Visum

Aileen tidak tahu bagaimana perasaannya hari ini. Harus gembira atau bersedih. Di satu sisi, mendapatkan tawaran yang sangat menguntungkan. Aileen akan hidup bebas dari neneknya yang kejam dan suka memukul. Tapi jika tidak dapat menjalankan misi dengan baik, ia harus bertunangan dengan lelaki yang tidak ia kenal dan cintai. Huft, seperti keluar lubang buaya masuk ke kandang kucing garong.

Masih bisa selamat lah, kalau masuk kandang kucing garong. Daripada masuk kandang harimau. Pasti mati!

"Nona, apakah saya boleh bertanya pada anda?" tanya Ronny membuyarkan lamunan Aileen. Saat mereka berdua sudah berada di dalam mobil menuju ke rumah sakit.

Aileen mengangguk.

"Silahkan tanya apa saja, Pak."

"Sejak kapan Nona disiksa oleh Nenek Nona?" tanya Ronny iba melihat gadis belia di sampingnya berhasil mengelabuhinya. Dari luar terlihat ceria dan tegar, ternyata gadis belia ini menyimpan sejuta kesedihan di dalam hidupnya.

"Sejak saya masih kecil, Pak," jawab Aileen jujur.

Penyiksaan yang masih membekas di ingatan Aileen adalah ingatan saat ia berusia tiga tahun. Nenek memukulnya sampai menangis saat ia minta tambahan nasi karena perutnya yang kecil belum kenyang.

Bagaimana bisa kenyang jika hanya beberapa sendok nasi saja yang masuk ke perutnya? Tanpa tahu tempe, telur atau sayur. Padahal di meja makan ada tahu tempe goreng, tumis sayur dan telur ceplok.

Nenek memakannya sendiri sampai kenyang lalu menyisakan sedikit untuk ayah. Tanpa memperdulikan gadis kecil yang kelaparan dan menahan air liurnya menetes ingin merasakan nikmatnya makanan mewah telor ceplok pakai kecap manis.

Sungguh miris nasib Aileen kecil. Untunglah di ujung jalan kampung tempat tinggalnya berdiri sebuah gereja. Aileen kecil mendapatkan bantuan dari pastor dan jemaat gereja itu.

Mereka yang memiliki hati dermawan memberikan baju dan makanan untuk Aileen. Bahkan pastor di gereja mengajarkan Aileen bagaimana membaca, menulis dan melukis. Mencarikan orang tua asuh yang bersedia membayar biaya pendidikan Aileen sampai sekarang.

Tanpa mereka, mungkin Aileen tumbuh menjadi anak kekurangan gizi, bodoh, tidak pernah merasakan bangku sekolah. Apalagi dapat berprestasi di bidang olah raga dan seni. Itu semua karena Tuhan telah mengirimkan hambaNya untuk menolong Aileen, untuk bertahan hidup sebelum Kakek Hidayat datang dan mengeluarkannya dari rumah jelek Nenek.

"Apakah Nona pernah punya niat untuk kabur dari rumah? Maksud saya kabur dari Nenek yang suka menyiksa Nona," tanya Ronny mengingat anak muda seberani dan seaktif Aileen tidak mungkin diam saja disiksa selama belasan tahun.

"Pernah, Pak. Tapi dinas sosial menangkap saya saat jadi gelandangan dan ayah menjemput saya di panti sosial. Ayah menasehati saya agar bertahan sedikit lagi sampai saya dewasa dan mandiri. Pastor gereja juga berkata hal yang sama seperti ayah. Saya masih kecil untuk berada sendirian di luar sana," jawab Aileen yang patuh pada ayah dan pastor gerejanya. Dua orang yang sangat Aileen hormati dan sayangi.

"Oleh karena itu, saya berusaha mengukir prestasi agar masa depan saya cerah. Saya bisa cepat mandiri dan bebas melenggang pergi dari rumah Nenek. Tapi ternyata Tuhan itu Maha Baik, Dia membuka jalan saya lebih cepat, saya dapat meninggalkan rumah Nenek saat berusia 17 tahun," ucap Aileen penuh semangat.

Ronny tak sadar berdecak kagum mendengar cerita gadis belia di sebelahnya. Dan ia pun melayangkan satu pertanyaan lagi.

"Nona, apakah anda membenci Nenek anda?" tanya Ronny ingin tahu bagaimana sifat dari calon menantu Kakek Hidayat. Apakah seorang pendendam atau seorang pemaaf?

"Tanpa Nenek, mungkin saya tidak ada di sini saat ini, Pak. Nenek lah yang membesarkan saya karena saya kehilangan ibu saya sejak lahir ke dunia dan ayah saya masih di dalam penjara. Saya berhutang budi pada Nenek," jawab Aileen sambil tersenyum manis.

"Jadi anda memaafkan perlakuan buruk nenek anda, Nona?"

Aileen mengangguk.

"Cita-cita saya hanya ingin pergi dari rumah Nenek secepatnya. Tapi tidak ada niat untuk membalas kejahatan yang sudah Nenek pada saya," jawab Aileen yang tahu bahwa Nenek memukulnya, membencinya karena Aileen adalah benalu yang menyusahkan hidup Nenek di masa tuanya.

Seharusnya wanita setua Nenek tidak direpotkan untuk mengurus bayi perempuan yang sudah piatu, membeli berkaleng-kaleng susu formula agar bayi itu tidak rewel dan mengganggu tetangga. Lalu setelah bayi itu bertumbuh, sudah dapat makan nasi, Nenek seharusnya tidak perlu menambah persediaan beras dan lauk pauknya. Belum lagi memikirkan pendidikan.

