Penyesalan Russel

Russel menunggu jemputan supir pribadinya, sesekali menelepon supir dan menanyakan keberadaan supir. Sudah dekat atau masih jauh?

Begitu mobil jemputan datang, Russel langsung membawa Aileen pulang ke rumahnya.

"Apakah kakek ada di rumah?" tanya Russel khawatir kakek terkejut dan sakit jantungnya kumat.

"Tidak, Tuan Muda. Kakek sedang pergi makan siang bersama Tuan Rayner." Supir menjawab dengan serius.

"Syukurlah." Russel bernafas lega.

Tak berapa lama mereka pun sampai ke rumah Russel.

Dengan cekatan Russel langsung menggendong Aileen yang masih tertidur di bawah pengaruh obat bius dan meminta semua pegawai di rumahnya untuk tidak bergosip macam-macam.

Russel bernafas lega setelah meletakkan Aileen di kasur empuk, menyelimutinya dengan selimut yang tebal.

"Tidurlah yang nyenyak, Putri Tidur. Semoga kau tidak mengingat peristiwa mengerikan ini dalam hidupmu," gumam Russel sebelum keluar dari kamar tidur yang ditempati Aileen.

***

Sore harinya.

Aileen terbangun saat sinar matahari sore menembus memasuki jendela kamarnya yang terbuka. Aileen mengerjabkan matanya. Tidak percaya jika dalam semalam, kamar tidurnya di asrama tiba-tiba terlihat sangat mewah dan luas seperti kamar hotel bintang lima.

"Kamar ini kamar di rumah Russel," ucap Aileen menyadari keberadaannya.

Aileen menjejakkan kakinya ke lantai kamar yang ditutup karpet tebal warna krem. Berjalan ke arah meja yang ada di kamarnya. Meneguk segelas air putih dari botol air mineral yang masih tersegel rapat.

"Siapa yang membawaku kemari?" tanya Aileen bingung.

Ia ingat kalau dirinya baru saja keluar dari toilet, tiba-tiba seseorang menekan mulut dan hidungnya dengan kain berbau menyengat. Setelah itu, ia tidak ingat apa pun lagi.

Aileem mendesah pelan karena otaknya sudah bekerja keras mengingat semuanya tapi tetap nihil.

"Ya sudahlah, semoga tidak ada sesuatu yang mengerikan." Aileen segera berjalan ke dalam kamar mandi. Hendak memenuhi panggilan alam dan mencuci wajahnya agar terlihat lebih segar.

Dan saat Aileen memperhatikan pantulan bayangannya di cermin, ia benar-benar kaget.

"Kenapa aku memakai jaket Russel?" Aillen menarik resleting jaket dan dia menjerit ngeri.

Dia tidak mengenakan apapun di balik jaket. "Kemana kaos dan dalamanku? Siapa yang membuka kaos dan dalamanku? Russel?"

Aileen meneliti setiap inci tubuhnya yang putih mulus. Mencari tanda-tanda kepemilikan merah keunguan atau tanda kekerasan fisik yang ditinggalkan orang yang telah membuka pakaiannya. Namun tidak ada satu pun.

Aileen juga merasakan tak ada rasa nyeri atau panas di bagian intinya saat menuntaskan panggilan alamnya.

Aileen langsung mengucap syukur kepada Tuhan. Karena Tuhan masih menjaganya hingga kesuciannya tidak ternoda. Pikiran jelek yang membayanginya sejak tadi, perlahan mulai sirna.

"Mungkin aku terlalu sering baca novel digital dan berpikir ada seseorang meniduriku. Tapi untuk lebih pasti aku akan pergi ke UKS dan berkonsultasi dengan dokter jaga," gumam Aileen.

***

Begitu mendengar berita kalau Aileen diculik preman bertubuh kekar, Jason langsung pamit kepada mamanya dan berangkat ke rumah Russel.

Sesampainya di rumah Russel, Jason langsung masuk ke ruang kerja Kakek Hidayat. Di sana Jason melihat Russel dan Andrew sedang duduk di sofa yang ada di tengah ruang kerja Kakek Hidayat. Wajah mereka berdua terlihat lega melihat Jason sudah datang.

"Selamat malam, Kakek. Maaf saya datang terlambat." Jason membungkukkan badan kemudian duduk di samping Andrew.

Jason melayangkan sebuah senyum tipis pada kedua sahabatnya.

"Baiklah. Karena Jason sudah datang, Kakek ingin memberitahu kalau Kakek sudah meminta kepolisian untuk menginterogasi preman-preman kurang ajar yang ingin melecehkan Aileen. Dan hasil dari interogasinya adalah preman-preman itu dibayar oleh anggota geng motor yang sama dengan geng motor Russel." Mata Kakek menajam kelihatan sangat marah pada Russel.

