Sahabat Cupu dan Kutu Buku Russel

"Apakah Tuan ingin mengobrol dengan Aileen sejenak?" tanya kepala sekolah lagi.

Kakek Hidayat menggeleng.

"Biarkan mereka kembali ke kelas, mereka pasti sudah kangen berkumpul dan ingin menyapa teman-temannya. Hari ini adalah hari pertama sekolah, Aileen juga harus mencari teman baru kan? Oh iya. Sepertinya kalian sekelas. Russel, ajak Aileen ke kelasmu!" titah kakek sembari melirik Russel.

"Aileen, Russel ... Semoga kalian berdua dapat berteman baik. Okay ... Sekarang kalian bisa keluar dan mencari kelas kalian. Selamat belajar," ucap kepala sekolah ramah.

Russel segera mengambil tasnya dan berpamitan dengan kakek dan kepala sekolah. Begitu pula Aileen.

Setelah itu Russel dan Aileen segera keluar ruang kepala sekolah dan mencari ruang kelas 11A.

Selama dalam perjalanan menuju ke kelas, Aileen dan Russel sama-sama diam tidak saling berbicara.

Russel berjalan di depan sementara Aileen mengekor di belakang Russel.

Yup, karena Russel adalah pelajar di sekolah ini tentu Russel lebih paham di mana kelasnya berada. Jadi Russellah yang memimpin Aileen menuju ke kelasnya.

"Itu kelas kita," kata Russel sambil menunjuk ke pintu kelas 11A.

Di depan pintu nampak beberapa anak SMU yang mengenakan seragam putih abu-abu sedang asyik mengobrol dan tertawa seru sekali. Mereka saling bertukar kabar dengan teman-teman setelah lama tak berjumpa.

"Russel."

Aileen melihat dua orang pria berjalan cepat mendekati Russel. Mereka melakukan toss dan kemudian berpelukan.

"Gimana kabarnya, Russ?" tanya seorang pria yang tampangnya anak mami banget. Culun dengan kacamata berbingkai hitam. Namanya Jason.

"Aku baik. Sedikit lecet. Tetapi udah gak sakit lagi kok. Senang bisa ketemu lagi dengan kalian berdua," jawab Russel tersenyum bahagia.

"Aku juga senang bisa ketemu kamu, Russ." Pria culun itu melepas pelukannya dan Russel berpelukan dengan pria tampan lain yang tampangnya kelihatan seperti kutu buku. Namanya Andrew.

"Syukurlah kamu terlahir dengan sendok emas, punya kakek tajir melintir yang sigap mengatasi semua masalah kenakalan remajamu. Udah gitu masih digandrungi cewek-cewek satu sekolahan pula," ujar Andrew. "Ckckck, badboy selalu saja berhasil menarik perhatian lawan jenis."

"Dilarang ngiri ya!" balas Russel sambil terkekeh bangga dikatai badboy terlaris.

Aileen mengerutkan keningnya, sedikit heran melihat sahabat Russel ternyata orangnya cupu dan kutu buku. Sungguh bertolak belakang dengan citra Russel sebagai badboy yang suka berkelahi. Kalau situasinya seperti ini, Aileen jadi lega. Jalannya untuk menjadi sahabat Russel jauh lebih mudah.

"Russel, look! Mejamu sudah penuh dengan makanan dan oleh-oleh dari para penggemarmu. Jangan lupa bagi-bagi sama kita-kita ya," ucap Jason.

"Beres. Pulang sekolah bantu aku membawanya ke asrama dan kita nikmati sama-sama, okay?" tutur Russel.

"Asyik. Seneng deh punya sohib berandalan tapi punya banyak penggemar, lumayan kecipratan incip-incip makanan enak," ucap Jason kegirangan.

"Siapa itu, Russ?" tanya Andrew, pria bertampang kutu buku yang sorot matanya langsung berkilat tajam dan dingin melihat murid baru yang cantik dan aduhai.

Sebelum Russel menjawab pertanyaan Andrew, Jason lebih dahulu menimpali.

"Ya ampun, Bro. Ini kan Aileen Beatrice. Pelukis yang baru saja mendapat penghargaan dari UNESCO. Hallo ... Salam kenal. Saya Jason, sahabat Russel," ucap Jason berbinar-binar senang melihat ada anak baru yang memiliki hobby yang sama dengannya.

Jason langsung mengulurkan tangannya dan Aileen menjabat tangan Jason dengan antusias.

"Senang sekali ada yang mengenalku di sini," ucap Aileen sambil melempar senyum bangga. Melirik Russel sekilas.

