhatikan baik-baik.’ Leana mengeluarkan pisau lainnya dan mengangkatnya tinggi sebelum akhirnya menjatuhkan ujungnya dengan cepat ke lubang gembok dari sel tersebut.
Trak!
Tidak seperti dugaan mereka, gembok yang terbelah menjadi dua tersebut tidak menghasilkan suara yang besar.
“Aku sebenarnya ingin kau membantuku, tapi sepertinya kau sekarang tidak punya kekuatan untuk melakukan ini jadi sekarang bantu aku untuk membawa mereka ke jalur pelarian.”
Leana tersenyum kearah Adde dan dibalas dengan anggukan.
Selama Leana sibuk menghancurkan gembok jeruji, Adde membawa budak yang dibebaskan ke jalur pelarian dengan hati-hati.
Adde memastikan bahwa mereka hanya dapat pergi jika dirinya atau Leana bersama mereka, untuk menghindari bertemu sesuatu yang buruk di perjalanan.
Saat Adde kembali, keduanya melanjutkan ke ruangan kedua untuk menyelamatkan mereka yang ditahan disana.
Dengan hati-hati Leana membuka satu per satu kunci gembok dari jeruji sel agar tidak terlalu menghasilkan suara dan Adde juga berjuang agar dapat membawa mereka yang ditahan keluar dengan selamat.
‘Sepertinya menempatkan tuan Iscan di pintu keluar adalah pilihan yang benar.’ Pikir Leana.
Jika Hardie mengikuti petunjuk yang diberikannya, seharusnya ia dapat dengan aman membawa bala bantuan ke tempat mereka.
‘Setidaknya untuk mengungsikan korban perbudakan…’
Dalam secarik kertas yang diberikan olehnya terdapat sebuah petunjuk mengenai simbol yang ia tinggalkan di setiap tikungan yang ia lewati. Tidak hanya itu Leana juga memberikan sedikit petunjuk yang ia harap Hardie dapat memahaminya.
‘Aku harap semua berjalan dengan lancar…’
Leana melirik lima sel yang masih terkunci. Lima sel tersebut berada di area gelap ruangan sehingga diperlukan konsentrasi penuh untuk mengetahui posisi kunci gembok dengan benar.
Ia tidak bisa sembarangan membuat cahaya sekecil apapun karena pada dasarnya sisi gelap ruangan itu cukup menguntungkan untuk menyembunyikan sosok seseorang.
Ia juga dapat memanfaatkannya jika saja penjaga datang untuk mengecek.
‘Ayo kita lanjutkan ke sel selanjutnya—’
“Siapa disana.”
Mendengar suara berat dari arah cahaya, Leana membalikan pandangannya dengan cepat kearah pintu keluar.
Di sana berdiri seorang pria dengan jubah yang wajahnya tertutupi oleh bayangannya sendiri akibat cahaya dibelakangnya.
‘Bagaimana bisa?! Apakah aku lengah? Tidak, bukan itu…’
Apakah sebelumnya ada suara seseorang berjalan?
‘Aku tidak mendengarnya!!’
Leana segera berdiri dan bersiaga dengan pisau di tangannya. Untuk berjaga-jaga ia menunduk agar wajahnya makin terbenam di balik kain yang menutupi kepalanya.
Tindakannya yang tiba-tiba itu menarik perhatian orang-orang di balik sel disampingnya dan mereka pun ikut panik.
‘Ssst, tenanglah…’ Leana mencoba untuk menenangkan mereka dan kembali menatap pria berjubah di hadapannya.
Ada dua kemungkinan yang terlintas dibenaknya mengenai bagaimana pria dihadapannya bisa tiba tanpa di ketahui oleh Leana yang memiliki sensitivitas tinggi karena masa lalunya sebagai bayangan.
Di tempat dimana suara sekecil apapun bisa menggema cukup jauh, kemungkinan pertama adalah pria tersebut menggunakan alat ajaib yang dapat menghapus suara.
Hal ini dimungkinkan mengingat bahwa organisasi perbudakan ini adalah yang paling terakhir selamat dari perburuan di masa depan.
Kemudian kemungkinan kedua dan yang paling buruk adalah pria dihadapannya ini adalah anggota bayangan atau pembunuh bayaran yang sangat handal.
Meskipun bayangan dan pembunuh bayaran memiliki tugas yang berbeda, mereka hampir memiliki ilmu dan teknik yang sama. Salah satu yang paling utama adalah teknik penghapusan eksistensi diri.