Russel mencengkeram pegangan tangan sofa. Melampiaskan kemarahannya di sana.

"Bisa-bisanya anggota geng motorku menyuruh preman untuk menculik Aillen dan ingin membuat masa depannya hancur. Memang ada dendam apa anggota geng motor dengan Aileen? Jangan-jangan ini ulah Erick yang sudah dipermalukan dua kali oleh Aileen. Kurang ajar Erick! Aku akan memukulnya sampai babak belur." Russel bangkit dari kursi dan berniat pergi.

Dengan sigap Andrew langsung menarik tangan Russel. "Russ, tenang! Tenang, Russ! Kita sedang di ruang kerja Kakek. Jaga sikapmu. Berpikirlah dengan kepala dingin, jangan selalu menggunakan tinju dan adu jotos."

"Erick? Siapa itu? Anggota geng motor kamu, Russ?" tanya Jason dengan nada tinggi setinggi rasa ingin tahunya.

Russel menghempaskan tubuhnya dengan kasar ke sofa dan menganggukkan kepalanya, menjawab pertanyaan Jason.

"Memang Aileen pernah bertemu anggota geng motormu dan mempermalukan si Erick?" tanya Jason lagi.

Russel mengangguk sekali lagi.

"Bagaimana bisa? Memang Aileen pernah kamu ajak menemui Erick, anggota geng motor kamu itu?" Kali ini Andrew yang bertanya.

"Aileen pingin ikut, jadi aku ajak deh!" jawab Russel menyesal mengajak Aileen malam itu ke cafe Rika. Seandainya saja waktu bisa diputar kembali, Russel lebih memilih Aileen menelepon Pak Ronny daripada mengajak Aileen pergi tengah malam dan bertemu Erick.

"Gila kamu, Russ! Anak gadis kok diajak ke markas geng motor. Itu sangat berbahaya, Russ," ujar Jason tak habis mengerti dengan kegilaan Russel. Tentu saja semua masalah hari ini terjadi gara-gara Russel.

Andrew menggeleng-gelengkan kepalanya. Raut wajahnya terlihat geram melihat sahabatnya terlalu sembrono dan tidak berpikir panjang sebelumnya.

"Maafkan aku. Aku bersalah." Russel menundukkan kepalanya. Penuh penyesalan.

"Percuma menyesal. Nasi sudah jadi ketan!" gumam Jason emosi.

"Russel, tolong dengarkan Kakek! Seperti yang sudah Kakek katakan berulang-ulang kali. Bergabung dengan geng motor itu berbahaya, Russel. Lebih banyak efek negatifnya daripada positifnya. Kakek sudah memperingatkanmu untuk keluar dari geng motor, tapi kamu tidak mengindahkan larangan Kakek." Kakek mengetuk-ngetukkan tongkat kayu bergagang burung elang emasnya ke lantai karena kesal.

Russel menundukkan kepalanya lebih dalam. Rasa penyesalan makin membayanginya.

Minggu lalu Aileen juga sudah menasehatinya untuk menjauhi Erick dan kawan-kawan geng motornya. Karena mereka berbahaya, suka berkelahi dan punya catatan kriminal di kepolisian.

Tapi Russel malah masih pikir-pikir lagi akan pensiun dari jabatan ketua geng motor atau masih tetap mempertahankannya.

Hanya karena bergabung dengan geng motor itu fun banget. Dan dia juga mendapat perhatian lebih dari Kakek sejak ikut balapan liar dan tawuran.

Sekarang Aileen hampir saja celaka. Semua gara-gara Russel terlibat dengan geng motor. Entah karena Erick mendendam pada Aileen atau Erick ingin cari gara-gara dengannya.

"Maafkan Russel, Kek." Suara Russel terdengar lemah.

Andrew berdehem. "Maafkan Andrew, Kek. Bolehkan Andrew bertanya?"

Kakek menganggukkan kepalanya. "Silahkan bertanya, Andrew."

"Maafkan Andrew sekali lagi, Kek. Andrew ingin tahu. Apa solusi Kakek untuk mengatasi hal ini? Apakah Kakek akan mencari siapa otak penculikan dan pelecehan pada Aileen? Lalu menghukumnya seberat-beratnya?" tanya Andrew hati-hati.

"Jika Russel bersedia tobat dan kembali ke jalan yang benar, Kakek akan mengurus masalah ini dengan baik," jawab Kakek dengan tegas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!