Ubay keluar dari belakang, lalu mengangkat kedua alisnya saat mendapati sepasang manusia tengah berpelukan mirip teletubies, terlebih itu adalah Alvaro, "aduhh, ini mah baru keluar wese teh malah disuguhin beginian!" ujarnya ditertawai Uheng.
"Kunaon?" tanya Ubay menggumam kemudian duduk bergabung dengan ketiga anak onta yang tengah genjrang-genjreng ngga jelas bikin orang yang lagi sakit vertigo pengen lempar granat, kemudian ia kembali membuka laptop untuk melanjutkan pekerjaannya mendesain logo sebuah brand.
Eki menggidikan bahu, "ngga tau, mau permen kayanya cuma sama si Alva ngga dibeliin!" jawabnya ngasal seraya terkekeh.
Ubay mendengus, "permen mah nih ada di saku bekas kembalian rokok!" Ubay mengeluarkan 3 buah permen mint rasa cherry ke atas meja dan memancing tawa ketiga makhluk di sampingnya termasuk gelengan kepala Alva.
"Ngga usah kepo mang Ubay! Bisi mati jongkok!" imbuh Pilox berkelakar.
"Elu itu mah!" sarkas Ubay menepuk pad topi Pilox. Asmi hanya bisa merengut di bawah sana mendengarkan celotehan teman-teman Alva, detak jantung Alva begitu tenang dan normal, bisa-bisanya ia setenang ini ditempeli gadis cantik seperti Asmi, apakah Alvaro tak normal atau justru jantungnya terbuat dari jantung ayam?! Asmi memejamkan matanya.
Alva membiarkan Asmi meluapkan rasa sedih, kecewa dan kesalnya barang sejenak di dadhanya.
"Gue mau beli minum dulu di warung," ijin Alva, namun tangan putih Asmi menahan kemeja Alva agar pemuda itu tak pergi kemanapun. Cukup lama mereka dalam posisi ini, bahkan Pilox dan Gigih saja sudah habis 1 album. Merry sudah selesai menyuapi Dzul bahkan bocah itu sudah wangi minyak kayu putih berbalutkan baju stelan batman.
"Udah atuh, malu sama yang lain. Kalo masih mau nangis di rumah aja," ujar Alva, Asmi menggeleng, "malu..."
"Malu? Lo pake baju kan?"
"Sama Kang Alva," cicitnya mirip tikus.
Alva menggerakan badannya membuat Asmi mau tak mau menarik kepalanya dan duduk tegak, gadis itu menghapus semua sisa-sisa air matanya.
Alvaro tak lagi bertanya pada Asmi--- apakah orang rumah tak mencarinya?---- karena sudah jelas ia mengerti permasalahan Asmi ada pada hubungan keluarga.
"Gue ada kerjaan...."ujarnya.
Ucapan Alva membuat raut wajah kecewa Asmi tercipta, jujur saja meskipun setiap luncuran kalimat Alvaro itu sepedas bakmie se tan, namun ia begitu nyaman bersama Alvaro. Diantara semua manusia yang ada disekitarnya, hanya Alvaro yang tak banyak bertanya, tak banyak berkomentar atau tak banyak menasihati. Karena yang Asmi butuhkan bukanlah nasihat atau kalimat sabar, namun didengar.
"Asmi boleh ikut ngga?" pintanya dengan wajah memelas.
Alvaro menghela nafasnya singkat nan kasar, "lo ngga akan bosen? Kalo lo ngga bikin masalah ya ayok aja," jawabnya memicu perasaan bahagia seorang Rashmi Sundari, "yuk!" wajahnya kembali ceria. Asmi bahkan dengan sengaja mematikan ponselnya sejak dari kampus tadi, setelah ia memberikan pesan pada mang Dedi untuk tidak menjemputnya ke kampus dengan alasan ia mengerjakan sisa tugas di rumah Elisa.
"Bay, desainnya nanti kirim aja lah, sekarang mah ngga keburu!" ucap Alva tak berniat membetulkan kuciran di rambutnya yang terkesan mencuatkan beberapa anak rambut dan justru semakin membuat Asmi jatuh.....
"Akang-akang, Asmi pamit dulu ya!" pamitnya pada para penghuni disana yang sontak saja mengundang decakan tak percaya, gadis itu begitu cepat merubah suasana hatinya, apa yang Alva katakan juga berikan padanya hingga bisa seceria itu.
"Oh iya sok atuh neng, hati-hati...kalo si Alva bikin nangis lagi mah getok aja weh pake palu!" jawab Ubay. Asmi tersenyum simpul.
"Bay, pinjem helm satu," ujar Alva meminta.
"Oh, ambil aja tah yang biru!" tunjuk Ubay ke arah tergeletaknya beberapa helm di bawah kaki meja.
"Ck---ck geulis pisan euy!" decak Eki melihat pergerakan Asmi yang keluar dari rumah.
"Pacar si Alva mah mana pernah ada yang gagal, tapi kalo menurut gue mah yang ini ngebanting yang udah-udah!" ujar Eki jujur saat keduanya sudah keluar.
Asmi berpapasan dengan Merry yang tengah memomong Dzul di halaman kecil depan rumah sambil bercengkrama dengan tetangga.
"Teh, Asmi pamit..."
Merry menoleh, "eh, kenapa udah pulang lagi atuh?! Va urusan sama si aa teh udah?" ia menatap Asmi dan Alva bergantian.
"Udah, nanti aja di email..." jawab Alva memakai helmnya dan naik ke atas motor, selagi Asmi berjongkok mencolek-colek pipi Dzul, "hey kamu, pilek ya!" tembak Asmi berucap lembut menggemaskan.
"Iya ih ini teh," jawab Merry mengelap ingus putranya dengan ujung baju atas.
"Kalo pilek gitu kasih vitamin teh, jangan terlalu banyak obat-obatan, suruh makan aja sayur, buah...soalnya badan punya antibodi sendiri sih buat lawan penyakit pilek mah, paling kalo mau obatin gejalanya aja," jelas Asmi diangguki Merry.
"Oh iya?" Asmi mengangguk, "kakak ipar Asmi dokter, teh."
"Pantes," angguk Merry mengerti.
"Dadah!" Asmi melambaikan tangannya pada Dzul yang melongo menatap sosok asing namun cantik itu. Alva menyerahkan helm milik Ubay pada Asmi, "pake, takut ditilang." gadis itu mengangguk patuh dan memakainya tanpa mendebat atau menolak meski sebelumnya ia sempat membaui bagian dalam helm.
Asmi duduk begitu saja di space jok belakang Alva tanpa rasa canggung seperti sebelumnya.
"Ke distro?" Asmi memiringkan kepalanya.
"Engga."
"Terus?"
"Liat aja nanti," jawab Alva lagi.
Asmi menoleh ke kanan dan kiri, mencoba mengenali pemukiman dimana mereka berada sekarang. Ia cukup hafal kawasan ini karena memang tak begitu jauh dari Cihampelas dan jalan besar yang sering dilewatinya jika akan berkendara ke daerah Lembang.
Hingga Alva menghentikan laju motor tepat di depan sebuah rumah dengan serumpun tanaman mawar yang menjadi suguhan utama rumah ini.
"Rumah siapa? Temen, bos?" tanya Asmi mencecar.
"Bos," jawab Alva singkat-singkat. Alva mendorong pagar besi tua namun terlihat terawat lalu memapah motornya masuk ke halaman berpaving block.
Asmi tersenyum melihat rumpun mawar yang terlihat segar dan subur, bunga-bunga mawar merahnya begitu banyak dan terawat.
Namun ia harus mengakhiri pemandangan menyegarkan itu untuk mengekori Alva ke arah rumah
Langkah Asmi terhenti di gawang pintu membuat Alva yang sudah menaruh tasnya mengerutkan dahi, "masuk, lo ngga mau ngalangin jalan orang disitu kan?!"
Asmi tersenyum, "Asmi nunggu dipersilahkan sama tuan rumah atau yang bawa, kesannya kalo nyelonong itu ngga sopan kaya ayam!" jawabnya.
"Lo mau ke kamar mandi ngga? Dari tadi belum ke kamar mandi, gue aja sampe nahan pipis gara-gara lo nyenderan lama," dumel Alva.
"Mau, Asmi juga pengen ke jam baann dari tadi," jawabnya mengikuti Alva dengan menaruh tasnya di kursi sofa later L dan membuka kaos kaki sehingga menampakan kaki-kaki putihnya.
"Assalamu'alaikum..." gumam Asmi.
"Wa'alaikumsalam," jawab Alva di depannya, gadis itu kembali mengekori Alva untuk lebih masuk ke dalam seraya meneliti setiap inci ruangan. Sayup-sayup terdengar suara wanita bernyanyi dari dalam, Asmi menjernihkan pendengarannya demi mendengar itu.
"Bun, ada yang mau ikut ke kamar mandi," ucapnya menghentikan nyanyian.
Kemudian dari arah depan di balik badan Alva, muncul seorang wanita paruh baya yang cantik nan putih, "ibu, Asmi mau ikut ke air..." imbuh Asmi mengawali dengan senyuman manis. Ganis memandang usil putra pertamanya lalu mencubit perut liat Alva, "ck ah! Yang ini mah tweety!" godanya pada Alva.
"Bukan bun, temen beda prodi." ia melengos ke arah pintu kamar mandi dekat dapur.
"Boleh neng, tuh kamar mandinya ada dua, sebelahan. *Sok atuh mangga*," balas Ganis.
"Tapi awas kalo masuk situ harus hati-hati!" bisik Ganis mencurigakan, membuat Asmi terkejut dan mengangkat kedua alisnya, "kenapa bu?"
"Hati-hati soalnya kalo abis nyiram air, lantainya kan basah jadinya licin!" Ganis menyunggingkan senyuman lebar bikin Asmi tergelak, "dikirain ada apa?"
"Ck! Ah! Biar mukanya ngga tegang kaya mau ketemu pak presiden aja!" jawab Ganis berlalu ke arah meja dengan deretan toples gula, kopi, teh, garam yang tersusun rapi.
"Suka apa?" Ganis menoleh seraya mengambil gelas.
"Suka ibu...." jawab Asmi menimpali dan membalas kelakar Ganis, ibunda Alvaro ini tertawa, "aku juga suka!"
"Suka apa, bu?"
"Suka ayahnya Alvaro!" jawab Ganis terkekeh dan Asmi ikut tertawa.
"Kamu suka?" tanya Ganis.
"Suka!" angguk Asmi mantap.
"Maksud ibun suka Alva?" tanya Ganis.
Mendadak Asmi diam ditanya seperti itu.
.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
lestari saja💕
langsung tembak mah si ibun
2024-07-13
1
lestari saja💕
🤣🤣🤣🤣dikira suka asmi yaaa...gr asmi....
2024-07-13
0
lestari saja💕
kirain ada hantu ya neng🤣🤣🤣
2024-07-13
0