Ronny melirik Aileen yang duduk di sebelahnya. Sinar mata gadis belia itu terlihat cerah tanpa beban.

"Apakah Pak Ronny tahu bahwa membawa dendam di hati itu rasanya berat dan sangat melelahkan?" tanya Aileen yang mengingat nasehat pastor gerejanya.

"Lebih baik hidup dalam damai, agar hidupmu lebih bahagia," ujar Aileen setelah tak ada jawaban dari mulut Ronny.

"Nona, hati anda sungguh mulia," gumam Ronny yang tidak sepenuhnya setuju dengan ucapan Aileen. Ronny ingin Nenek Aileen mendapat sedikit pelajaran karena telah menyiksa cucunya sendiri. Begitu pula dengan Kakek Hidayat.

"Apakah itu rumah sakitnya, Pak?" tanya Aileen menunjuk sebuah gedung rumah sakit pemerintah di jalan utama kota Semarang.

"Benar, Nona. Saya akan memarkirkan mobil dahulu," jawab Ronny sebelum menekan tombol mesin parkir yang mengeluarkan karcis parkir.

Mobil melaju ke parkiran dan setelah terparkir rapi, Aileen dan Ronny keluar dari mobil. Masuk ke ruangan UGD agar Aileen segera mendapat penanganan untuk merawat luka-lukanya.

Seorang dokter perempuan yang melihat kulit punggung Aileen penuh memar dan luka lecet di sana sini, sadar bahwa gadis belia pasiennya di UGD adalah korban KDRT.

Dokter perempuan itu segera menghampiri Ronny di ruang tunggu.

"Apakah Bapak adalah orang tua atau wali dari Aileen Beatrice?" tanya dokter perempuan itu dengan hati-hati agar tidak menyinggung.

"Bukan, saya adalah seorang kenalan yang baru saja dicurhati kalau gadis itu dipukuli oleh Neneknya sendiri. Jadi tolong lakukan visum atau buatlah sebuah surat keterangan medis yang memiliki kekuatan hukum untuk menjadi alat bukti bahwa telah terjadi KDRT pada gadis itu. Tapi tolong rahasiakan dari gadis itu ya, Dok. Saya tidak mau gadis itu lemah hati dan membiarkan pelakunya terus melakukan kekerasan padanya," pinta Ronny tegas.

"Baik, Pak. Kalau begitu silahkan urus administrasinya. Tolong isi semua data yang diminta petugas kami dengan benar," ucap dokter perempuan itu mempersilahkan Ronny mengikutinya ke ruang administrasi.

Setelah berbincang sebentar dengan petugas administrasi, dokter perempuan itu pergi meninggalkan Ronny. Kembali ke samping Aileen untuk melakukan visum kemudian mengobatinya.

Sementara itu petugas administrasi segera mengakses situs resmi Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Menanyakan beberapa hal pada Ronny yang sudah menyimpan semua data lengkap Aileen di ponselnya.

Petugas administrasi membantu Ronny mengisi formulir pengaduan masyarakat. Bentuk kekerasan, tempat dan waktu kejadian, ciri-ciri pelaku serta hubungannya dengan korban.

Setelah semua dilengkapi, petugas administrasi meminta bagian legal departement yang notabene adalah pengacara handal untuk membantu pelaporan KDRT yang dialami pasien rumah sakitnya ke kantor polisi.

Ronny segera menelepon tuannya begitu semua prosedur awal pelaporan adanya tindak KDRT sudah dijalankan dengan baik.

Hanya tinggal menunggu pihak berwajib menciduk Nenek gemuk yang sering main tangan menyiksa Aileen.

"Pak Ronny, ngapain di sini?" tanya seorang pemuda yang wajahnya bengkak dan memar di sana sini.

Ronny menoleh ke samping. Raut wajahnya terlihat sangat kaget. "Tuan Russel! Ya ampun, kenapa wajahnya babak belur begini? Abis berkelahi?"

Russel tersenyum malu sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Iya. Berkelahi sedikit saja kok, Pak. Tolong jangan dilaporkan ke Kakek."

Ronny menganggukkan kepalanya. Daripada Tuan Hidayat marah dan sakit jantungnya kumat, lebih baik dirahasiakan saja.

"Saya antar berobat, Tuan."

"Terima kasih, Pak Ronny."

Russel segera mendapat pengobatan sedangkan Pak Ronny mengurus administrasi Russel.

Krak! Korden pembatas ruang UGD terbuka. Seorang gadis berambut pendek muncul dari balik korden seperti sedang mencari seseorang.

"Maaf, maaf." Gadis itu membungkukkan badannya, lalu segera menutup korden dan berbalik pergi.

Russel yang sedang diobati oleh perawat, sempat terkesima sejenak.

"Cantik ya, Mas?" tanya perawat sambil menempelkan plester di kening Russel.

Russel mengangguk sambil nyengir kuda.

"Perasaan pernah lihat wajahnya, tapi lupa di mana," gumam Russel lirih.

"Cantik tapi nasibnya tragis, Mas." Perawat merapikan peralatan kedokteran dan membuang sampah-sampah medis maupun non medis.

"Tragis bagaimana maksudnya, Suster?" Russel jadi penasaran.

"Korban KDRT, Mas."

Russel terdiam. Tumbuh rasa empati di hati Russel mendengar kata-kata perawat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!