Bukan Citra Rashmi
From Author 😘
...
Pembaca (13+) harap bijak dalam menanggapi semua yang tertuang di dalam cerita, tidak bisa menjamin kocak ataupun ngakak karena tidak sedang melawak, tapi jikalau menemukan kata atau kalimat absurd, sutttt!🤫 Keep untuk dirimu sendiri, biar itu jadi rahasia kita. Tidak mengaitkan peristiwa di dalam karya dengan kenyataan ya gengs, no---BIG NO. CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA. Hanya imajinasi penulisnya saja, jika menemukan nama, gelar, latar, tempat, itu semua hanya sebuah kebetulan untuk menghidupkan cerita ini saja. Bijak dalam berkomentar😉 jarimu mencerminkan pribadimu sayang.
Welcome di ceritaku berikutnya, eksperimen genre dan gaya baru😚 mungkin banyak juga karya dengan genre yang sama, perjodohan, cinta terganjal status sosial dan kasta disini tapi semoga suka dengan versinya aku ya bestie❤❤ catatan sedikit nih, mungkin karya ini lebih condong ke romanticnya ketimbang comedynya, mungkin...😜😜
...☆☆☆☆☆☆☆...
...Blurb...
...Sebuah novel yang mengisahkan tentang cinta terganjal batu sandungan sebuah pemahaman aris_tok_rat tanah Priyangan di tengah jaman yang sudah modern. Mengedepankan warisan dan aturan-aturan para pendahulu (leluhur)....
...Yang namanya menjalin hubungan itu harus, silih asah--silih asih--silih asuh, maksudnya saling membimbing, saling mengasihi, saling mengayomi. Namun tentu saja bibit, bebet, bobotnya harus jelas, sejelas Raden Mas Agah Kusumadinata....
...Tapi aku bukan Dyah Pitaloka Citra Rashmi........
...****************...
...《▪》Kadeudeuh, kanyaah nyalingkup na jero dada ngarah jadi ajian rasa, Rashmi Sundari---pangancikan asih....
~Alvaro Karunasankara Ganendra~
"Néng, *enggal*!"
Kain kebat coklat melilit rapi nan kencang di sepanjang perut sampai mata kaki. Begitupun dada yang terasa sesak karena di bungkus stagen lalu dilapisi lagi baju kebaya ala ***menak***. Rashmi Sundari--gadis ini selalu harus tersiksa begini setiap akan diadakan upacara adat Sunda, ia bukan tidak biasa. Justru karena terbiasa begini ia hanya bisa menunduk lesu, seolah hari ini raganya hanya milik keluarga dan tanah Priangan.
Sesosok gadis dengan aura menak keluar dari dalam kamarnya dengan tanpa alas kaki. Kaki-kaki putih indahnya menjejak lantai kayu parkit. Mungkin bagi gadis biasa ia akan limbung, kehabisan nafas, pusing lalu semaput tinggal di kubur deh! tapi tidak dengan Rashmi, ini adalah kehidupannya---kehidupan terkekang dalam sangkar emasnya, dengan pemahaman leluhur yang masih dipegang teguh sang keluarga, meski jaman sudah serba modern.
"Den rara Asmi, ***selopna*** *bade dicandak sakantenan*?"
(selopna **mau dibawa sekalian**?)
"Iya, *punten* ya ambu!" balas Rashmi melirik setiap penampilannya, "hape Rashmi mana?" gumamnya bermonolog seraya mencari-cari di sekitarnya, tak mungkin ia kantongi karena jelas kebat yang ia pakai tak memiliki kantong saku.
"Ambu!" teriaknya meminta asisten lain.
"Iya den rara,"
"*Punten* ambilin hape Rashmi di kamar, di meja rias!" pintanya, *pangais bungsu*, alias dua terbawah dari 4 bersaudara ini terbiasa hidup sebagai putri di rumahnya dengan asisten rumah tangga yang selalu membantu kegiatan sehari-harinya.
"Téh Asmi, tolong kepangin rambut Sasi!" gadis smp itu menyerahkan ikat rambut dan sisir ke arah kakaknya.
"Kenapa ngga minta amih? Atau ambu Endah?" meskipun mengomel ia mengambil itu dari tangan adiknya, "sini duduk *atuh*! Ada kutunya engga?" Adiknya itu langsung menoleh dengan tatapan horor-horor melongo kaya sinchan lagi bayangin neneknya pahlawan bertopeng telan jang, "masa menak ada kutu nya? Malu-maluin!"
"Idih! Ini kutunya *nonggéngan* ih!" ia malah menjitak kepala adiknya usil membuat gadis itu mengadu menjerit, "Amihhhh! Teh Asmi-nya,"
"Huuu ngadu!"
"Cepu," bisiknya lembut namun bernada cibiran.
Kepangan cantik sudah selesai mengikat seluruh rambut panjang R. Rr. Arum Sasmita, atau biasa dipanggil Sasi.
Rumah satu lantai namun luasnya mirip lapangan sepak bola, bergaya Jubleg nangkub terdiri dari 10 kamar tidur, ruang tamu, ruang tengah, pawon luas, halaman dan pendopo tempat biasa tamu istimewa dijamu, juga mushola. Nuansa sunda banget terasa begitu kental dengan aksen coklat dan ornamen bilik, dengan ciri khas atap rumah bertingkat. Rumah ini mengandung filosofi sebagai simbol kepribadian masyarakat sunda yang sopan, ramah dan bersahaja. Melambangkan tanah yang subur, indah dan makmur.
