Bertemu Kakek

"Selamat siang, Tuan. Nona Aileen sudah datang," salam Ronny sembari mempersilahkan Aileen untuk duduk di sebuah kursi yang ada di depan meja tulis seorang kakek keriput.

Kakek keriput itu mengambil tongkat kayu bergagang burung elang emas dari samping kursinya. Kemudian bertumpu pada tongkat itu untuk membantunya berdiri.

"Selamat siang, Kakek." Aileen membungkuk hormat sambil tersenyum menyeringai pada sang penolongnya. Punggungnya yang terluka berdenyut perih saat membungkuk.

"Ronny, berikan surat perjanjiannya. Jelaskan semuanya pada gadis ini," ucap Kakek Hidayat sambil terus mengawasi Aileen yang sudah berhenti tersenyum begitu mendengar ada perjanjian yang harus ditanda tangani.

Kakek Hidayat berjalan pelan menuju ke sofa empuk yang ada di sudut ruang kerja. Duduk di sana sambil mendengarkan penjelasan Ronny pada gadis cantik yang sangat cocok menjadi calon cucu menantunya.

"Nona Aileen Beatrice. Ini adalah surat perjanjian yang meminta anda untuk mendekati cucu ke dua Kakek Hidayat, menjadi salah satu sahabatnya dan kemudian membuatnya bertobat," tutur Ronny.

Aileen mengernyitkan keningnya.

Bertobat? Memangnya cucu ke dua kakek ini melakukan dosa apa? Dosa kecil atau dosa berat?

Ronny mengangsurkan sebuah surat perjanjian yang harus ditanda tangani beserta surat penerimaan beasiswa dan semua fasilitas lainnya ke hadapan Aileen.

Berlembar-lembar dengan tulisan yang diketik rapi di komputer. Membuat Aileen hanya membaca point-point penting yang tercetak tebal di sana. Melewatkan beberapa hal yang dianggap remeh oleh Aileen.

"Jika Nona menandatangani surat perjanjian ini, maka surat penerimaan beasiswa ini akan segera diproses. Dan hari Senin besok, Nona sudah dapat bersekolah di SMU Maria Regina," tutur Ronny lagi.

"Kalau saya menolak menandatangi surat perjanjian, apakah beasiswanya batal diberikan?" tanya Aileen sedikit kecewa ternyata ada udang di balik bakwan. Tidak ada yang gratis di dunia ini. Sebelum menerima hadiah mewah, pasti ada sebuah tugas maha sulit yang harus ia kerjakan.

Ronny mengangguk.

Aileen menelan salivanya dengan kasar.

'Aduh, tak ada gunanya aku jauh-jauh kemari. Ternyata Kakek Hidayat bukan penolong yang diutus Tuhan untuk mengangkatku dari penderitaan,' batin Aileen.

Aileen menghela nafas panjang dan otak cerdasnya mulai dipakai untuk berpikir keras.

"Menurut saya, tugas untuk menjadi sahabat cucu ke dua Kakek Hidayat sedikit mudah. Saya mudah bergaul dengan siapa saja. Tapi kalau membuatnya bertobat dan kembali ke jalan yang benar agak sulit. Bagaimana jika saya gagal, Pak?" tanya Aileen sendu.

"Tidak masalah Nona. Jika anda tidak berhasil, apa boleh di kata. Manusia boleh berencana tapi Tuhan lah yang menentukan." Ronny menunjuk ke tulisan klausul yang dimaksudnya.

"Oh ya? Saya tidak perlu mengembalikan uang pendidikan dan semua hal yang sudah diberikan pada saya?" tanya Aileen mulai berbinar-binar senang karena tidak ada tuntutan misinya harus berhasil.

"Tidak perlu, Nona. Jadi bagaimana, Nona? Apakah anda menyetujui perjanjian ini?" tanya Ronny.

"Tentu saja, saya setuju kalau tidak ada penalty apa pun jika saya gagal." Aileen langsung mengambil pena dan menandatangani perjanjian itu dengan hati gembira.