Dalam teknik tersebut masih terbagi lagi banyak teknik dan kini yang terjadi sekarang adalah teknik penghapusan suara, silent step.
Saat memasuki markas organisasi ini pun Leana menggunakan teknik yang sama untuk meminimalisir suara.
Karena keseluruhan teknik tersebut hanya dapat digunakan oleh penggunanya sendiri, ia cukup lega karena Adde yang sedari awal tidak mengenakan alas kaki hanya menghasilkan suara kecil saja.
‘Sekarang apa yang harus aku lakukan…’
Pria dihadapannya tidaklah bergerak sedari awal ia membuka suara dan Leana tidak tahu apakah ia harus bergerak atau tidak mengingat akan suara yang dapat dihasilkannya.
Apakah ia atau pria dihadapannya, yang harus memulai kesalahan pertama kali dalam kondisi tentram ini.
Masih saling bertatapan tanpa menurunkan pertahanan Leana ingin sekali mencoba untuk angkat bicara namun tiba-tiba saja pria berjubah dihadapannya bergerak sedikit sebelum akhirnya perlahan menunjukan kedua matanya yang menyala hijau kekuningan dibalik kegelapan.
Leana tersentak.
‘Si sialan ini—!’
CLANG!
Dengan cepat Leana melempar keras pisau ditangannya kearah pria berjubah itu dan segera mengalihkan pandangannya. Dari suara yang dihasilkan, sepertinya pria berjubah tersebut berhasil menangkis pisau yang dilemparnya.
‘Sial, aku dijebak!’
Mata yang menyala hijau kuning itu adalah teknik pengelabu, eye of confusion. Meskipun hanya diaktifkan dalam jangka lima detik, korban yang bertatapan langsung dengan mata tersebut akan mengalami halusinasi yang sangat parah dengan jangkanya tidak dapat diketahui.
‘Ha, hampir sajaaa…’
Leana panik dan mengelus dadanya dalam hati. Tanpa sadar ia menahan napasnya untuk sementara waktu. Ia bersyukur bahwa tubuhnya mengingat apa yang ia pelajari saat menjadi bayangan meskipun sudah puluhan tahun tidak latihan.
Leana kembali menatap pria berjubah tersebut dan menyadari bahwa kini ia dapat seakan melihat ekspresinya dibalik kegelapan. Pria berjubah itu seakan tersenyum kearahnya.
“oohh… ini aneh… dan menarik…”
Mendengar kata-katanya, Leana bergidik ngeri dalam arti yang lain.
‘Kalau ‘aneh’ aku mengerti tapi ‘menarik’?? Apakah dia orang mesum??’
Leana rasanya ingin segera angkat kaki dari tempat itu namun masih adanya orang-orang yang ditahan dibalik jeruji sel dan hal tersebut seakan membelenggu kakinya.
“Kau tahu…? Tadinya… aku pikir… aneh sekali… melihat seorang wanita lemah… tiba-tiba… ada di tempat
seperti ini…”
Pria berjubah itu berbicara dengan sangat pelan seakan sedang mabuk namun Leana tidak menurunkan kewaspadaannya.
Di saat yang sama Leana menyadari bahwa pakaian yang dikenakannya sekarang mempersulit dirinya untuk menyembunyikan seluruh identitasnya.
“Tapi… saat aku melihat postur siagamu yang menarik… kemudian kamu terdiam… kupikir lebih baik aku bantu saja… untuk bergerak…”
Leana mengoreksi kata-katanya. Pria dihadapannya ini adalah seorang psikopat.
“Eeehh… saat kau bergerak… aku cukup terkejut… dengan pisau yang kau lempar… tenaganya lemparannya… sangat tidak biasa…”
‘Berpikirlah wahai Leana Grandall!’ Ia berseru dalam benaknya.
Leana bersikeras memutar otak agar dapat menyelesaikan masalah yang dialaminya saat ini. Ia ingin kabur dari pria berjubah tersebut namun ia juga tidak bisa meninggalkan orang-orang yang ditahan.
Solusi apa yang terbaik untuk menyelesaikan masalah ini?
Leana hanya dapat berharap situasinya tidak menjadi lebih buruk dari saat ini.
“Ah… lihat siapa yang ada disini…”
Pria berjubah itu menoleh ke sampingnya seperti menatap seseorang yang telah datang. Leana seketika membeku.
‘Jangan-jangan… Adde!’
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments