Mulai Bertobat

"Huah!" Kepala Russel menyembul keluar dari permukaan air. Setelah mengisi paru-paru dengan pasokan oksigen, tanpa mempedulikan rambutnya yang basah dan berantakan, Russel kembali berenang ke sisi kolam yang lain.

Entah sudah berapa kali Russel berenang mondar mandir berenang ke sana kemari. Russel terlihat seperti sedang melampiaskan isi hati dengan menghukum dirinya sendiri. Berolah raga berat tengah malam.

Aileen yang memperhatikan Russel dari jendela kamar tidurnya di lantai dua rumah Russel, akhirnya memutuskan untuk turun ke bawah dan mendekati kolam renang.

Dia harus bicara dengan Russel. Dia tidak tega melihat Russel menyimpan kesedihannya sendiri. Masalah siang tadi juga melibatkan dirinya.

Masalah ini adalah masalah mereka berdua. Jadi harus diselesaikan berdua. Agar kedua belah pihak tidak ada yang menderita dan tersakiti lagi.

Sesampainya di kolam renang, Aileen menggulung celana piamanya dan duduk di pinggir kolam renang. Dia memasukkan kedua belah kakinya ke dalam kolam air hangat.

Menyadari ada orang lain yang ikut menggunakan kolam renang, membuat Russel berhenti berenang dan menoleh ke arah orang tersebut.

"Aileen!" Russel menyapa singkat dan tanpa pikir panjang segera berenang mendekati Aileen. Ada perasaan khawatir melihat Aileen terbangun tengah malam dan tidak lanjut beristirahat. Malah duduk dan bermain air di kolam renang.

'Jangan-jangan Aileen tidak bisa tidur lagi karena mimpi buruk. Trauma diculik preman dan nyaris diperkosa,' batin Russel.

Aileen tersenyum tipis melihat Russel berenang mendekat. Dan dia kembali memainkan kakinya di atas air sambil menunggu Russel datang.

"Kamu baik-baik saja kan?" Russel terdengar sangat khawatir.

Aileen mengangguk cepat. "Aku baik, Russ. Tidak usah panik."

"Kenapa tidak lanjut tidur lagi? Langit masih gelap, tahu! Tidur lagi sana, biar besok gak ngantuk," tanya Russel serius.

Aileen menggelengkan kepalanya. "Enggak ah! Aku sudah kebanyakan tidur, Russ."

Russel terdiam. Apa yang dikatakan Aileen memang benar. Aileen tadi sudah tidur di perpustakaan. Dan efek obat bius membuatnya tertidur sepanjang sore. Pasti malam ini, Aileen kesulitan tidur.

"Nah, sekarang aku yang bertanya ya. Kenapa kamu sendiri tidak tidur malah berenang tengah malam? Apa tidak capek mondar mandir berenang ke sana kemari?"

Russel tersipu malu dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Menyuruh orang lain tidur, tapi dirinya masih melek di tengah malam. Berenang pula.

Mereka terdiam beberapa saat. Sampai akhirnya Aileen membuka mulut dan bertanya lagi. "Russ, kenapa kau tak datang ke kamarku bersama Jason dan Andrew tadi? Kamu takut aku marah padamu?"

Russel berjalan mendekatkan diri dengan Aileen hingga kedua tangannya dapat menggenggam kedua lutut Aileen.

Russel menengadahkan kepalanya, bersitatap dengan kedua mata bulat Aileen lalu berucap, "Aku malu, Leen."

Aileen memperhatikan wajah tampan Russel yang masih basah. Sorot mata Russel meredup.

Aileen mengerjabkan matanya dengan heran lalu balas meletakkan kedua belah telapak tangannya ke atas tangan Russel. "Malu? Kenapa malu, Russ?"

Russel manggut-manggut lalu menggenggam tangan Aileen lebih erat. Larut dalam diam dan meresapi rasa malunya.

Rasa penyesalan yang dalam ditambah gengsi sebagai ketua geng motor yang tidak bisa melindungi sahabat perempuannya dari anggota gengnya sendiri, membuat Russel malu untuk bertemu Aileen.

