Dikejar Siapa? Setan?

"Russ, please. Sebenarnya kita mau kemana sih?" tanya Jason tersengal-sengal.

"Ke toilet pria lah. Hanya tempat itu yang menjadi area terlarang buat kaum hawa. Udah buruan! Jangan banyak tanya lagi," ucap Russel terus menarik tangan Aileen berlari menuju ruangan yang ada di lantai tiga gedung sekolah.

"Hei, kalian berdua! Kalian ini staminanya kuat seperti banteng. Aileen sudah terbiasa lari sambil drible bola basket. Dan kamu, Russ, sudah biasa berenang tengah malam. Kalau aku kan jarang olahraga. Capek tahu!" ucap Jason menghentikan langkahnya.

'Dasar duo olahragawan main tinggal aja. Larinya cepat bener seperti dikejar ribuan anjing rabies. Tidak perhatian banget pada sohibnya yang sudah hampir semaput kehabisan napas,' batin Jason.

"Udah gak kuat lagi. Time out! Break! Ngaso! Istirahat! Capek banget aku," ucap Jason langsung membungkukkan badannya.

Kedua tangannya memegangi lututnya yang gemetar lalu menepuk-nepuk kakinya yang kebas sambil terus berusaha mengontrol hembusan nafasnya.

"Tarik nafas ... hembuskan perlahan. Tarik nafas lagi ... hembuskan," gumam Jason sengaja menjatuhkan tubuhnya ke lantai dan menyelonjorkan kakinya.

"Kakiku udah mau putus ini. Jangan kau suruh aku naik ke lantai tiga, ntar habis nafasku. Kasihan mama yang menungguku di rumah, dia masih sayang dan cinta sama putra tunggalnya," rajuk Jason agar kedua sahabatnya menolong dirinya yang sudah kecapekan berlari.

Melihat Jason yang wajahnya sudah pucat dan berkeringat sebiji-biji jagung, Russel pun menghentikan larinya.

"Kita tolong dulu pelukis manja yang satu ini, setelah itu kita seret ke toilet pria lantai tiga, okay?" ajak Russel pada Aileen yang super happy digandeng Russel.

Aileen mengangguk.

Russel dan Aileen segera berjalan cepat menghampiri Jason yang sudah tidur terlentang di lantai gedung sekolah dengan wajah merah terbakar dan penuh keringat.

Russel segera menarik tangan kanan Jason, begitu pula Aileen, dia menarik tangan kiri Jason. Dengan cekatan mereka membuat Jason berdiri tegap untuk kembali berlari ke anak tangga yang akan menghantar mereka ke lantai dua.

"Itu mereka. Ayo, lekas kejar Aileen dan Russel!" pekik Ketos wanita SMU Maria Regina pada segerombolan gadis-gadis di belakangnya.

"Mampus! Ayo semangat, Jas. Hidup mati kita berdua ditentukan olehmu," pekik Russel langsung mengangkat tubuh Jason yang sudah lemas ke punggungnya.

"Malu-maluin aja kamu, Jason. Masak sampai harus digendong Russel sih?" ujar Aileen.

Mereka bertiga pun segera menaiki tangga menuju lantai dua.

"Gara-gara kamu, aku jadi begini. Coba kamu tadi tidak bertepuk tangan, kan tidak begini keadaanku," balas Jason kesal menumpahkan kemalangannya.

"Udah nyanyi bagus-bagus kalau tidak ada yang tepuk tangan, kan kasihan," balas Aileen.

"Udah diem kalian semua. Capek tahu gendong Jason sambil denger kalian bantah-bantahan melulu," ucap Russel yang mulai kecapean gara-gara menggendong sahabatnya yang bisa disamakan dengan karung beras seberat 60 kilo ke lantai dua.

"Turunin aku kalau udah di lantai dua, Russel. Aku jalan sendiri aja," ucap Jason merasa kasihan pada Russel yang mulai kecapaian.

"Turun aja sekarang kalau sudah kuat naik tangga! Ngapain nunggu sampai di lantai dua?" ucap Russel langsung menurunkan Jason di tempat.

Jason melompat turun dari punggung Russel dan berjalan menaiki tangga.

"Toilet pria di lantai dua aja, Russel. Aku tak sanggup kalau harus ke lantai tiga," pinta Jason dengan nada lemas memelas.

"Okay. Toilet pria lantai dua," ucap Russel mengiyakan permintaan Jason.

Russel sekali lagi menyambar pergelangan tangan Aileen dan mengajaknya berlari ke toilet pria. Meninggalkan Jason yang masih belum beranjak pergi dari tempatnya.

"Tunggu! Jangan kau tinggalkan daku di sini seorang diri!" pekik Jason terpaksa berlari mengekor kedua sahabatnya.

Brak!

