Setelah menyuruh Vivy untuk menjaga jarak dari kamarnya, Leana segera menutup pintu dengan rapat dan berlari kearah kasur sebelum akhirnya menjatuhkan diri disana dengan kasar.
Dengan wajahnya yang terbenam dalam bantal, tangannya yang bebas meraih gemas selimut dan ia pun berteriak tanpa mengeluarkan suara. Wajahnya kini sangat merah hingga mewarnai telinganya. Ia merasa suhu disekitarnya sedikit lebih panas dari biasanya.
‘Apa-apaan itu?! Apa-apaan itu?!’
Leana masih tidak percaya apa yang terjadi dengannya tadi. Ia tidak percaya bahwa pria tampan dan gagah yang bisa dibilang sebagai idaman para wanita itu adalah suaminya.
Marquess Forde Grandall.
Kenapa sosok yang diingatnya di kehidupan pertamanya jauh berbeda dari saat ini?! Kenapa ia merasa melihat wajah seseorang dengan filter wajah diperbagus kali seratus seperti yang ada di dunia modern. Apakah ia sudah gila?!
Tidak. Apakah standar ketampanannya sudah jatuh sangat dalam saat ia hidup sebagai Riana di dunia modern? Separah itu kah standarnya kini?
Lagi pula wajah seperti Forde hanya dapat ditemukan sebagai karakter dua dimensi di dunia modern.
Bahkan saat ia melihat sosok karakter tampan dua dimensi, reaksinya hanya “Oh, aku suka yang seperti ini” dan hanya memandangnya sebelah mata seperti sebuah idola yang hidup di dunia berbeda darinya.
Apakah karena pada kenyataannya sekarang sosok tersebut merupakan suami legalnya secara nyata maka efeknya menjulang tinggi berkali-kali lipat?
Setelah melewati banyaknya naik dan turun kehidupan, bisa-bisanya ia masih syok dengan hal seperti ini.
Bahkan jika disatukan dengan kehidupan pertamanya, ia adalah wanita dengan umur yang mencapai setengah abad. Bagaimana bisa perasaannya masih dapat bergoyah seperti anak SMA?
Apakah mentalnya kembali menyamai umurnya pada saat ini ketika ia kembali menjadi Leana di kehidupan ketiganya? Ia tidak pernah mengingat bahwa mentalnya dapat dengan mudah tergoyahkan seperti ini.
Ia selalu berpikir bahwa ialah yang paling menguasai cara untuk menahan diri tapi apa-apaan kondisinya saat ini. Ia ingin segera menguburkan diri hidup-hidup dan tidak kembali lagi.
Tok Tok
Saat ia mendengar ketukan pintu, Leana yang tenggelam dalam dalam pikirannya menyadari bahwa langit telah berubah di balik jendela kamarnya. Selama itukah ia tenggelam dalam pikirannya?
“Nyonya, makan malam telah siap. Tuan Forde telah berada di ruang makan, apakah anda akan pergi ke sana?”
Vivy yang setengah badannya masuk dengan ekspresi khawatir menatap Leana. Ia masih meragukan kestabilan mentalnya setelah bertemu dengan suaminya tadi siang, namun jika ia menghindar sekarang maka ia tidak akan pernah maju ke tahap selanjutnya.
Dengan sedikit goyah, Leana membenarkan posisinya dan Leana pun menjawab.
“Tolong sampaikan bahwa aku akan segera pergi ke ruang makan .”
“Saya mengerti nyonya.” Vivy mengangguk dan meninggalkan Leana.
Nasi sudah menjadi bubur, jadi lebih baik lakukan saja. Sepertinya kata-kata bijak Adde sangat berguna untuk memperkuat mentalnya pada saat seperti ini.
***
Baik Leana maupun Forde makan dengan penuh ketenangan. Makan bersama dengan suaminya adalah hal yang tidak dilakukan oleh Leana setelah dua kali makan bersama di awal pernikahan mereka.
Saat Leana memasuki ruang makan pun, ia mencoba untuk tersenyum lembut kearah suaminya namun ia tidak mendapat balasan apapun. Ia bahkan tidak mengingat bagaimana ekspresi suaminya saat ia tersenyum kepadanya.
Apakah suaminya itu sebenarnya tidak menyukai dirinya? Tapi jika ia dapat mempercayai buku yang dibacanya seharusnya Forde kepada Leana…
Leana menaruh alat makannya begitu selesai dan kemudian menatap Forde yang juga baru saja menyelesaikan makanannya. Forde yang merasakan tatapan Leana pun menoleh kearahnya.
