Keesokan harinya.
Aileen mengerjab-ngerjabkan mata bulatnya. Sesekali menepuk lembut kedua belah pipinya. Ingin memastikan sesuatu.
"Ternyata aku tidak bermimpi. Semalam Russel mengajakku jadian. Dan dia juga menciumku. Kyaaa!" Aileen menggigit ujung selimutnya dengan gemas lalu berguling-guling kegirangan di atas kasur.
Tok! Tok! Tok!
Seseorang mengetuk pintu kamar tidur Aileen.
"Leen, kenapa teriak-teriak? Kalau sudah bangun, buruan turun, sarapan. Katanya mau ke gereja, ntar terlambat lho!" Terdengar suara Jason dari balik pintu.
"Astaga! Hampir lupa kalau sudah janjian mau pergi ke gereja bersama Russel dan kawan-kawannya pasti juga ikut. Ya, bentar! Bentar lagi turun, Jason." Aileen melompat dari tempat tidurnya. Merapikan selimut dan membereskan tempat tidur secara kilat.
Tak berapa lama kemudian, mereka berempat sudah tiba di gereja. Mereka mengikuti misa perayaan Ekaristi dengan kidmad.
"Leen, kamu berdoa apaan? Lama bener gak selesai-selesai?" bisik Russel pelan tak ingin mengganggu kekhusyukan umat yang lain.
Aileen membuka sebelah matanya dan melihat Russel sudah selesai berdoa tapi masih berlutut.
Aileen tersenyum kecil lalu kembali lanjut berdoa. Tak berapa lama kemudian dia membuat tanda salib di akhir doa dan duduk di bangku kayu gereja.
Russel pun mengikuti Aileen, duduk di bangku kayu gereja. Lututnya sedikit pegal karena terlalu lama berlutut jadi Russel memberi sedikit pijatan lembut pada kedua lututnya.
"Aku berdoa untukku sendiri, untuk ayahku dan untuk kamu," ucap Aileen.
"Untukku? Kau berdoa apa untukku?" tanya Russel penasaran.
"Banyak." Aileen menjawab dengan singkat.
"Boleh tahu isi doanya apa?"
Aileen menggelengkan kepalanya.
"Apakah kamu juga berdoa untuk status kita yang baru?" tanya Russel sambil tersenyum-senyum. Karena tadi dia berdoa pada Tuhan agar Tuhan memberkati hubungannya dengan Aileen. Rukun, langgeng dan selalu bahagia. Syukur-syukur bisa sampai ke tahap yang lebih sakral. Pernikahan.
"Status baru? Status apaan?" Tiba-tiba Jason langsung nimbrung ikut bicara.
Aileen yang kaget langsung membekap mulut Russel. Dia tak mau Russel mengatakan pada dua sahabatnya kalau semalam mereka berdua sudah jadian. Jadi sepasang kekasih.
Andrew mengetuk kepala Jason. "Dasar cupu! Apa mata kamu udah rabun? Jelas-jelas kelihatan kalau mereka lagi falling in love begini."
"Hah? Mereka berdua jadian? Russel dan Aileen pacaran? Sejak kapan kalian saling suka? Kok aku gak tahu sih?" tanya Jason sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Selama ini aku kemana saja ya? Kok sampai tidak bisa melihat kalau Russel mulai menyukai Aileen?" gumam Jason heran.
Aileen dan Russel saling berpandang-pandangan dan tersenyum malu kepergok sudah jadian oleh dua sahabatnya.
"Kemarin malam kalian jadian di kolam renang kan?" todong Andrew pada Russel dan Aileen.
Blush! Wajah Aileen langsung merona malu mendengar ucapan Andrew. Itu berarti semalam Andrew melihat Russel menciumnya di kolam renang. OMG!
Russel merangkul bahu Andrew dan langsung mengajaknya keluar dari gereja. Bisa berabe kalau Andrew buka-bukaan tentang kejadian semalam pada Jason.
"Aku akan mentraktirmu makan selama seminggu. Aku juga akan membelikan tiga buku untukmu. Tapi pastikan mulutmu tidak ember tentang kejadian semalam di kolam renang," ucap Russel menego Andrew.
Andrew tersenyum puas dengan uang tutup mulut yang ditawarkan Russel. Perut kenyang, koleksi buku bertambah.
Jason berlari-lari kecil mengejar Andrew dan Russel.
"Ndrew, mereka jadian di kolam renang? Kok kamu bisa tahu, Ndrew? Kamu lihat apa di kolam renang?"
