Negosiasi Kesepian

Sepanjang perjalanan pulang ke rumah Russel, Aileen terisak-isak sambil terus memeluk perut Russel. Tanpa sadar, Aileen menyandarkan kepalanya di punggung Russel. Sangat nyaman menangis dengan posisi seperti ini.

Ketakutan bercampur kelegaan karena berhasil keluar dari cafe dengan selamat, sungguh membuat air mata Aileen tidak berhenti mengalir.

Sebenarnya tubuh dan wajah Aileen memang sudah sering merasakan pukulan dari nenek, tapi tadi saat wajah Aileen akan ditonjok oleh mantan ketua geng motor yang badannya tinggi gede, membuat nyali Aileen menciut. Rasa takutnya beribu-ribu kali lipat lebih besar daripada saat berhadapan dengan nenek. Untung ada Russel yang menyelamatkannya.

"Udah jangan nangis melulu. Wajah kamu kan masih mulus. Aku juga tadi tidak berkelahi hebat dengan Erick. Wajahku tidak babak belur. Aman. Kakek tidak bakal marah kalau cuma keluar naik motor balap tengah malam," tutur Russel berusaha menenangkan Aileen.

Perlahan sedu sedan tangis Aileen mereda diiringi laju motor balap Russel yang makin pelan. Ternyata mereka sudah sampai di rumah Russel.

Setelah memarkiran motor balapnya di garasi, Russel menggenggam tangan Aillen. Mengajak Aileen ke halaman belakang rumah Russel. Di sana ada kolam renang air hangat yang selalu menyala 24 jam jika Russel dan kawan-kawannya menginap di rumah.

"Berenang yuk!" ajak Russel langsung melepas jaket dan celana kulit hitamnya.

Sekarang Aileen dengan jelas dapat melihat tubuh atletis Russel yang hanya berbalut celana pendek ketat warna hitam. Bersiap terjun ke dasar kolam renang.

Aileen melongo melihat Russel tiba-tiba memyelam di kolam air hangat padahal jam di pergelangan tangannya menunjukkan waktu masih dini hari. "Gila, renang di pagi buta! Walaupun renang di air anget, apa gak takut sakit tuh?"

Tak berapa lama kepala Russel menyembul ke atas kolam. "Ayo, Leen. Sini. Ayo berenang."

Aileen menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku gak bisa berenang."

Russel tertawa mengejek Aileen. "Ternyata pemain basket terkenal dan pelukis hebat juga punya kelemahan. Tidak bisa berenang."

Aileen mengerucutkan mulutnya. "Kalau nanti aku sudah punya uang, aku akan les berenang. Biar aku tidak punya kelemahan lagi."

Russel tertawa mendengar ucapan Aileen.

"Kalau tidak bisa renang, gulung saja celanamu. Lalu celupkan kakimu di kolam renang," ajak Russel.

Aillen tersenyum dan menggulung bagian bawah celananya seperti usul Russel. Lalu duduk di pinggir kolam dan mencelupkan kakinya di sana.

Air kolam agak panas. Tapi perlahan kulit kaki Aileen terasa nyaman. Aileen jadi ingin ikut-ikutan menceburkan diri di dalam kolam renang.

Untung akal sehatnya masih waras. Lebih baik berendam di bath up daripada tubuh tinggi langsingnya kembali diejek Russel papan setrikaan dan kerempeng.

Russel berenang mendekat ke arah Aileen.

"Ternyata nyaman banget berenang di kolam air hangat setelah menikmati angin tengah malam," ucap Aileen sambil menengadahkan kepalanya ke atas langit. Memandang gelapnya langit tanpa bintang.

Russel menganggukkan kepalanya. "Aku senang kamu menemaniku malam ini, Leen."

Perasaan yang tidak dapat ditafsirkan dengan kata-kata sejak Aileen menepuk punggung Russel beberapa hari lalu sepertinya sudah tumbuh menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Russel merasa mendapat teman yang dapat mengerti dan memahami dirinya.

Aileen tidak pernah melarang ini dan itu, malah malam ini menemani Russel bertemu kawan-kawan geng motor. Aileen memang berani menasehati Russel dengan kata-kata basi tapi semua disampaikan dengan lugas hingga tidak terkesan menyalahkan Russel dan Russel bisa menerimanya dengan lapang dada.

"Memang biasanya Jason dan Andrew tidak menemanimu?" tanya Aileen membuat Russel berhenti tertegun memandang wajah cantik dan rambut pendek Aileen.