Aileen tersenyum tipis memahami isi hati Russel. "Tidak usah malu, Russ. Jason dan Andrew sudah menceritakan semuanya padaku. Seharusnya akulah yang datang lebih dahulu menemuimu untuk mengucapkan terima kasih karena telah menolongku tadi. Thanks a lot, Russ. Jika tidak ada kamu, entah bagaimana nasibku sekarang. Tapi tadi aku sempat punya pikiran buruk kepadamu, Russ." Aileen kini yang tersipu malu.

"Pikiran buruk?" tanya Russel sedikit heran. "Pikiran buruk apa?"

Aileen mengangguk. "Aku terbangun dari tidur dan memakai jaketmu. Aku hanya ingat seseorang membiusku setelah keluar toilet rumah makan Padang. Dan ... aku sempat berpikir kalau kamu yang membuatku tidak mengenakan apa-apa di balik jaket. Maafkan aku sudah salah paham padamu. Setelah mendengar cerita Jason dan Andrew, aku sudah tidak salah paham lagi."

Russel mengusap kepala Aileen dengan lembut. Russel tidak marah dituduh yang bukan-bukan oleh Aileen. Malah rasa penyesalan kembali membuatnya berkata, "Maafkan aku, Leen. Aku sudah menempatkanmu dalam bahaya tadi siang."

Aileen menggelengkan kepalanya. "Mungkin aku memang harus menempuh jalan ini agar bisa membawamu kembali ke jalan yang benar dan bertobat."

Russel menundukkan kepalanya. Gara-gara sikap keras kepalanya, Aileen hampir celaka. Syukurlah Tuhan masih berbelas kasih pada umatnya yang tersesat. Tidak menghukumnya dengan berat. Hanya memberi peringatan kecil. Itu saja dampaknya sudah begitu besar bagi Russel.

"Leen, besok temani aku ke gereja ya," pinta Russel.

Aileen tersenyum senang. "Sure. Aku akan menemanimu, Russ. Aku bahagia kamu mau ke gereja bersamaku."

Russel mendengus pelan.

"Aku sudah lama meninggalkan Tuhan, Leen. Di saat aku tenggelam dalam kesepian dan butuh kasih sayang, aku tidak memilih mendekati Tuhan. Malah pergi ke jalan yang salah. Menjadi pribadi yang keras kepala dan susah dinasehati. Egois pula. Membuat banyak orang khawatir, kecewa dan bersedih. Sekaramg aku sudah sadar. Aku akan keluar dari geng motor dan tidak akan berhubungan lagi dengan Erick dan kawan-kawannya. Aku janji, Leen."

Ya, beberapa jam yang lalu, Russel juga sudah bersepakat dengan kakek untuk menjauhi jalan yang salah dan bertobat.

Dan Kakek berjanji untuk memberi pelajaran yang setimpal pada Erick dan anggota geng motor yang terlibat dengan kasus penculikan dan pelecehan Aileen. Lewat jalur hukum. Bukan membalas kejahatan dengan kejahatan. Tapi memberikan hukuman pada pelaku tindak kejahatan.

"Terima kasih, Russel. Dan aku juga akan menepati janjiku. Aku akan menjadi sahabatmu dan menemanimu saat kamu butuh teman." Aileen tersenyum.

Russel mengulurkan tangannya ke pinggang Aillen. Menarik tubuh Aileen hingga masuk ke dalam kolam renang tanpa aba-aba.

Byur!

Mata bulat Aileen terbelalak lebar saat Russel menarik pinggang Aileen untuk lebih merapat pada tubuhnya yang shirtless. Saat ini telapak tangan Aileen menempel di bagian depan tubuh Russel. Aileen bahkan bisa merasakan hangatnya kulit Russel yang sudah berendam air hangat dalam waktu lama.

"Russ!" Aileen bergumam lirih.

"Jadilah kekasihku, Leen." Russel memandang Aileen dengan sorot mata penuh cinta dan mendamba.

Aileen menelan salivanya. Dia tak percaya akan merasakan moment romatis yang tak terlupakan. Ditembak oleh pria berandal idola sekolah, ketua geng motor yang baru saja bertobat dan ingin pensiun. Di tengah malam. Di dalam kolam air hangat.

Tenggorokan Aileen terasa kering. Pita suaranya seperti kaku, tak mampu untuk menjawab pertanyaan Russel.

Dan detik berikutnya, bibir Russel sudah menempel di bibir Aileen. Menciumnya dengan penuh cinta.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!