Seminggu kemudian.
Aileen memulas lipstik warna peach di bibirnya. Setelah dirasa rata dan sempurna, Aileen segera mengambil tas ransel pinknya yang senada dengan warna kaos yang ia kenakan siang ini. Berjalan cepat meninggalkan asrama, langsung masuk ke dalam lift dan menuju lobby asrama. Mobil antar jemput sudah menunggunya di depan lobby asrama.
Supir mobil antar jemput segera memacu laju kemudinya ke arah tol Semarang - Solo. Setelah menempuh 40 menit perjalanan, akhirnya Aileen tiba di sebuah kedai kopi yang didesain minimalis dan elegan. Didominasi warna cokelat.
Beberapa sudut ruangannya dihiasi oleh lukisan, dan doodle art yang menambah kesan artistik serta memperindah estetika. Kedai kopi ini juga memiliki ruangan outdoor yang gak kalah nyaman untuk para smooker. Bersantai sambil ngopi berasa seperti di rumah sendiri.
Aileen mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan kedai kopi, mencari sosok tampan dengan body atletis seperti model majalah pria, yang telah mengajaknya keluar asrama di hari Sabtu pagi.
Dan sosok tampan itu ternyata tidak seorang diri datang ke kedai kopi. Sosok pria gemuk besar berambut pirang yang sudah membuat hati Aileen ketakutan minggu lalu, juga ada di samping pria tampan itu. Mereka duduk saling bersebelahan sedang asyik menyesap kopi dingin yang berembun.
Aileen segera merogoh saku celananya. Mengambil ponsel dan mengirim pesan text pada Russel.
Aileen: Aku sudah sampai di cofee shop. Kok ada Erick di sini?
Russel: Gak sengaja tadi ketemu di toilet. Dan Erick memaksa duduk satu meja denganku. Kamu pesan makan dan minum saja dulu. Paling bentar lagi Erick pulang kok. Sabar ya!
Aileen: Ok.
Aileen pun duduk di meja nomer tujuh dan waiter segera melayaninya. Aileen memesan beberapa makanan berat dan segelas es kopi dingin. Dia benar-benar kelaparan setelah latihan basket pagi tadi.
Saat sedang memainkan ponsel tiba-tiba ada orang yang menepuk punggung Aileen.
"Hai, Cewek. Senang bertemu denganmu lagi. Hari ini kau nampak lebih feminim dalam balutan kaos dan aksesoris serba pink. Jangan-jangan dalamanmu juga berwarna pink. Pasti sangat seksi," balas Erick sambil tertawa melecehkan.
Minggu lalu Erick mengira Aileen, teman yang dibawa Russel ke tempat mangkal geng motor adalah seorang pria. Ternyata hari ini dia baru sadar bahwa teman wanita Russel sangat cantik walaupun tomboy.
Aileen terhenyak kaget dan terdiam. Tidak berani membalas ucapan Erick. Mata bulatnya mulai ketakutan dan mencari-cari keberadaan Russel. Dia butuh Russel. Malaikat pelindung dan penyelamatnya dari pria menakutkan ini.
"Cari Russel ya? Tuh Russel sedang ke kasir. Tadi aku menyuruhnya membayar sekaligus mengambil pesanan kopi anak-anak geng motor. Kenapa? Kamu takut bertemu denganku?" tanya Erick berani mengulurkan tangannya hendak mencubit dagu runcing Aileen.
Set! Aileen segera menghindar. Tangan Erick seperti menggapai udara kosong.
Perasaan kesal membuncah di hati Erick. Dia tidak terima Aileen berkelit. Dan memasang wajah jijik pada jari-jari besar milik Erick yang akan menyentuh kulit mulus wajah Aileen.
"Sialan!" Kali ini Erick melayangkan kepalan tangan ke arah wajah cantik Aileen.
Aileen kembali berkelit. Kali ini sepasang kaki panjang Aileen tidak tinggal diam di tempat. Di saat genting dan kepepet, lebih baik pergi melarikan diri dan mencari Russel agar dapat melindunginya dari pria emosian yang menyukai kekerasan ini.
Prang!
Karena terkejut melihat Aileen spontan bangkit berdiri dan lari, waiter yang ada di dekat meja Aileen menjatuhkan nampan berisi makanan dan minuman pesanan Aileen.
