Ciiittt! Motor Russel berhenti dan parkir di antara jajaran motor-motor balap yang harganya gak kaleng-kaleng. Laksana berada di area showroom motor balap import.
"Ngapain ke sini?" tanya Aileen heran sampai mengerjab-ngerjabkan mata bulatnya berulang kali. "Jangan-jangan ini markasnya geng motor kamu."
"Bukan. Ini bukan markas geng motorku. Tapi ini tempat mangkal baru. Di sini, kamu mau makan boleh, mau minum boleh. Aku traktir sepuasnya, Leen," jawab Russel sembari melepaskan helm teropongnya.
"Makan? Tengah malam begini? Gak salah nih? Bisa gendut aku, Russ!" tolak Aileen.
"Tubuh kayak papan setrikaan gitu kok takut gendut. Tubuh kerempeng kamu itu butuh asupan gizi yang banyak, biar berisi dan bahenol kayak Megan Fox. Tahu nggak?" Russel membantu Aileen membuka helmnya.
"Nggak! Enak aja tinggi langsing begini dibilang papan setrikaan dan kerempeng. Hoi, Russ! Di sekolah kita ada banyak siswi iri ingin memiliki tubuh sepertiku," balas Aileen menyombongkan diri.
"Terserah deh. Pokoknya kalau gak mau gendut, lari saja saat pulang ke rumahku, jangan nebeng motor akyuuu. Kalori yang barusan masuk ke perutmu pasti akan langsung terbakar habis. Mau?" tanya Russel sambil merapikan rambut pendek Aileen yang agak kusut tergencet helm.
Aileen menggelengkan kepala. Masak cewek lari-lari tengah malam? Bahaya! Apalagi kalau sampai ditangkap satpol pp, dikira cewek gila, olahraga malam-malam di jalanan. Mau ditaruh mana muka Aileen? "Ogah ah, maunya sama kamu saja!"
"Ya sudah. Di dalam cafe, jangan macam-macam ya. Mulut dipakai buat makan dan minum saja, gak usah banyak bicara." Russel memperingatkan Aileen supaya tidak banyak berinteraksi dengan anggota geng motornya. Mereka menyeramkan. Bahkan ada beberapa anggota gengnya yang pernah tertangkap berjualan barang haram. Miras dan narkotika.
"Siap, Ketua Geng."
Russel membantu Aileen turun dari motornya, lalu menggandeng tangan Aileen dengan erat masuk ke sebuah cafe bergaya steampunk submarine yang ramai pengunjung.
Desainnya sangat unik. Membuat pengunjung cafe serasa berada di kapal selam.
Langit-langit dan dinding-dinding cafe disulap seperti terbuat dari bongkahan besi dan baja. Ornamen-ornamen yang menghias dinding dan langit-langit cafe juga sangat cantik dan unik, makin memperkuat tema yang diusung. Kapal selam.
"Keren sekali. Cafe ini pasti akan semakin terkenal jika makanan dan minuman yang disajikan enak dan nikmat," gumam Aileen yang melihat antusias masyarakat Indonesia, hobby berburu foto di cafe-cafe yang stargramable.
"Russ, Russel!"
Russel menoleh ke arah suara yang memanggil namanya.
Erick dan kawan-kawan geng motornya sedang duduk-duduk di depan meja bar yang didesain dengan jangkar di atasnya. Melambaikan tangan sambil terus meneriakkan nama Russel.
Russel melepas tangan Aileen dan membalas lambaian tangan Erick dan kawan-kawan geng motornya.
"Itu anggota geng motorku. Dan yang terlihat seperti bapak-bapak dengan rambut dicat pirang itu namanya Erick. Baru-baru ini aku mengalahkan Erick di balapan motor tiga kali berturut-turut. Karena aku menang, aku didapuk jadi ketua geng motor yang baru. Sebelumnya Ericklah ketua geng motornya. Sedapat mungkin jauhi Erick. Aku tidak mau terjadi sesuatu padamu." Russel kembali memperingatkan Aileen yang berada di dekat sarang lebah beracun.
Russel khawatir Erick membuat masalah gara-gara masih jengkel, tiga kali kalah berturut-turut.