Leana beberapa kali mengatup mulutnya, suara yang seharusnya ia keluarkan tidaklah keluar. Melihat Leana yang seakan ingin berkata sesuatu tetapi ragu-ragu, Forde segera bangkit dari kursinya.
“Kamu tidak perlu memaksakan diri. Aku akan segera istirahat di kamar.”
Ah… tidak…
Ia harus segera menghentikan Forde, jika tidak maka kesempatannya untuk membuat kesepakatan akan hilang.
Leana segera bangkit dan tanpa sadar sedikit menaikan suaranya.
“Tunggu dulu, Tuan Forde!”
Forde berhenti di tengah jalan dan menoleh kearah Leana. Beberapa pelayan yang membersihkan meja makan beserta Albert yang berada disana ikut tersentak akibat suara Leana yang lebih tinggi dari biasanya.
“Itu, anu, Kita perlu bicara!”
“Ada sesuatu harus perlu saya bicarakan…” Bersamaan dengan kata-katanya yang perlahan memudar, ia merasa mata Forde sedikit berbinar mendengar kata-katanya sebelum akhirnya memalingkan muka. Apakah hanya perasaannya saja?
Tidak lama kemudian Forde kembali menatap Leana yang menunggu jawabannya.
“Aku mengerti. Datanglah kapan saja saat kamu siap.” Forde kembali melanjutkan perjalanannya pergi ke kamar.
Mendengar jawaban tersebut Leana menghela napas lega dan ia pun menghampiri Albert yang masih terdiam di posisinya.
“Albert, untuk besok bisakah kau menyiapkan material yang ku minta sebelumnya?”
“Saya mengerti nyonya.” Jawab Albert.
Pada saat itu tidak ada yang menyadari bahwa Forde sempat terhenti sejenak mendengarkan percakapan antara Leana dan Albert yang terlihat ramah dan dekat itu.
***
Keesokan harinya, Albert kini memberi laporan penuh mengenai kediaman Grandall di ruang kerja.
“…Itulah akhir dari laporan saya.”
Dengan lembaran dokumen di tangannya, Albert mengakhiri laporannya dari awal kepergian Forde hingga akhir kepulangannya.
Dokumen yang diselesaikan oleh Leana selama dua bulan ini juga dipersembahkan dalam laporan tersebut, dengan teliti Forde mengamati dokumen demi dokumen.
“Kau bilang dokumen ini diselesaikan oleh istriku?” Forde sedikit menunjukan dokumen di tangannya kepada Albert.
“Dua bulan lalu nyonya mengajukan diri untuk membantu dan ia juga menggunakan metode yang saya jelaskan dalam laporan tadi dalam menyusun dokumen tersebut.”
Forde kembali menatap dokumen tersebut sebelum akhirnya menyimpannya dengan dokumen lain. Ia kembali menatap Albert yang tengah membereskan dokumen di meja lain.
“Selain itu apakah ada lagi yang perlu di laporkan? Mengenai istriku misalnya?”
Mendengar kata-kata tersebut, Albert membeku.
‘Ah ini gawat…’ adalah yang terlintas di benak Albert.
Ia tahu bahwa majikannya pasti akan menanyakan keadaan istrinya, namun ia juga berjanji untuk tidak buka mulut karena penjelasan itu akan dilakukan oleh Leana sendiri. Namun kini apakah ia berani menutup-nutupi kenyataan dihadapan majikannya tersebut?
‘Nyonya… apa yang harus saya lakukan…’ Selain berdoa kepada yang pencipta, Albert juga diam-diam berdoa
kepada Leana.
Dengan ekspresi setenang yang ia bisa, Albert mulai membuka mulut.
“Jika mengenai nyonya, saat sedang membenahi dokumen di ruang kerja, nyonya menemukan dokumen tanah Alphiella.”
“Alphiella?”
‘Itu adalah nama tempat yang sudah lama tidak aku dengar lagi semenjak menjadi Grandall.’
Forde membaca dokumen yang diberikan Albert kepadanya dan Albert pun melanjutkan penjelasannya.
“Nyonya menemukan dokumen tanah Alphiella dan melakukan penyelidikan. Dari penyelidikan tersebut, nyonya mendapati bahwa Alphiella adalah wilayah yang dilupakan dan dihapus dari peta oleh kekaisaran Solfilyan. Namun disaat yang bersamaan kepemilikan tanah tersebut sekarang diberikan kepada Grandall.”