Russel langsung mengalungkan lengannya ke leher Jason. "Jangan banyak tanya kamu. Kalau masih mau makan enak malam ini. Mau makan apa sekarang? Aku laper nih!"
"Pizza." Serempak Jason dan Andrew menjawab.
***
Motel di pinggir kota.
Erick dan Ahmad duduk sambil menghisap rokok. Kepulan asap memenuhi ruangan kamar mereka yang sempit. Membuat suasana hati makin keruh.
"Dasar preman goblok! Tidak becus kerjanya! Sekarang kita malah harus melarikan diri dari kejaran polisi." Erick marah-marah.
Ahmad mendengus lemah. Dia juga tidak menyangka dua preman utusannya akan secepat itu ditangkap polisi. Gagal total melecehkan gadis yang dekat dengan ketua geng motornya, Russel Halim. Sekarang, mereka malah harus berurusan dengan kakek kaya dan berpengaruh di kota Semarang.
Brak! Brak!
Tiba-tiba saja, pintu kamar motel Erick dan Ahmad didobrak seseorang.
Tidak butuh waktu lama, pintu dari bahan kayu tipis itu terbuka. Beberapa pria berseragam polisi masuk sambil mengacungkan senjata api. Membuat Erick dan Ahmad tak berkutik dan langsung angkat tangan.
"Kalian ditangkap atas tuduhan sebagai dalang kasus penculikan dan pelecehan terhadap seorang gadis." Polisi segera memborgol dua pria anggota geng motor berbahaya dan meresahkan masyarakat itu.
"Sial! Semua gara-gara kamu, Mad. Kamu tidak becus memilih orang!" Erick menyumpah serapah.
Ahmad menundukkan kepalanya, menyesal.
***
Ruangan kerja kakek Hidayat.
"Jika kejahatan Erick dan Ahmad terlalu lemah untuk membuat mereka mendekam di penjara, kamu korek semua kesalahan mereka di masa lalu. Cari bukti-bukti yang bisa memberatkan kasus mereka berdua," ujar Kakek Hidayat.
"Baik, Tuan. Saya sudah menyerahkan beberapa bukti kepada polisi. Bukti-bukti tersebut pasti membuat pengacara Erick dan Ahmad tidak dapat lagi memohon keringan hukuman pada hakim, Tuan." Ronny menyodorkan sebuah amplop berwarna cokelat pada kakek Hidayat.
Kakek Hidayat berdehem pelan. Puas dengan cara kerja Ronny, asisten pribadinya yang cekatan dan cepat tanggap. Tidak rugi sudah mendidik dan mengajarinya selama ini.
Kakek Hidayat membuka amplop cokelat dan mengeluarkan isinya. Foto-foto memperlihatkan Erick, Ahmad sedang bertranskasi narkoba dengan preman-preman.
"Maaf, Tuan. Saya dengar Erick juga pernah terlibat dalam kasus eksploitasi wanita. Beberapa tahun yang lalu, Erick pernah mencari beberapa gadis perawan yang cantik lalu menjualnya pada seorang pria kaya. Tapi sayang, identias pria kaya itu masih buram. Saya akan berusaha lagi untuk mendapatkannya. Saya akan menyelidikinya dengan baik," tutur Erick.
Kakek Hidayat tersenyum kecil. "Coba kau selidiki siapa ayah kandung sebenarnya Aileen Beatrice. Kamu akan menemukan jawabannya di sana."
Ronny mengerjabkan matanya, tak percaya jika kejahatan Erick berhubungan dengan ayah Aileen.
"Orang yang membesarkan Aileen saat ini bukanlah ayah dan nenek kandungnya," jelas Kakek Hidayat.
Ronny tersentak kaget. Ternyata ayah yang diakui Aileen saat ini bukan ayah kandungnya. "Pantas saja nenek gila itu suka menyakiti Aileen."
Tapi ...
Apakah Aileen tahu kalau ayah yang diakuinya saat ini bukan ayah kandungnya? Sepertinya tidak. Aileen selalu baik pada ayahnya, batin Ronny.
"Ronny, setelah Erick dan Ahmad tertangkap, minta kepolisian untuk membubarkan geng motor bermasalah itu," titah Kakek Hidayat.
"Baik, Tuan."
Jika mantan ketua gengnya sudah tertangkap, pasti akan lebih mudah untuk membubarkan geng motor tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments