Berkelahi dengan Mantan Ketua Geng Motor

Rika tidak pernah sekali pun marah walaupun mendapat perlakuan kurang ajar dari pengunjung yang kadang-kadang sedikit kelewatan.

Menggoda dan merendahkan dirinya yang bekerja sebagai bartender yang notabene berhubungan dengan pria-pria yang akrab dengan dunia malam. Dan tak jarang pria-pria tersebut adalah pria hidung belang yang sedang mencari mangsa.

Termasuk Erick mantan ketua geng motor yang sering bikin ulah di kota Semarang. Dia sudah gencar mendekati Rika sejak minggu lalu.

"Maaf, malam ini saya tidak dapat menerima panggilan, Tuan Erick. Cafe makin malam, makin banyak pengunjung. Sepertinya saya harus tetap ada di bar sampai cafe tutup. Maafkan saya sekali lagi, Tuan Erick," tolak Rika sopan.

"Kalau lain hari berarti bisa ya?" tanya Erick.

Rika tersenyum dan menjawab dengan sopan, "Tidak bisa, karena sedang datang bulan."

Erick tertawa mendengar penolakan halus dari Rika. Perut gendut Erick berguncang-guncang karena tertawa terlalu keras.

'Mulai jual mahal nih cewek,' batin Erick makin bersemangat mendapatkan Rika.

"Aku akan menunggumu. Hubungi aku jika kau sedang tidak datang bulan. Aku pasti akan membayarmu dengan pantas jika servismu di ranjang sangat memuaskan," ucap Erick yang diucapkan dengan suara keras hingga ditertawai oleh kawan-kawan geng motornya.

"Erick." Russel menarik lengan tangan Erick agar tidak makin kurang ajar pada Rika.

"Maafkan teman saya sudah mabuk dan berbicara yang bukan-bukan. Tolong jangan anggap serius ucapannya, Rika," ucap Russel kesal dengan kelakuan Erick yang masih doyan booking perempuan padahal di rumah sudah ada istri dan dua anak yang menunggu.

"Iya, santai saja, Tuan. Saya tidak tersinggung kok." Rika mengangguk dan kembali tersenyum manis.

"Susah sekali mendapatkan dirimu, Rika. Entah sudah berapa kali kau menolak ajakanku. Alasannya selalu bermacam-macam. Inilah itulah. Sok jual mahal!" Erick mengambil gelas minumannya, menegak tandas cairan cokelat di dalamnya untuk meredakan emosinya yang meningkat karena terus gagal mengencani bartender cantik yang sudah diincarnya selama sebulan.

Russel menghela nafas panjang mendengar ucapan Erick yang makin ngelantur.

"Rika, tolong singkirkan minuman kerasnya. Biarkan Erick minum ini saja. Dia sudah sangat mabuk," gumam Russel pelan lalu memberikan es lemon tea pesanannya pada Erick.

"Baik." Rika segera mengikuti perintah Russel, mengambil botol minuman keras dan menjauhkannya dari Erick.

"Tuangkan minuman itu untuk kami, Rika," pinta kawan-kawan geng motor yang lain.

Rika tersenyum dan dengan luwes menuangkan minuman keras itu ke gelas kaca kosong milik kawan-kawan gemg motor. Lalu meletakkan kembali botol minuman keras ke meja bar dengan label merk menghadap ke pengunjung.

"Russ, ini minuman apa? Kok rasanya aneh begini?" tanya Erick bingung memperhatikan gelas minuman yang baru saja diminumnya.

"Rasa minumannya berubah. Kau tambahkan apa di dalamnya?" tanya Erick curiga.

"Ini minuman baru racikan saya, Tuan. Kadar alkoholnya memang tidak terlalu tinggi, sangat cocok untuk anda. Selamat menikmati," ucap Rika sambil mengedipkan mata ke arah Russel.

Russel tersenyum. Berterima kasih dalam hati karena Rika sudah mau berbohong agar Erick tidak minum minuman keras lagi.

Erick yang melihat perlakuan Rika pada Russel yang sedikit berbeda dengannya dan kawan-kawan geng motornya, jadi ingin memprovokasi kawan-kawan geng motornya untuk menggoda Rika.

Erick ingin melihat bagaimana reaksi Russel mengatasi perilaku dirinya dan kawan-kawan geng motor yang juga sudah mulai mabuk. Apakah Russel akan berkelahi dengan anggota geng motornya sendiri demi membela Rika? Lumayan kan, tercipta kesempatan untuk berkelahi dengan ketua geng motor yang baru. Kapan lagi adu jotos dengan Russel kalau bukan sekarang?

"Rika sangat cantik kan, Russ? Dia jauh lebih menggoda daripada istriku," tanya Erick memanas-manasi Russel.

Russel manggut-manggut saja demi memuaskan keinginan Russel.

"Dengar-dengar Rika juga masih suci, masih belum tersentuh pria manapun. Aku begitu menginginkannya, terobsesi padanya. Sudah berkali-kali aku menawarnya, tapi dia selalu menolakku," ucap Erick lagi.

Russel mendengus mendengar penuturan Erick.

"Bekerja di tempat seperti ini dan masih suci, berarti Rika memang benar-benar menjaga kehormatannya dengan baik. Jadi, sudahlah, Rick. Jangan ganggu Rika lagi. Apa kau tidak malu ditolak terus menerus?" tanya Russel bermaksud ingin menasehati Erick.

Erick menggeleng. "Aku semakin tertantang mendapatkannya."

"Kau sudah gila, Rick!" Russel berdecak kesal.

"Ini pesanan makanannya, Tuan. Silahkan dinikmati." Waitress meletakkan dua menu makanan pesanan Russel. "Pesanan lainnya sudah diletakkan di meja nomor tujuh, Tuan."

Russel menoleh ke belakang dan melihat Aileen sedang makan.

"Saya pesan es lemon tea satu lagi ya."

Russel segera menyantap makanannya dengan lahap. Menutup mata dan hatinya, pura-pura tidak melihat kelakuan dan mendengar ucapan kawan-kawan Erick yang makin lama makin memalukan.

'Hmm ... Makanan yang disarankan oleh Rika benar-benar lezat,' batin Russel puas.

Drttt ...

Ponsel Erick bergetar. Erick mengambil ponselnya dan membaca nama peneleponnya.

"Sisca." Pekik Erick kaget ditelepon istrinya. Lalu terhuyung-huyung pergi meninggalkan area bar untuk mengangkat telepon dari istrinya.

Bruak! Prang!

Russel menoleh ke sumber suara keras yang mengagetkannya. Dan betapa kagetnya Russel saat melihat Erick jatuh di atas meja nomor tujuh. Meja tempat Aileen sedang menikmati makan tengah malamnya.

Wajah Aileen terlihat pucat, sangat syok. Mantan ketua geng motor yang tubuh seperti Buto Ijo tiba-tiba oleng, jatuh menindih piring dan gelas di mejanya. Makanan dan minuman tengah malamnya berserakan ke mana-mana.

Pengunjung cafe sontak memandangi Erick yang bangun dari atas meja sambil menyumpah serapah, penuh emosi.

Erick terlihat sangat kesal pada Aileen dan melempar kesalahan pada Aileen. Padahal Aileen jelas-jelas tidak berbuat apa-apa yang menyebabkan Erick malu luar biasa di depan pengunjung cafe.

Erick mencengkeram bulu-bulu yang menempel di jaket kulit hitam Aileen dan ingin melayangkan sebuah tonjokan ke wajah cantik Aileen.

Rupanya Erick dalam mabuknya mengira Aileen adalah seorang pemuda yang menjegal kakinya hingga terjatuh. Karena potongan rambut Aileen yang pendek dan tubuhnya yang tinggi langsing.

Tap!

Sebelum wajah cantik Aileen terkena bogem mentah, Russel sudah mencekal tangan Erick. Mengunci tangan Erick dan menjatuhkan tubuh tambun itu dengan keras sekali lagi ke atas meja.

"Jangan macam-macam, Erick. Dia tidak bersalah. Jangan main pukul sembarangan. Kalau sudah mabuk, pesan taxi dan cepat pulang. Jangan merusak suasana dan membuat nama geng motor kita tercoreng!" ucap Russel dengan tegas.

Erick memaki-maki Russel karena tak siap menghadapi serangan Russel dari belakang. Begitu mudah dikunci hingga tak berkutik lagi.

Anggota geng motor yang melihat ketua geng motornya berkelahi dengan mantan ketua geng motor sebelumnya, tidak berani ikut campur. Daripada urusan makin panjang ditambah babak belur, lebih baik cari aman saja.

Karena baik Russel maupun Erick, keduanya termasuk jago berkelahi. Jadi, biarlah mereka berdua saja yang menyelesaikan masalah ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!