Sembari mendengarkan penjelasan Albert, Forde mendengarkan dengan seksama. Keadaan diantara Albert dan majikannya masih aman sehingga ia dapat sedikit bernapas lega.
Ia pun melanjutkan.
“Setelah mengumpulkan informasi, nyonya melakukan pengecekan secara langsung ke sana…”
“Apa kau bilang?”
Uh oh…
Tiba-tiba saja suhu ruangan tersebut seakan turun drastis. Albert hampir tidak dapat merasakan kakinya sendiri. Albert segera menutup mulutnya rapat menghadapi tatapan majikannya yang setajam pedang.
Dengan tenggorakannya yang seakan kering, Albert tetap melanjutkan kata-katanya meskipun kali ini ia tidak tahu harus bagaimana menjelaskan kepada majikannya tersebut.
“Nyonya… pergi ke wilayah Alphiella secara langsung… dan mencoba untuk mendirikannya lagi…”
“Lalu…” Albert menjelaskan laporannya dengan ragu-ragu dan hal tersebut membuat Forde kehabisan kesabaran.
“Ada apa, Albert? Apakah ada sesuatu yang tidak dapat kau ceritakan padaku? Terutama mengenai istriku?”
Ngghh…
Albert mulai merasakan panas dingin diseluruh tubuhnya. Jika ia tidak menguatkan diri, ia bisa jatuh
pingsan.
“Bulan lalu, organisasi perbudakan ditemukan di kota Adreandel… dan nyonya… terlibat dalam insiden
itu…”
“Hah? Apa maksudnya itu?”
Tidak bisa. Albert merasakan aura mengerikan dari majikannya dan ia merasa sedang dicekik secara langsung bersamaan dengan kata-kata yang ia keluarkan.
“Pada saat itu nyonya… pergi ke ke kota Adreandel untuk membeli perhiasan… Itu juga adalah kali pertamanya ke kota…”
“Aku bertanya bagaimana istriku bisa terlibat dalam insiden itu, Albert. Kau pastinya memiliki informasi lengkap tentang itu bukan?”
“Soal itu—”
Tok Tok!
“Tuan Forde, nyonya Leana ingin bertemu dengan anda.”
Dipertengahan percakapan Forde dan Albert, suara Vivy yang menyatakan kedatangan Leana ke ruang kantor seakan bagaikan terompet penyelamat bagi Albert.
‘Nyonya! Anda datang tepat pada waktunya!’ Albert berseru sembari tersedu bahagia dalam benaknya. Meskipun wajahnya masih dipenuhi dengan keringat dingin akibat tekanan dari tuannya.
Forde membenahi dirinya dan menjawab.
“Bawa istriku masuk.”
Saat Leana masuk, ia mendapati Albert yang sepertinya sedang memberi laporan entah bagaimana bertatapan lega kearahnya. Menepis rasa herannya, ia segera memalingkan pandangannya kearah Forde.
“Tuan Forde, seperti yang saya katakan kemarin, ada yang perlu saya bicarakan.”
Leana melirik kearah Albert dan Albert yang menyadari sinyal kepergiannya segera membungkuk dan mengundurkan diri dengan senyuman lega.
“Kalau begitu saya permisi untuk undur diri, Tuan Forde, Nyonya Leana.”
Albert pun menghilang dibalik pintu di belakang Leana. Merasakan kecanggungan diantara keduanya, Forde pun angkat bicara duluan.
“Bagaimana kalau kamu duduk terlebih dahulu?”
“Iya, baiklah.”
Sementara Forde membereskan dokumen yang bertebaran di mejanya, Leana berjalan ke sofa dan setelah selesai Forde pun ikut duduk di sofa yang berada diseberangnya.
Leana cukup tertegun melihat sikap Forde yang tenang, berbeda dengan dirinya yang sedikit tegang.
Untuk beberapa saat keduanya terdiam hingga Forde berinisiatif membuka mulut.
“Jadi apa yang ingin kamu bicarakan?” tanya Forde.
Leana sedikit menarik napas dan kemudian menatap lurus Forde di hadapannya.
“Tuan Forde, saya ke sini untuk membuat kesepakatan dengan anda.”
Dengan berakhirnya pernyataan tersebut, Leana tidak sedikit pun melewati perubahan ekspresi Forde yang terkejut mendengarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Hasan
wah kesepakatan apa tuh🤭🤭
2023-06-17
0