Ronny tersenyum senang pada Kakek Hidayat. Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan oleh Ronny dari Aileen. Karena sebuah senyum penuh makna melengkung di bibir Kakek Hidayat.

Sayang, Aileen tidak melihatnya.

"Maaf, Nona. Saya memang pelupa," ucap Ronny setelah Aileen selesai membubuhkan tanda tangannya di atas materai sepuluh ribu.

"Lupa? Lupa apa, Pak?" tanya Aileen kaget.

"Maaf, beribu-ribu maaf, Nona. Tadi saya lupa mengatakan kalau Nona tidak berhasil membuat cucu ke dua kakek Hidayat bertobat, maka Nona akan menjadi tunangannya," tutur Ronny yang memang sengaja tidak mengatakan pinalty yang akan didapat Aileen jika gagal menjalankan misi.

Itulah mengapa Ronny tersenyum pada Kakek Hidayat beberapa menit yang lalu. Ternyata mereka berdua sudah bersiasat untuk merahasiakan apa yang akan diterima Aileen jika Aileen gagal dalam misinya.

Aileen menelan salivanya. Langsung membuka lembaran kertas perjanjian yang masih ada satu halaman lagi di belakangnya. Halaman yang belum sempat ia baca sebab terlalu antusias membubuhkan tanda tangan di atas materai. Aileen kira itu adalah surat perjanjian halaman terakhir. Ternyata ia salah.

Dan di lembar terakhir itu Aileen membaca klausul seperti yang diucapkan Ronny.

Aileen menepuk dahinya dengan keras. Merasa kesal pada dirinya sendiri karena begitu bodoh percaya pada ucapan sekertaris Kakek Hidayat yang pelupa itu.

Ronny segera mengambil surat perjanjian yang ditanda tangan Aileen sebelum gadis belia ini menyobek-nyobek surat perjanjian itu.

Buru-buru menyimpannya di dalam amplop sebelum gadis belia itu sadar sudah membuat kesalahan fatal yang tidak dapat dibatalkan.

"Pak, apakah ada penalty jika saya minta surat perjanjian itu dibatalkan sekarang juga?" tanya Aileen yang sudah tahu kalau surat perjanjian tersebut tidak dapat dibatalkan secara sepihak.

"Lebih baik jangan dibatalkan, Nona. Kerugian besar akan menanti di pelupuk mata Nona. Masa depan Nona sedang dipertaruhkan di sini. Nona ingin memiliki masa depan cerah atau masa depan suram?" tanya Kakek Hidayat penuh kemenangan telah berhasil membuat gadis belia tertipu.

Aileen mengepalkan tangannya untuk meredakan emosi yang sudah meliputi hatinya. Ia ingin menangis sekencang-kencangnya karena sudah berbuat kebodohan.

"Hanya bertunangan, Nona. Pernikahan Nona masih lima tahun lagi, kok," tutur Kakek Hidayat.

Aileen menghirup nafas dalam-dalam. Mengenyahkan perasaan kurang suka pada perjodohan yang diatur untuknya. Ada hal lain yang lebih penting untuk dipikirkan daripada marah atau merutuki nasib sial.

'Hmm ... Bertunangan selama lima tahun? Hello, lama banget ya lima tahun! Usiaku sudah 22 tahun saat itu. Aku sudah sangat dewasa dan mandiri saat itu. Apakah kakek yakin aku akan tetap setiap mempertahankan pertunanganku? Sepertinya kakek tidak tahu jika aku juga punya sedikit sifat nakal yang dapat memporak porandakan pertunanganku,' batin Aileen.

'Jadi kenapa aku harus ketakutan sekarang? Lebih baik, selesaikan misi dengan baik. Dan jika misi gagal, aku akan membuat ulah hingga calon tunanganku ogah menikah denganku. Segera mengakhiri hubungan pertunangannya sebelum janur kuning melengkung. And I'm free,' batin Aileen.

