Pandangan Rashmi masih membeku pada punggung datar nan bidang milik Alva yang bergerak menjauh.
"Mi," tangannya disikut Elisa memecah lamunan Rashmi.
"Oh, iya. Yuk!" sambil berlalu keluar toko Rashmi menatap selembar tiket yang ada di tangannya.
Rashmi memikirkan bagaimana caranya agar bisa keluar dari rumah tanpa harus debat paslon terlebih dahulu dengan amih dan berujung ia yang dilempar ke kolam ikan mirip dugong.
Akhirnya setelah 7 kali putaran bulan mengelilingi bumi, otaknya cuma nyangkut di perempatan. Fix, jika begini maka ia akan berlindung di bawah ketek Candra. Meskipun usil, kakak keduanya itu bisalah di calling-calling buat boong.
"Amih, Asmi mau mondok di rumah a Candra..."
°°°°
Asmi tersenyum lebar menampilkan gigi-gigi serapi pagar masjid.
"Yah a, ya?!" rayu Asmi, sejak menjejakkan kakinya di rumah milik kakaknya itu terus saja mengekori Candra layaknya ekor binatang.
"Kamu mah kebiasaan, kalo lagi bohong alesannya suka kesini. Udah jadi kebiasaan pelariannya kesini. 1 kali 2 kali, aa bisa bantu..tapi kalo terus-terusan kamunya jadi *katumanan*!"omelnya melangkah ke dapur. (**kebiasaan**)
"Atuh a, Asmi bisa jaga diri...kalo ada apa-apa nanti bilang," bujuknya memasang tampang anak jalanan yang belum makan 3 abad.
Dhara tertawa tergelak dengan suara khas anak kecilnya melihat drama si tumang yang disewotin sangkuriang.
"Bi Asmi kaya 'neng, ya ma?" ujarnya pada sang ibu.
"Iya kaya neng Dhara kalo mau beli mainan tapi ngga dikasih sama ayah," balas Katresna.
Asmi terus saja membujuk Candra bahkan tak sungkan menggelayuti lengannya hingga Candra berniat masuk toilet pun ia memaksa ikut.
"Awas ih! Aa mau buang hajat, kamu mau ikut? Mau mandi," sewotnya sengit.
"Ikut! Pokoknya kalo aa belum bilang iya, Asmi mau kaya gini terus!" manyunnya. Candra menyeringai ia lantas memaksakan masuk ke dalam kamar mandi dengan menyeret adiknya itu, "eh! Aa mau ngapain?!" pelototnya.
"Dibilangin mau buang hajat," jawabnya tak kalah sewot.
Katresna sudah tak aneh dengan adu sengit suami dan adik iparnya itu, Asmi yang manja, kekeh, dan keras kepala sementara Candra sang suami yang usil, sama keras kepalanya, dan urakan. Tapi pada akhirnya....
Candra menghela nafasnya berat, selalu adiknya itu seperti ia tak bisa untuk bilang tidak. Karena sejujurnya ia pun dulu begitu.
"Kamu tuh perempuan Mi, aa kasih ijin, tapi!" Candra buru-buru menjeda dan memperingati saat mata berbinar Asmi sudah kelewat senang.
"Ditemenin Ali, asisten si teteh.. Aa ngga percaya Eka, dia mah sarua gelona sama kamu,"
"Siap bos!" ucapnya mulai mengurai pegangannya dari lengan Candra, tapi belum Asmi lepas Candra tersenyum usil, ia menggeret adiknya itu masuk ke dalam kamar mandi, dan sengaja kentut disana.
"Ihhhh, jorok!!! Uekkk, bau ah! Gas beracun! Abis makan bang kee nih!"
Dengan alibi menginap di rumah Candra di bilangan buah batu, Asmi akhirnya dapat menonton konser band kesayangan. Ia sudah bersiap dengan baju yang tadi dibeli di Vulcan's, dandanannya sederhana tak mencolok, tak menunjukkan jika ia adalah seorang ningrat atau sesuatu berharga yang harus diperhatikan manusia lain.
Candra terlihat masih berbicara dengan mang Ali di teras rumah, entah membicarakan apa. Yang jelas, gestur mang Ali seperti sedang menjelaskan kondisi mobil yang sering dipakai sang istri.
"Ati-ati Mi, konser kaya gitu mah rawan kejahatan, rusuh. Teteh ngga mau denger kabar kamu kenapa-napa, jangan kemaleman!" imbuh Katresna yang masih setia duduk menemani Dhara menonton sambil belajar.
"Iya teh," jawabnya sibuk menyimpulkan tali sepatunya.
"Bi Asmi mau kemana sih ma? Meni pake baju item-item, selem.." tanya gadis kecil itu diantara nyanyian acara yang telah usai, acara yang diputar memang tak ditayangkan di televisi nasional, karena di jam-jam segini, sudah jarang film kartun anak balita, maka yang ditontonnya adalah channel youtube.
"Mau ngelayad!" jawab Asmi tertawa.
"Mau jalan-jalan dong aku!" ralatnya.
"Asik ikuttt bi!" serunya, lantas sejurus kemudian ia menggoyangkan lengan ibunya agar ikut, "ih engga bohong, bibi mah mau ngelayad orang meninggal,"
"Masa malem-malem, ngga pake keludung juga?!" gadis kecil ini mulai manyun, mencium aroma-aroma busuk kebohongan.
"Jangan, ini mah ngga boleh dimasukkin anak kecil. Kalo ada anak kecil langsung dikarungin!" tukas Asmi menakut-nakuti keponakannya itu.
"Iya, kamu yang dikarungin!" timpal Candra menjitak kepala adiknya yang tengah menipu gadisnya.
"Jangan kemaleman, maksimal jam 11," Candra memasukkan kedua tangannya di saku celana. Ia tak mau dibantah atau diprotes oleh adik nakalnya itu.
"Ih, aa itu mah jam-jam krusial gong'nya atuh!" ia tak terima.
"No debat, aa ngga terima penolakan. Kasian mang Ali, belum istirahat...udah seharian nemenin teteh sama Dhara," suka tak suka si cinderella versi lokal ini harus menurut.
"Cinderella aja sampe jam 12 atuh a," dumelnya.
Candra mencondongkan badannya, "kalo sampe telat, aa ubek-ubek tempat acara sama mamang-mamangnya di rumah amih, biar sekalian mereka laporan!" ancam Candra membuat Asmi mendelik malas, "ya udah, tapi telat-telat dikit ngga apa-apa ya, takutnya jalanan macet atau pintu keluar kesendat!"
"Kalo acara belum selesai ngga mungkin kesendat, neng. Jangan ngadalin buaya," Candra sudah mencubit pipi adiknya itu, "cuma kamu menak yang ngeyel mah! Dan sayangnya itu adek aa!" Candra duduk di samping Dhara.
"Ya udah Asmi pergi dulu," ia salim takzim pada kakak dan kakak iparnya.
"Mang, hati-hati ah!" teriak Katresna.
"Siap raden!" jawabnya dari gawang pintu.
Jadilah sekarang ia dengan diantar mang Ali jalan dengan mobil milik Katresna menuju tempat acara.
"Mamang kayanya cuma bisa masuk sampe parkiran aja, soalnya ngga punya tiket..." Asmi angkat bicara.
"Iya den rara, nanti kalo ada apa-apa langsung panggil mamang saja den," balasnya.
°°°°°°
Hentakan suara sound system yang tengah ceksound sudah terdengar sayup-sayup dari jarak 50 meter, para pasukan semut hitam sudah terlihat bergerombol bahkan berkoloni dari awal masuk kawasan gor Saparua.
"Eleuh--eleuh neng, ini mah meni sarerem gini bebentukanna, *abong keneh* udah malem, bersatu padu sama makhluk astral," decak mang Ali takjub berasa liat 7 keajaiban dunia, dan mungkin ini akan jadi keajaiban dunia yang ke sekian setelah komodo. Asmi tertawa melihat ekspresi mang Ali. (**mentang-mentang**)
"Bandung mah segala ada mang, tuh itu mang!" tunjuknya pada salah seorang punk lovers yang teramat totalitas dengan tindikan di hampir sebagian wajah, hidung dan telinganya sepaket rambut menjulang bak patung liberty.
"Astagfirullah! Kalo den nganten tau, den rara pasti udah direbus," jawabnya kini mengedarkan pandangan mencari tempat parkir.
"Tenang aja mang, aman..." Asmi melihat banyak panitia berkaos hitam dengan name tag yang tengah berjaga di beberapa titik ditemani walkie talkie.
"Den rara, hati-hati di dalam. Mamang selalu stand by disini. Kalo ada apa-apa langsung panggil mamang saja, langsung keluar kalo ngga minta tolong!" pesannya, sebagai abdi dari keluarga ningrat, ia sedikit khawatir bukan hanya keselamatan Rashmi melainkan nasib pekerjaannya juga dipertaruhkan. Jika ia boleh memilih, lebih baik mengantar raden nganten saja sekalian, sudah jelas tempat yang dituju seputaran circle emak-emak, tak jauh dari mall, cafe, resto milik keluarga Wiraatmadjaja, banteran juga pabrik. Memang anak muda jaman sekarang, demennya cari bahaya!
Asmi mengacungkan jempolnya, "sip. Asmi masuk ya mang!"
Gadis cantik itu mengeratkan pegangannya di tali tas selempang dan melangkah masuk ke dalam gate, menyerahkan tiket yang telah ia beli sebelumnya lantas masuk bersama ribuan manusia bak lautan aspal.
Belum apa-apa ia sudah menjumpai anak-anak yang sudah tepar duluan, tak jarang juga meracau tak jelas, sungguh ia menggelengkan kepalanya.
°°°°
~*Alvaro*~
Sepasang mata tajam bak belatinya menatap memperhatikan dan mengawasi, jelas saja ia hafal gadis cantik itu, sejak dari kedatangannya di gerbang dengan mobil yang berbeda menjadi perhatian sebagian panitia.
"Wihiii, orang cakep tontonannya konser beginian,"
"Metal--punk lovers sekarang mah banyak yang cakep-cakep brad,"
"Tapi itu mah keliatannya masih polos euy! Sok liat, dia mah sendirian datangnya juga, ngga satu rt, bedalah dari auranya juga,"
"Janjian meren!"
"Kalo sendirian mah, harus dikasih pengawalan atuh. Sayang orang cantik dianggurin sendiri..." seloroh mereka.
Alva meneguk air mineralnya dan segera berpamitan pada panitia lain, "gue ke dalem dulu."
Dunia memang sempit, entah kebetulan atau memang sudah menjadi ketentuan sang illahi, belakangan ini ia selalu bertemu dengan Rashmi.
°°°°
"Lo kesini sendiri?"
Rashmi langsung menoleh saat terdengar seseorang berkata dan cukup terkejut melihat Alva juga ada disini.
"Kamu, nonton juga?" tapi sejurus kemudian ia melirik name tag yang tergantung di leher pemuda itu.
"Oh, crew. I see..." angguknya paham, tanpa harus Alva yang menjelaskan.
"Iya, gue sendiri."
"Pengawal lo ngga disuruh masuk, bawa berapa pengawal ke acara beginian?" tanya nya setengah mencibir, lelaki ini...tak bisakah ia tak mencibir saat bertemu dengannya?
"Kamu tuh ada dendam apa sih sama menak? Atau khususnya sama Asmi? Kayanya tiap ngomong tuh ngga bisa ngga ngejek," desis Asmi menatap tajam pemuda yang well...tampan, cukup keren, hampir sempurna...tapi menyebalkan.
Bukannya menjawab Alva malah menariknya masuk, membuat Asmi ikut tertarik ke area konser.
"Tiket lo VIP, jadi disini..." suaranya beradu dengan suara bising suasana konser. Anehnya Asmi tak menolak saat Alva menariknya masuk, seolah ia mendapatkan teman yang dikenalnya, yeahhh teman!
"Disini yang menurut gue aman, deket sama stage dan keliatan sama panitia..." tunjuknya bergantian ke stage dan radar panitia. Biar apa cobak?! Ya biar ada dalam jangkauan pandangan Alva. Oke magnet Asmi rupanya mengacaukan pertahanan ring 1 milik Alva karena kesendiriannya.
"Oh, oke. Tapi kamu ngga usah repot-repot! Asmi bisa sendiri!" sengaknya menghempaskan tangan Alva dengan angkuh dan langsung membuang muka tak ingin melihat wajah rupawan itu lama-lama karena sejak tadi jantungnya ini tak tau kenapa sudah memompa aliran da rah dengan cepat, da rahnya berdesir kencang saat tangan cowok gondrong ini kembali menyentuhnya.
*Apakah ini yang namanya getaran*?
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Lia Bagus
ampun deh kk adek gelo
2024-04-16
1
lestari saja💕
wuih...ring 1 mulai jebol saudara....saudara😂😂😂😂
2024-04-09
0
Nabil Az Zahra
itu wira bapaknya alfa yg di novel apa si ya lupa?tp yg pasangannya nnton konser under pake pinky" khan yaah???🤔
2023-12-25
0