Siapapun yang datang, bawaannya pingin gelar kasur terus rebahan, apalagi ada kolam ikan gurame dan mujair di buruan (halaman) belakang dan kolam berbentuk persegi panjang menyerupai saluran irigasi di bagian samping rumah, menambah asri rumah ini, dimana besaran ikan cukup untuk makan seharian.
Seorang pria berkharisma dan istrinya keluar dari kamar utama, "a Bajra sama a Candra mau berangkat dari sini atau gimana kang?" tanya Raden Nganten Sekar taji, ibunya.
"Mereka berangkat dari rumahnya sendiri sama istri dan anak," jawab suaminya.
Mobil hitam membawa serta keempat anggota keluarga R. Amar Kertawidjaja menuju salah satu desa tanah kelahiran dimana hari ini akan dilaksanakan upacara adat Seren taun.
Rashmi meloloskan nafas demi membuang rasa lelahnya, terkadang ia ingin seperti teman-temannya, beraktivitas bebas tanpa aturan yang membelenggu. Ia mengedarkan pandangannya ke luar jendela, menyenderkan kepala di sandaran mobil tak peduli dengan cepolan rambutnya yang mungkin saja akan rusak saat sampai disana.
Jalan mulai tersendat, mengingat ini acara tahunan yang biasa dilaksanakan oleh orang sekampung belum lagi orang dari luar kampung yang tertarik dalam euforia adat, dimana jaman sekarang tradisi begini sudah mulai hilang dari kebiasaan. Jalan yang belum begitu rapi masih menampakkan suasana kampung yang sarat akan keramahan dan kesejukan.
"Va, dari sini aja apa gimana? Sekalian hunting foto bagus?" tanya Filman teman satu prodi.
Ia menyesap sebatang rokok dan mengepulkan asapnya di depan wajah, sudah hampir 4 hari mereka berada di kampung ini menginap di salah satu rumah warga demi meliput acara tahunan adat budaya tanah Priyangan yang sudah hampir punah, "boleh. Gue mau cari kang Hendi buat ambil name tag dulu, biar lancar liput acara hari ini!" jawab si pemuda semester 5 di salah satu universitas di Bandung. Acara hari ini semata-mata ia lakukan untuk tugas kuliahnya.
Alvaro Karunasankara Ganendra, pemuda berambut gondrong namun ia ikat satu dengan karet gelang terkesan semrawut cool, dengan kemeja flanel dan celana jeans sobek ini berjalan diantara jalanan desa diantara kesibukan warganya bersiap untuk menggelar acara sebentar lagi.
Sebuah mobil melintas melewatinya, tatapan salah satu penumpang di bangku belakang dan dirinya bertemu singkat. Tak ada rasa apapun, tak ada *vibes* atau *chemistry* apapun. Tak ada yang namanya cinta pada pandangan pertama disini--mereka hanya sepasang orang asing yang tak sengaja bertemu pandangan.
"Asmi, tutup atuh neng kacanya angin!" pinta amih.
"*Muhun* amih," kaca jendela mobil perlahan tertutup.
Alvaro hanya menggidikan alisnya tak peduli, sepanjang jalan mencari kang Hendi tak jarang ia memotret para warga dimana mereka sibuk membawa padi-padi yang sudah diikat, nantinya ikatan padi itu akan ditata di atas kayu tanggungan, dan diarak dari rumah *kuwu* menuju *leuit* *indung*. Begitu pula para ibu yang membawa gendongan berisi makanan dan kudapan khas negri parahiyangan.
.
.
.
.
Note : dalam karya ini akan banyak sekali catatan kaki ya guys 😉
\*Énggal \= cepet
\*Ménak \= ningrat, bangsawan
\* Punten \= permisi, bisa juga bermakna maaf.
\*Nonggengan \= man\_tatin, (memperlihatkan pan tat)
\*Sérén taun \= tradisi adat tanah priyangan, berupa penyerahan hasil bumi berupa padi yang dihasilkan dalam kurun setaun untuk disimpan ke dalam lumbung.
\* Kuwu \= kepala desa.
\* Leuit indung \= lumbung induk.
\* Muhun \= iya.
\* jubleg nangkub \= lesung telungkup.
\*R.Rr. \= Raden Rara.
\* Pangais bungsu \= anak kedua dari terakhir. Pangais itu alat menggendong, bungsu itu anak bungsu. Pangais bungsu biasanya identik dengan anak yang paling dekat dan seringkali mengurusi si bungsu.
...《▪》bermakna ~\> Rasa sayang memeluk menyeruak di dalam dada sebagai ajian rasa dan mantra cinta, Rashmi Sundari---tempat bersemayamnya kasih sayang....
🍂 Dyah Pitaloka Citra Rashmi adalah anak dari raja kerajaan parahiyangan/sunda yang dipersunting oleh Hayam Wuruk.
Catatan penting! Sajak *rajah* terkadang tak bisa di jabarkan satu persatu kata karena satu kata bisa beragam makna tergantung bagaimana kalimat.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
jumirah slavina
ya ampunnnnnn Otorrrr....
baru bab 1 Aku dah keliyengan baca'y🤭🤣
Orang Kalimantan baca bahasa Sunda...
tp demi Otor yg nyaranin ini sebelum baca Sasi.. gaasss keunnn...
pusink² dah🤭🤭🤣🤣🤣🤣
lopeeeeeee Otor sekebon jengkol 😍
2025-01-17
4
putri wijaya
banyak banget ilmu nya. salut sama otorrr💪💪💪
2025-04-04
0
Julia Juliawati
aq org Sunda jd suka bacanya
2024-10-17
3