Dan melongo kaget melihat Erick mengejar Aileen yang sedang berlari ke arah kasir.
Brak! Brugh!
Tubuh tambun Erick terjatuh dengan keras ke lantai gara-gara terpeleset saus spageti yang berserakan di atas lantai.
Semua pengunjung cofee shop yang melihat Erick tak bisa menahan tawa. Perut sebesar karung milik Erick tertelungkup di lantai dan posisi kaki Erick terlihat sangat aneh. Terangkat ke atas.
Erick jatuh ngusruk tepatnya!
"Sialan!" Erick mengumpat kesal dan waiter pun membantunya berdiri.
"Maaf, Pak. Maaf." Waiter merasa bersalah telah membuat Erick terjatuh dan diketawai banyak orang.
Dengan wajah menahan malu, Erick melampiaskan kekesalannya pada waiter.
Erick menempelkan jari tangannya yang terkena saos spageti ke kemeja putih waiter. Dalam sekejab, kemeja putih waiter itu berubah menjadi merah. Karena terkena noda saos spageti.
Semua pelanggan coffee shop ternganga kaget melihat kelakuan Erick yang terkesan melecehkan waiter. Dan mulai menggunjingkan kelakuan Erick.
Dengan wajah menahan malu dan penuh emosi, Erick keluar dari coffee shop. Meninggalkan Russel beserta pesanan kopi miliknya.
"Kamu gak kenapa-napa, Leen?" tanya Russel khawatir. Tangan Russel menggenggam kedua belah tangan Aileen yang suhunya berubah jadi rendah karena ketakutan.
"Aku takut banget, Russ. Erick cari gara-gara lagi. Untung dia kena karma dan jatuh ngusruk di lantai." Aileen berdebar-debar menceritakan pengalamannya bersama Erick.
"Apa Erick masih kurang dihajar biar kapok?" Russel naik pitam ingin memberi pelajaran pada Erick.
"Jangan berkelahi gara-gara aku, Russ. Aku tidak mau kamu kena masalah. Kakek bisa marah kalau tahu kamu berkelahi dengan Erick." Aileen memeluk tubuh atletis Russel, menghalangi Russel pergi mengejar Erick untuk membuat perhitungan.
Tubuh atletis Russel menegang kaku. Pelukan Aileen membuat hati Russel langsung meleleh seketika.
Perasaan apa ini?
***
Erick memarkirkan motor balapnya di dalam markas geng motor.
Beberapa anggota geng motor segera mendatangi Erick ingin mengambil pesanan minuman mereka. Tapi bukan segelas kopi dingin yang mereka dapat tapi dampratan kasar dan sumpah serapah. Erick masih kesal dengan kejadian di coffee shop.
"Bertengkar lagi dengan ketua geng?" tanya Ahmad sambil mengepulkan asap rokok ke udara.
"Dasar sial. Setiap bertemu dengannya, pasti aku kena sial," gerutu Erick langsung mencopot kaosnya dan berjalan ke wastafel untuk membersihkan noda saos merah yang mulai mengering.
Ahmad tertawa terbahak-bahak. "Sepertinya kamu baru saja jatuh menimpa makanan lagi. Kamu memang berjodoh dengan makanan, Rick. Pantas saja tubuhmu besar dan gemuk."
Erick melotot marah. "Sialan! Kamu berani mengejekku sekarang?"
Ahmad berhenti tertawa dan berubah serius. Erick kalau sudah marah suka adu jotos. Jadi Ahmad harus waspada.
Tiba-tiba saja sebuah ide gila nyelonong di pikiran Erick.
"Mad, apa kamu punya teman yang bisa mengerjai seorang gadis?" tanya Erick.
"Mengerjai gadis? Maksudnya melecehkan gitu?" tanya Ahmad.
Erick menganggukkan kepalanya. "Tapi temanmu itu harus punya penyakit menular biar gadis itu kena batunya. Rugi aku kalau hanya dilecehkan tapi tidak membuat gadis itu menderita sampai ingin bunuh diri."
Ahmad tersenyum. Dia sudah terbiasa melihat Erick melakukan ide-ide gilanya untuk membalas dendam karena sudah dipermalukan. "Tentu saja ada. Jangan khawatir. Asalkan bayarannya besar, semuanya beres."
"Sip. Secepatnya ya, Mad. Aku sudah tidak sabar." Erick tersenyum licik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments