Penyelidikan

Malam harinya.

"Gimana hasil penyelidikanmu, Ndrew? Apakah kamu menemukan sesuatu yang spektakuler?" tanya Russel penasaran.

"Lihat ini! Nenek Aileen masuk penjara karena kasus KDRT, Bro." Andrew memiringkan layar laptopnya sehingga Russel dapat ikut membaca berita di portal online. Tentang seorang nenek yang melakukan KDRT pada cucunya yang berprestasi di bidang olahraga basket.

"Ternyata Neneknya yang selama ini menganiaya Aileen. Aku kira ayahnya," gumam Russel.

"Jangan-jangan Aileen bukan cucu kandungnya. Makanya gak sayang sama cucu dan suka menyakitinya," sahut Andrew.

"Entahlah. Maybe not, maybe yes. We never know until we find the truth." Russel mengedikkan bahunya dan lanjut membaca apa yang tertulis di layar laptop Andrew.

Dan ketika manik mata Russel membaca nama orang yang mengisi pengajuan formulir pengaduan masyarakat tentang KDRT, Russel tertegun kaget. Pak Ronny, sekertaris pribadi Kakek.

"Lihat ini, Ndrew."

"Jadi makin penasaran kan? Ada hubungan apa kakekmu dan Aileen? Kok mau ikut campur urusan keluarga orang lain. Kakekmu kan bukan orang yang mau mengulurkan tangan membantu sesama jika tidak ada imbalannya." Andrew mulai terheran-heran.

"Iya, ya."

Russel menganggukkan kepalanya dengan mantap. "Kalau begitu kita harus mencari tahu lebih dalam. Apa yang sebenarnya terjadi di sini?"

"Caranya?" Andrew bertanya bingung.

"Kita harus mengakrabkan diri dengan Aileen dan mengulik rahasia hubungannya dengan kakek." Russel mengangguk yakin dengan keputusannya untuk menerima Aileen di base campnya hari Jumat nanti.

****

Hari berganti hari. Akhirnya hari Jumat pun tiba. Aileen segera mengemasi buku-bukunya begitu bel tanda pelajaran berakhir berbunyi nyaring. Pulang ke asrama bersama tiga teman prianya.

"Aileen, kami sudah menunggumu di lobby gedung SMU. Buruan datang ya! Mobilnya warna hitam," ucap Jason di seberang.

"Ya." Aileen mengakhiri panggilan ponselnya. Berlari cepat menuju ke tempat yang dibicarakan Jason, setelah meletakkan tas sekolah dan buku-bukunya di dalam kamar asrama.

Beberapa menit kemudian mereka berempat sudah di dalam mobil mewah milik Russel. Menuju ke base camp untuk melukis bersama Jason.

Mobil yang ditumpangi Aileen tak lama berhenti di sebuah rumah mewah yang pernah Aileen kunjungi seminggu yang lalu.

"Ckckck ... Apakah ini rumahmu, Russel?" tanya Aileen berdecak kagum dengan kemegahannya.

Saat pertama kali Aileen datang ke rumah kakek Hidayat, Aileen terlalu excited dengan beasiswa yang akan diterimanya, hingga tidak memperhatikan keindahan rumah ini.

"Sepertinya semalam Pak Supir lupa menutup jendela mobil hingga ada seekor cicak masuk kemari," gumam Russel pada supir keluarga yang sedang mengemudikan mobil masuk ke garasi rumah. Seringai tawa nakal terbentuk di wajah Russel yang tampan dan berandalan itu.

"Kurang ajar! Kau ngatai aku cicak ya?" gusar Aileen kesal. Tangan Aileen secara tak sadar melayang memukul punggung Russel.

Plak ....

Tiba-tiba sentuhan tangan Aileen itu berhasil menggetarkan pintu hati Russel yang selalu terkunci rapat dari para gadis yang tak henti-hentinya menyanjung dan mengaguminya.

Sepersekian detik, Russel terdiam untuk menenangkan debar jantungnya yang tiba-tiba melonjak seperti tersengat listrik.

'Busyeeett! Biasanya kalau ada cewek centil melakukan kontak fisik denganku, rasanya biasa aja tuh. Gak ada deg-deg nya sama sekali. Tapi kenapa ditepok punggungnya sama Aileen, jadi deg-deg an gini ya?' batin Russel.

"Nyebelin deh kamu!" gerutu Aileen lagi.

Russel tersenyum melihat Aileen kesal. Jiwa nakalnya jadi meronta-ronta ingin mengerjai Aileen lagi. Karena it is fun.

"Eits ... Aku tidak pernah bilang kalau kamu cicak yang suka berdecak. Kamu yang ke-GR-an deh," balas Russel sambil mengusap punggungnya.

"Mana ada orang lain yang berdecak di sini selain aku. Berarti kamu nyindir aku cicak, Russ," gusar Aileen lagi.

"Udah, jangan tengkar. Udah sampai nih, yuk buruan turun, Leen." Jason membuka seat beltnya dan segera membuka pintu mobil. Lalu membantu Aileen turun dari mobil. Mengajak Aileen menuju ke sebuah ruangan di dekat garasi rumah Russel. Tempat base camp berada.

Kriet ...

Pintu base camp dibuka. Ruangannya sangat besar dan luas. Dilengkapi dengan ruang tamu dengan sofa, meja, televisi segede layar tancep di kampung Aileen dan playstation. Ruang makan. Sebuah toilet. Dan di pojok ruangan ada tempat yang biasa digunakan Jason untuk melukis. Beberapa canvas lukisan Jason bersandar di dinding ruang base camp. Sangat indah.

"Keren sekali lukisanmu, Jason," puji Aileen.

"Ah ... Lukisanku tidak ada apa-apanya dibanding lukisanmu, Leen. Lukisanmu sering juara di kancah international. Sedangkan lukisanku masih taraf lokal," balas Jason malu dipuji oleh idolanya.

"Jangan merendah, Jason. Aku yakin suatu saat nanti lukisanmu akan dikagumi oleh seluruh dunia," ucap Aileen percaya bahwa kemampuan sahabatnya akan semakin bagus saat dia dewasa nanti.

Ciat! Ciat!

Aileen menoleh ke arah sumber bunyi berisik. Si badboy sedang asyik bermain game dengan si kutu buku. Games perkelahian dengan suara kelewat keras. Mereka berdua tenggelam dalam permainan hingga tidak peduli dengan dua pelukis yang sedang saling memuji.

"Jangan pedulikan mereka. Mereka berdua kalau sudah main game itu lupa mana daratan, mana lautan. Kita mulai melukis yuk!" ajak Jason.

"Ayo." Aileen duduk di sebuah kursi. Di hadapannya ada sebuah canvas kosong yang masih putih bersih.

"Apa tema lukisannya, Jason?" tanya Aileen.

Jason mengulurkan sebuah foto Russel pada Aileen. Nampak gambar Russel sedang mengenakan jas hitam dengan kemeja biru muda dan dasi biru tua. Terlihat rapi dan sangat resmi. Apalagi model rambutnya yang terlihat dijeli kaku hingga tidak berantakan sama sekali seperti saat kebut-kebutan naik motor.

'Tampan sekali,' batin Aileen. Ini pertama kalinya Aileen, melihat Russel dalam balutan baju resmi selain seragam sekolah. Bikin hati jadi makin terpesona aja deh.

"Baiklah. Aku akan melukis wajah pria menyebalkan ini," ucap Aileen mulai mengambil sebuah pensil dan menggoreskannya di atas canvas.

Jason juga membawa sebuah foto pria tampan yang kutu buku. Andrew Jhonson.

Dua jam berlalu tanpa terasa, tiba-tiba pintu ruang base camp terbuka. Dua pria tampan yang sedang bermain playstation sambil duduk dengan kaki bersila di atas sofa, langsung bangkit berdiri. Membungkuk hormat pada sosok pria tua yang disangga sebuah tongkat berkepala elang emas.

"Selamat sore, Kakek," salam Russel dan Andrew secara bersamaan.

"Ini sudah hampir malam. Apa kalian betiga tidak mandi lalu makan malam bersama Kakek?" tanya Kakek Hidayat yang belum melihat ada seorang gadis di pojok ruangan.

"Ya, kami akan segera mandi setelah ini, Kek," jawab Russel dan Andrew bersama-sama.

"Jason, bagaimana denganmu?" tanya Kakek pada seorang pria di pojok ruangan yang masih asyik melukis.

"Eh ... Siapa gadis itu, Russel?" tanya Kakek Hidayat kaget karena ada perempuan di dalam ruangan yang khusus dipakai Russel bersama sahabat prianya saat menghabiskan weekend.

"Aileen, Kek," bisik Russel sambil menggandeng tangan Kakek.

"Oh, wow. Kakek tidak percaya kau membawa Aileen kemari," balas Kakek segera berjalan ke pojok ruangan.

"Jason yang mengajaknya, Kek. Jason memiliki hobby yang sama dengan Aileen. Jadi daripada bosan melukis sendirian, Jason membawa seorang teman kemari. Sekarang mereka berdua sedang asyik-asyiknya melukis," ucap Russel.

"Bagus, Kakek suka akhirnya ada seorang anak perempuan diijinkan bertandang masuk kemari," balas Kakek.

Russel tersenyum.

"Bukankah Sinta dan Lita itu juga anak gadis yang sering datang kemari, Kek? Russel tak pernah melarang anak gadis mana pun masuk kemari," ujar Russel mulai menggoda kakeknya.

"Dasar anak nakal! Maksud Kakek itu anak gadis yang lain, bukan Sinta dan Lita lah. Mereka kan memang dipekerjakan Ronny untuk membersihkan ruangan ini. Sudah hampir 10 tahun, ruangan ini hanya dipakai kamu, Jason dan Andrew. Tidak ada teman sekolahmu lain yang pernah masuk kemari." Kakek mengetuk tongkat berkepala elang emas ke lantai hingga menimbulkan suara gaduh.

Jason langsung melompat turun dari kursinya. Membungkuk hormat pada kakek Russel. Begitu pula Aileen.

"Selamat malam, Kakek." Jason dan Aileen langsung memberi salam bergantian.

"Apakah malam ini kalian semua akan menginap di sini?" tanya Kakek Hidayat.

"Aileen akan pulang ke asrama, Kek. Di lemari bajuku tidak ada baju perempuan, jadi Aileen tidak bisa menginap di sini," jawab Russel.

"Kalau begitu, minta Ronny membelikannya untuk Aileen. Biarkan Aileen tidur di sebelah kamar Russel." Kakek mengedipkan mata pada Russel.

"What!? Tidur di kamar sebelah?" Russel tersentak kaget, sedikit heran dengan perubahan sikap kakeknya yang mengijinkan mahluk cantik dengan casingnya seperti cowok ini menghuni rumah Russel barang semalam dua malam.

"Jangan sampai salah masuk kamar ntar malam, Bro. Begitu kepergok berduaan di dalam kamar, kamu bakal dinikahkan sama gadis tomboy itu!" bisik Andrew sambil cekikikan. Membayangkan Russel menikahi pengantin cantik tapi rambutnya mirip artis pria Korea yang baru saja pulang wamil.

"Nguawurmu, Ndrew! Aku gak mungkin segila itu! Aku masih tahu batasan kaleee! Lagipula, aku gak suka sama dia. Jadi ngapain berduaan di kamar samar dia!" Russel menyodok lengan Andrew dengan kesal. "Candaanmu gak lucu! Isih cilik kok pikirane wis ngeres (kotor)!"

Andrew kembali tertawa. "Kami siap mengawalmu supaya tidak sampai kebobolan malam ini."

"Kowe ancen gendeng, Cah."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!