Russel membuka pintu toilet pria dengan cepat. Menunggu Jason masuk ke dalam lalu mengunci pintu toilet dengan cepat.

"Aaaaa ... " pekik Aileen menggema di ruangan toilet pria.

"Apaan, Leen? Kenapa teriak-teriak? Nanti mereka dengar. Kecilkan suaramu," pinta Jason segera membungkam mulut Aileen.

Aileen langsung menutup kedua belah matanya dengan cepat kemudian tangannya menunjuk ke arah depan.

Jason dan Russel segera menoleh ke arah telunjuk Aileen diarahkan.

"Ya ampun, kamu lihat belalainya Andrew?" tanya Jason terperangah kaget.

Aileen mengangguk-angguk.

"Andrew, cepetan pipisnya. Ada Aileen di sini," ucap Russel sambil menahan tawa melihat wajah cantik Aileen yang bersemu malu.

Andrew dengan tenang menuntaskan buang air kecilnya tanpa peduli kehadiran ketiga sahabatnya.

Sudah terlanjur dilihat Aileen, jadi buat apalagi cepat-cepat menuntaskannya. Malah nanti berantakan dan celananya basah, batin Andrew.

"Aileen udah tutup mata 'kan? Jadi tenang aja, udah gak kelihatan lagi kok belalainya," ucap Andrew tenang.

Jason tertawa terbahak-bahak.

'Dasar Andrew gila, nyantai aja saat ada cewek melihat organ dalam celana pendeknya,' batin Aileen.

Andrew segera merapikan baju seragamnya lalu mencuci tangannya dengan sabun antiseptik dan air mengalir.

"Udah ... Udah selesai BAK-ku. Buka matamu, Leen," ujar Andrew sambil tersenyum nyengir.

Aileen membuka matanya perlahan-lahan.

"Emang ngapain sih kalian bawa Aileen masuk kemari? Dikejar siapa? Setan?" tanya Andrew santai.

"Andrew, bantuin kami berdua dong. Pergilah keluar toilet. Temui ketos dan para gadis-gadis fans clubnya Russel, lalu arahkan mereka ke tempat lain yang jauh dari toilet. Agar kami semua bisa kembali ke asrama dengan selamat," pinta Jason memelas.

"Siapa bikin gara-gara?" tanya Andrew yang berlagak macam jaksa penyidik kasus penting. Kedua belah tangannya dilipat di depan dada sambil melotot memandangi tiga tersangka yang ada di hadapannya.

Aileen langsung menunjuk Russel, sementara Russel menunjuk Aileen.

"Mereka berdua yang bikin gara-gara. Aku gak ikut-ikutan malah menjadi salah satu calon korban pengeroyokan fans club Russel," jawab Jason sambil mengerucutkan mulutnya.

"Ceritanya nanti saja, Andrew. Pokoknya alihkan perhatian mereka semua, agar kita semua bisa pulang ke asrama," pinta Russel.

"Imbalannya apa?" tanya Andrew sambil menengadahkan tangannya meminta pamrih.

"Aku akan memberikanmu angpau super banyak agar kau bisa membeli buku-buku hukum pidana yang sudah kamu idam-idamkan," pinta Russel cepat.

"Deal ..." Andrew segera mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Russel.

Andrew tertawa nyengir lalu membuka kunci pintu toilet dan berjalan keluar. Siap menolong ketiga sahabatnya agar koleksi buku-buku hukum yang diinginkannya makin lengkap.

"Semoga Andrew gak bikin masalah baru," ucap Jason sambil mengatupkan jemari tangannya seperti orang berdoa.

Kriet!

Pintu toilet kembali terbuka, kepala Andrew nongol dan berbisik, "Aman. Let's go, Guys."

"Russ, kakiku masih gemetar nih. Kalau disuruh lari lagi ke asrama yang letaknya masih jauh dari sini, bisa-bisa aku pingsan duluan sebelum menginjakkan kaki di asrama. Lebih baik Andrew dan Aileen duluan aja yang pergi ke asrama. Nanti kita nyusul kalau kakiku sudah gak loyo lagi," pinta Jason memelas.

"Benar, Russ. Lebih baik dibagi dua aja, aku dan Aileen ke asrama dulu. Kalian tunggu di sini dulu. Kalau kita tiba dengan selamat di asrama, aku akan segera meneleponmu dan kalian bisa menyusul kami ke asrama. Tapi, jika asrama tidak aman, aku akan mengabarimu dan kita bertemu di perpustakaan," ucap Andrew.

"Baiklah. Kalian boleh pergi lebih dulu. Jaga Aileen baik-baik ya, Ndrew. Jangan sampai dia dikeroyok sampai babak belur," titah Russel yang mulai protektif pada kekasihnya.

"Siap, Russ. Ayo, Leen!" ajak Andrew.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!