'Sudah ada dua pria tepatnya,' batin Aileen senang.

"Aku adalah salah satu penggemar beratmu," balas Jason tanpa malu.

"Terima kasih." Wajah Aileen merona merah karena tersanjung pujian Jason.

"Selain pemain MVP, dia juga pelukis hebat?" gumam Russel tertegun dengan bakat yang dimiliki gadis cantik bernasib tragis.

Andrew yang mendengar gumaman Russel jadi makin penasaran dengan anak baru di sekolahnya. Sehebat itukah dia?

"Kapan-kapan kita melukis bareng yuk!" ajak Jason tanpa basa basi.

"Ayo. Siapa takut?" balas Aileen senang.

"Asyik. Kosongkan jadwalmu Jumat sore ya. Aku akan mengajakmu ke base camp. Kita bisa melukis di sana," sorak Jason kegirangan.

'Ckckck ... Jason baru saja kenal Aileen, sudah langsung ajak-ajak pergi melukis bareng di base camp. Tanpa seijin Russel pula. Untung Aileen cantik, kalau cupu dan jelek, aku pasti akan melarang Jason membawanya ke base camp,' batin Andrew kaget melihat keberanian si anak mami yang culun dalam mendekati anak baru yang cantik ini.

"Base camp? Di mana?" tanya Aileen penasaran.

"Di rumah Russel."

"Oh." Aileen manggut-manggut.

'Thanks, God. Sepertinya misi untuk menjadi sahabat Russel bakal lebih cepat terealisasi,' batin Aileen.

"Masuk kelas yuk!" ajak Andrew pada sahabatnya.

"Eh, aku belum berkenalan denganmu. Siapa namamu?" tanya Aileen berusaha mengakrabkan diri dengan pria kutu buku.

"Andrew." Jawaban yang singkat, padat dan jelas. Si pemilik suara juga berlalu begitu saja, masuk ke dalam kelas tanpa menghiraukan si penanya. Sampai-sampai Aileen syok melihat sikap Andrew yang kurang friendly itu.

"Dia emang gitu orangnya. Sedikit cuek dan jutek. Tapi dia baik kok. Apalagi kalau sudah kenal lama, dia baik banget," jelas Jason supaya Aileen jangan sampai salah sangka.

"Ya." Tiap orang memang punya karakter yang berbeda-beda. Mungkin si kutu buku ini lagi kesambet setan jadi sedikit nyebelin. Aileen tersenyum pada Jason lalu bersama-sama masuk ke dalam kelas.

Jason mengambil tas biru yang ada di atas meja, lalu memindahkannya ke meja yang ada di belakangnya.

"Duduklah di sini, Aileen." Jason mempersilahkan Aileen untuk duduk di bangku yang sudah dikosongkannya barusan.

"Terima kasih." Aileen melepas ranselnya dan duduk di bangkunya. Lalu mengedarkan pandangannya memperhatikan ruang kelas barunya.

'Kelas yang luas, bersih dan masih terlihat baru, pake pendingin ruangan pula. Sungguh berbeda dengan kelasku saat masih di kota kecil, Pekalongan. Sempit, dindingnya kusam dan pencahayaannya kurang. Sungguh beruntung aku dapat mengenyam pendidikan barang dua tiga semester di sekolah megah ini. Apalagi gratis tanpa dipungut biaya sepeser pun,' batin Aileen senang.

Sekali lagi, Aileen mengucap syukur kepada Yang Kuasa sebelum wali kelas datang ke dalam kelas. Memulai pelajaran pertama di awal semester dua.

"Kamu kok bisa jalan bareng dia sih, Bro? Ketemu dia di mana?" tanya Andrew setengah berbisik pada Russel. Masih penasaran saja si Andrew, melihat Russel jalan berdua dengan Aileen tadi pagi.

"Tadi Kakek mengajakku ke ruang kepala sekolah untuk membahas masalah kenakalanku. Eh ternyata ketemu dia di sana. Dan karena kami sekelas, ya Kakek meminta aku mengantarnya ke kelas. Jadi dia ikutin aku ke kelas gitu," bisik Russel.

"Tumben Kakek kamu perhatian sama orang baru," sahut Andrew heran.

"Oleh karena itu, kita harus menyelidiki dia. Kenapa Kakek bisa menerima Aileen dengan begitu mudah?" ucap Russel.

"Jangan khawatir, nanti sore aku akan memulai penyelidikan." Andrew tersenyum penuh percaya diri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!