Aileen tersenyum lalu bangkit berdiri, mendekati Kakek Hidayat yang masih duduk di sofa. Ada rasa senang di hati Aileen karena surat perjanjian itu memiliki cela untuk sedikit dilanggar agar tidak merugikan Aileen.

"Terima kasih untuk beasiswanya, Kakek. Aileen akan menjalankan misi dan pantang menyerah sebelum berhasil. Aileen yakin dengan doa dan usaha keras, Aileen akan berhasil. Hmm ... Apakah Aileen boleh pulang sekarang? Aileen hendak mengabarkan kabar bahagia ini pada ayah dan nenek," ucap Aileen senang.

"Tidak usah pulang ke rumah jelek itu. Pergilah ke rumah sakit, obati dulu semua lukamu. Setelah itu, pergilah membeli beberapa baju, seragam, peralatan sekolah dan apa pun yang kamu butuhkan. Ditemani Ronny. Ia akan membayar semuanya. Kau tak perlu khawatir. Malam ini, kau menginap di hotel dan besok kau sudah bisa pindah ke asrama sekolah," balas kakek Hidayat sambil menyimpan surat perjanjian ke brankas yang ada di balik lukisan pelukis ternama.

Aileen sontak menyentuh punggungnya yang terluka.

'Darimana Kakek Hidayat tahu kalau punggungku penuh luka dan memar?' batin Aileen.

"Aku melihatmu meringis kesakitan saat membungkuk di awal pertemuan kita. Pasti nenekmu menyiksamu kemarin malam karena kau pulang larut malam setelah pertandingan basket. Dasar nenek jahat!" ujar Kakek Hidayat terlihat kesal calon menantunya disiksa sampai terlihat sangat menyedihkan.

Mata Aileen terbelalak melihat kejelian mata tua Kakek Hidayat. Rasa kagum mulai merambat di hati Aileen. Kakek Hidayat ternyata bukan orang yang jahat. Memang terlihat kaku dan keras, tetapi hatinya baik. Beliau cukup perhatian pada calon cucu menantunya.

Cie ... Calon cucu menantu. Padahal tadi Aileen mati-matian tidak mau jadi cucu menantu Kakek Hidayat.

"Sudah jangan banyak tanya lagi. Aku akan menelepon ayahmu dan mengabarinya. Kau tidak usah khawatir. Sejumlah uang akan kukirimkan ke rumahmu atas nama Aileen Beatrice agar ayah dan nenekmu rela melepasmu sekolah di Semarang," ucap Kakek Hidayat lagi.

"Terima kasih, Kakek." Aileen berpamitan keluar ruang kerja Kakek Hidayat bersama Ronny.

"Pak, apakah Kakek Hidayat itu sudah menyelidiki kehidupan saya sebelum saya datang kemari?" tanya Aileen penasaran dari mana Kakek Hidayat tahu kalau Neneknya sering menyiksa Aileen.

Ronny mengangguk.

Beberapa hari yang lalu, Kakek Hidayat meminta Ronny mengumpulkan daftar gadis-gadis berprestasi dengan wajah di atas rata-rata. Ronny pun segera bekerja. Sepuluh daftar nama dan foto gadis-gadis cantik itu, Ronny seleksi lagi menjadi tiga. Agar memudahkan tuannya dalam memilih.

Ronny tidak menyangka Kakek Hidayat tidak menyukai tiga daftar nama gadis yang ia serahkan. Kakek Hidayat meminta daftar nama gadis yang lain. Terpaksa Ronny pun menyerahkan tujuh daftar nama gadis yang lain.

Dan Kakek Hidayat memilih Aileen Beatrice, kandidat yang Ronny singkirkan di awal seleksinya. Karena Aileen Beatrice memiliki riwayat hidup yang tragis walaupun prestasinya sangat luar biasa.

Bukankah biasanya seorang CEO menginginkan calon cucu menantu yang berasal dari kalangan atas, yang sederajat dengan keluarganya? Tapi kenapa Hidayat, CEO CV terpandang malah memilih gadis miskin yang tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu sejak ia dilahirkan?

Jangan-jangan ada udang di balik bakwan lagi nih!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!