Russel menggelengkan kepalanya.

"Aku tak percaya dua sahabatmu itu tidak suka berenang dini hari di kolam air hangat," ujar Aileen.

"Bener, aku gak bohong. Si cupu Jason kan anak mama. Jadi dia sering pulang ke rumah kalau weekend gini. Sedangkan si kutu buku Andrew, dia memilih tidur setelah membaca buku-buku tebal sampai tengah malam daripada menemaniku pergi ke markas geng motor dan berenang. Jadi aku sedikit kesepian," jawab Russel sendu.

Aileen terdiam. Dulu dia juga sering merasa kesepian. Punya nenek jahat. Punya ayah yang jarang di rumah karena bekerja sebagai pemulung. Semisal ada di rumah pun, frekuesi bertemu dengan ayah sangat sedikit.

Kasih sayang? Huh! Aileen juga tidak mendapatkannya dari kedua orang tuanya, yang memang sudah tidak lengkap begitu ia menginjakkan kaki ke dunia.

Tapi ... Jika sedang kesepian, Aileen pergi ke gerja dan berdoa di sana. Mencurahkan isi hatinya pada Tuhan. Aileen juga bisa mengobrol dengan pastor paroki atau orang-orang yang sedang bertugas di gereja. Hati jadi lega dan hidup jadi lebih bahagia.

Sedangkan Russel? Russel memilih menjalani jalan yang salah karena kesepian. Dia lebih memilih memacu adrenalin di jalanan dengan kebut-kebutan, bergaul dengan pria berandalan, masuk geng motor yang punya catatan hitam di kepolisian. Poor, Russel!

"Kalau begitu aku akan menemanimu kalau kamu kesepian. Tapi ada syaratnya," ucap Aileen sambil menepuk ringan riak air dengan kakinya hingga air sedikit muncrat ke wajah Russel.

"Ya elah, kamu gak ikhlas nemenin aku. Haish! Pakai syarat segala," ucap Russel membalas mencipratkan air ke arah Aileen.

Aileen berkelit sehingga bajunya tidak basah. "Syaratnya gak susah kok."

Russel mendekatkan diri ke tempat Aileen berada. "Sebutkan syaratnya!"

Aileen tersenyum senang. Nah ini nih. Moment ini sangat pas pakai banget untuk membuat Russel kembali ke jalan yang benar dan bertobat. "Aku akan menemani kamu naik motor balap tengah malam dan berenang dini hari setiap weekend asal kamu pensiun jadi ketua geng motor dan jangan berkumpul lagi dengan Erick dan kawan-kawan geng motornya. Gimana? Gampang kan?"

Russel terdiam. Larut dalam pemikirannya.

Setelah berhasil mengalahkan Erick dalam balapan, sikap Erick pada Russel mulai berubah. Sepertinya Erick kesal karena dikalahkan anak SMU.

Erick mulai suka cari gara-gara dengan Russel. Mulai dari memanas-manasi Russel agar bermusuhan dengan geng motor lain hingga Russel mulai terlibat bentrok yang ujung-ujungnya jadi tawuran.

Dan malam ini, Erick membuat masalah dengan Rika dan Aileen di cafe. Rasanya Russel benar-benar ingin menghajar Erick agar tidak membuat masalah dengannya lagi di masa depan.

Tapi itu tidak dilakukan Russel. Tadi Russel hanya memberikan beberapa pukulan di wajah Erick karena Erick sedang dalam keadaan mabuk. Ya, hanya sekedar hukuman ringan karena melecehkan Rika dan hampir menonjok Aileen.

Perkelahian juga terlihat tidak seimbang karena lawan Russel sedang mabuk dan Russel tidak mau dikatai perudung orang mabuk. Malu dong dengan anggota geng motornya.

"Russ. Russel! Jangan nglamun ntar kesambet!" tegur Aileen.

Russel mengerjabkan matanya dan mencipratkan sedikit air ke arah Aileen. "Enak aja, lagi diem kok dibilang melamun!"

Aileen tertawa kecil. "Sorry!" Lalu ia lanjut berbicara.

"Bukankah kamu bergabung dengan geng motor karena kesepian kalo weekend? Nah sekarang kan ada aku yang ingin menjadi sahabatmu dan menemanimu tiap weekend. Jadi gak usah bergabung lagi dengan geng motor. Gimana? Setuju?" tanya Aileen.

"Akan aku pikirkan," jawab Russel langsung menyelam ke dasar kolam renang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!