Aileen mengangguk. Tanpa disuruh Russel pun, Aileen sudah gentar mendekati anggota geng motor Russel. Mereka terlihat sangat berandalan. Tampangnya serem, kulit sekujur tubuh penuh tatto warna warni dan terlihat sangat norak dan kasar. Berbeda dengan Russel yang casingnya masih tetap tampan elegan lembut walaupun sifatnya nakal dan ndableg.
"Kamu duduk di sini saja ya. Nanti aku pesankan makanan dan minuman yang enak buat kamu," ucap Russel sambil menarik kursi dan mempersilahkan Aileen duduk. Lumayan jauh dari meja Erick dan kawan-kawan geng motornya.
"Thanks, Russ." Aileen lega tidak harus mengikuti Russel yang ingin membaur dengan anggota geng motornya.
"Hai semua," ucap Russel langsung bergerak cepat setelah meninggalkan Aileen sendirian. Kemudian ia duduk di sebuah kursi bulat yang masih kosong.
"Kau sudah lama minum di sini?" tanya Russel melihat botol minuman keras di meja Erick tinggal separuh.
"Ya. Mungkin sudah satu jam. Lekas pesan makanan dan minuman. Aku yang bayar," jawab Erick yang mulai mabuk.
"Nona, perutku sudah lapar, apakah aku bisa memesan makanan di sini?" tanya Russel pada bartender perempuan yang ada di hadapannya.
"Tentu saja. Ini daftar menunya. Silahkan dibaca lebih dahulu. Jika anda sudah siap memesan, silahkan panggil saya, Rika. Dan saya akan membantu anda untuk memesan makanan dan minumannya," jawab Rika sambil tersenyum manis.
"Thank you." Russel segera mengambil daftar menu dan membacanya.
"Apa menu andalan cafe ini?" tanya Russel yang mulai bingung dengan banyaknya menu di dalam daftar menu.
Lebih baik bertanya langsung pada Rika daripada memilih menu dari daftar menu. Biar lebih cepat pesan, lebih cepat makan.
"Anda lebih suka makan nasi atau mie?" tanya Rika sopan.
"Nasi. Aku mau makan nasi." Russel menjawab dengan cepat.
"Lihatlah menu donburi. Nasi di dalam mangkuk dengan aneka topping. Jika anda suka daging sapi, pilihlah gyudon. Jika anda suka daging ayam, pilihlah katsudon atau oyakodon. Jika anda suka seafood, pilihlah tendon."
"Oyakodon dua dan tenpura aneka seafood dua. Minumnya lemon tea saja dua. Tolong yang satu set dikirim ke meja nomer tujuh."
Russel sedang tidak ingin minum minuman beralkohol walaupun dia sudah cukup umur untuk meminumnya. Karena dia harus memastikan keselamatan Aileen terjaga sampai menginjakkan kaki lagi di rumah Russel. Berbahaya mengendarai motor sambil mabuk.
"Baik. Ditunggu sepuluh menit." Rika mencatat pesanan Russel di kertas lalu memanggil waitress untuk memberitahukan pesanan Russel ke dapur.
"Rika, apakah kau bisa juggling?" tanya Erick pada Rika, bartender perempuan yang parasnya sangat ayu itu.
Rika tersenyum dan mulai melempar botol dan gelas tanpa menumpahkan isinya. Semua pengunjung langsung terpukau dengan aksi akrobatik yang dilakukan bartender untuk menghibur tamu. Tepuk tangan langsung menggema di dalam cafe.
"Oh, wow. Keren. Rika bisa juggling dengan baik." Erick membuka dompetnya dan meletakkan lima lembar uang pecahan seratus ribu ke atas meja. Lalu mendorongnya mendekati tangan Rika.
"Tips karena atraksimu sangat memukau."
Rika tersenyum ramah dan mendekati Erick.
"Terima kasih untuk tips, Tuan."
'Tidak ada manusia yang tidak doyan duit, apalagi perempuan,' batin Erick.
Erick tertawa lebar kemudian menggerakkan tangannya agar Rika mendekatinya. Tanda Erick ingin membisikkan sesuatu ke telinga Rika.
"Anda membutuhkan bantuan saya, Tuan?" tanya Rika lembut mendekatkan telinganya ke bibir Erick.
"Berapa hargamu semalam?" bisik Erick di telinga Rika.
Pertanyaan itu lagi. Pertanyaan yang selalu membuat hati Rika sedih dan merasa terhina. Tapi Rika harus tetap melempar senyum manis pada pengunjung yang menanyakan pertanyaan tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments