Alvaro meneguk saliva sulit, tenggorokannya terasa tak nyaman, meski terbiasa meliput sesuatu yang indah nan epic namun melihat Asmi dengan pandangan dan perasaan yang --sudah sedikit berbeda-- sukses membuat Alva merasakan hawa panas di wajah, mirip-mirip di gebosi knalpot bus Damri, meskipun yang ini ngga bikin muka item.
"Oke, cut!"
"Edyann---edyann! Anak Theater emang keren," Saka membungkus video berdurasi beberapa menit tadi. Asmi tersenyum lebar kala Fajrin menepuk-nepuk punggungnya, "hebat lah Asmi! Keren kita ya, mi?!"
Asmi mengangguk, "pasti atuh!"
Asmi membuka semua perintilan aksesoris Suti Ragen yang terpasang di badan terkecuali kostum.
"Mi, foto dulu ah foto!" pinta Elisa.
Ia membingkai wajah cantiknya dengan senyuman manis bersama Elisa, mendadak Cintya dan Fajrin juga Bianca ikut bergabung dalam selfie mereka.
"Berasa kaya abis pentas apa gitu!" Elisa melihat hasil jepretannya.
"Eh, anak KMT yang bakal nari di Taman Budaya Jabar siapa? Mi ikut engga?"
Asmi menggeleng, "Asmi ngga ambil, males!" jawabnya, pandangan Asmi beberapa kali mencuri pandang ke arah Alva. Alvaro masih sibuk bersama Sony dan Saka mengotak-atik kamera dan hasil video yang mereka ambil barusan.
Ada helaan nafas berat dari Asmi, mungkin setelah ini harga dirinya akan turun begitu drastis bahkan benar-benar tergeletak di bawah menyatu dengan tanah kuburan.
"Kang, bisa ngomong sebentar?!" Asmi meraih tasnya dan memberanikan diri menghampiri Alvaro, sontak saja Elisa pun terkejut jika temannya yang terkenal tak pernah dekat dengan siapapun mahasiswa atau lawan jenis justru memanggil seorang Alvaro.
Pesona Alvaro memang sulit terbantahkan, tapi please atuh mi! Orang serem gitu, Elisa mengernyit. Jangan sampai nanti ia mendengar kabar seorang menak bunuh diri gara-gara gagal move on dari Alvaro. Menurut pengakuan mantan-mantan Alva, lelaki itu cukup sadis dengan tidak pernah meminta maaf atas sikap dinginnya. Sementara Asmi, gadis manja itu tak pernah suka dicuekin.
"Bentar," jawab Alva, ia membereskan kamera dan barang miliknya.
"Ekhem," bukan hanya Filman yang berdehem namun juga Saka ikut dehem-dehem manja, "gue yang rayu, jatohnya malah ke si Alva..." gumamnya pelan namun masih bisa terdengar. Tawa Filman dan Sony tercipta membuat Alvaro pun menggelengkan kepalanya, "sabar bro, belum saatnya Allah menurunkan wanita dengan hati lapang untuk hambanya yang minus akhlak!" jawab Sony menepuk-nepuk pundak Saka, dihadiahi tawa mereka.
Sementara Asmi menganggap ia tak mendengar celotehan mereka, "ada apa Mi?" colek Fajrin ikut penasaran dengan mendekatnya Asmi ke arah anak-anak Rampes.
"Ah kamu mah mau tau aja urusan orang! Kepo!" ujar Bianca.
Alva mengangguk singkat pada Asmi sebagai kode agar gadis itu mengikutinya.
"Asmi duluan," pamitnya pada yang lain. "Sa! Asmi kesini dulu sebentar, ada urusan!" imbuhnya pada Elisa.
"Iya!" angguknya penuh keheranan, sejak kapan juga Asmi memiliki urusan dengan Alva? Urusan apa?
Asmi mengikuti langkah lelaki jangkung yang cemilannya aja pohon bambu ini dari pendopo menuju taman diantara teater kebun dan gedung karawitan.
Alva menghentikan langkahnya dan memilih duduk di bangku-bangku tembok berbentuk tunggul pohon pinus, "ngomong apa? Penting?" ujarnya to the point.
Asmi menatap Alva ragu, ia bahkan sudah menggigit bibir bawahnya gugup, "takut," gumamnya pelan melihat Alva yang menatap dingin itu ngeri-ngeri sedep. Namun kemudian ia mengingat kejadian kemarin saat di pabrik teh.
"Lo mau ngomong apa?!" Alva kembali bertanya dengan nada datar.
"Hamili aku, please!" tukas Asmi cepat, ia bahkan mere mas ujung kostum yang tak sadar masih ia pakai.
Asmi meloloskan nafas panjang, hancur sudah...harga dirinya bahkan lebih murah daripada harga seblak ceker.
Pemuda itu mengangkat sebelah alisnya lalu melirik dan meneliti gadis di depannya dengan seksama.
"Badan lo ngga se mok, terkesan kaya orang kampung, mana bau kembang 7 rupa! Mana gue nav su!" gidiknya acuh sama sekali tak tertarik, bahkan mantan-mantannya 3 kali lipat lebih sempurna darinya.
Bukan---bukan itu alasannya, jelas Alva sedang memberikan alasan sarkasme.
Sontak saja mata bulat Asmi membola, "kamu ngga tau saya siapa?! Saya R.Rr. Rashmi Sundari Kertawidjaja! Enak aja dibilang orang kampung bau kembang 7 rupa. Lelaki mana yang ngga mau ditawarin badan cewek dengan sukarela gini, tanpa syarat?!" sungut Asmi berapi-api, ia yang notabenenya gadis dengan sifat keras kepala dan tak mau kalah jelas merasa tertantang dengan sikap serta ucapan Alva, antara marah juga malu.
Alva malah meneguk air mineral dalam botol yang ia pegang sejak tadi sampai tandas, lalu berdiri dari duduknya.
Tingginya cukup membuat Asmi mendongak kaya lagi liatin jerapah menunggu ucapan Alva berikutnya dengan hati yang harap-harap cemas. Namun ucapan menohok kembali Asmi dapatkan, "lo kayanya kurang minum abis tadi resital drama, dehidrasi bikin lo halu. Apa khodamnya Suti Ragen ikut masuk?" Alva menyunggingkan senyuman miring dan berniat pergi meninggalkan Rashmi sendiri, ia hanya menganggap ucapan Asmi siang ini adalah celotehan candaan karena Asmi yang kurang kerjaan.
Asmi tarik ucapannya tentang Alva, yang mengatakan jika pemuda itu baik dan perhatian, karena nyatanya pemuda ini sekasar tembok rengginang yang belum diplester.
"Tunggu! Rakyat jelata!" jeritnya meneriaki Alva yang sudah berlalu, Asmi benar-benar sudah menggadaikan harga dirinya, mungkin amih dan apih akan menggoroknya jika mereka tau Asmi begini. Namun Alva terus melangkah tanpa menoleh seperti kucing yang tak menerima nama panggilannya dirubah seenak jidat.
Sejujurnya Alva cukup terkejut dengan permintaan Asmi barusan, ia tak menyangka jika seorang Asmi bisa begitu, apa yang terjadi dengannya dalam waktu sehari.
"Alvaro!" jeritnya lagi, kali ini panggilannya sukses menghentikan langkah Alva, dengan baju itu Asmi berhasil menyusul Alva, meski kesannya jadi seperti penduduk majapahit yang lagi interaksi sama penghuni undergorund.
"Asmi teh bingung harus minta tolong siapa! Asmi bingung harus kaya gimana lagi!" sorot mata bening itu menatap mengiba pada Alva.
Help me, Alvaro!
"Apa yang bikin lo berpikir kalo gue orang yang tepat? Lo tuh berpendidikan, berattitude, kenapa sampe kepikiran buat ambil jalur lak nat?" tanya Alva, "bagi gue ngga masalah, toh gue dapet enaknya dan lo yang bakalan rugi, gue juga ngga masalah lo anggap badji ngan, toh ngga ada syarat atau harga yang mesti gue bayar---- tapi kasih gue alasan kenapa harus gue orangnya?" Alva menaikan kembali tali tas di pundaknya yang sempat merosot.
"Karena Asmi udah buntu, Asmi berharap banyak sama kamu, setidaknya Asmi suka kamu dan ngelakuin hal lak nat itu sama cowok ganteng..." jawab Asmi polos, ia meluruh ke jalanan layaknya es krim yang meleleh, tak peduli jika pakaiannya kotor ataupun orang akan melihatnya kaya cewek frustasi dan gila. Biar sekalian orang-orang pada nyawer receh!
Melihat Asmi begitu Alva tak bisa untuk tak peduli, ia berjongkok di depan Asmi, "lo yakin? Karena setelah ini lo bakal hancur sehancur-hancurnya? Sementara gue ngga akan janji bakal tanggung jawab?" wajah Alva memanh cocok dengan ucapannya yang mendadak seperti badji ngan.
Asmi mendongak melihat Alva, meski cuaca panas tapi posisi Alva yang entah disengaja atau tidak melindunginya dari sorotan mentari.
Siku kanannya bertumpu di lutut membuat Alva dapat melihat wajah cantik Asmi dari dekat, "Asmi yakin!" mantap gadis itu.
Alva mengangguk singkat, "oke. Lo ganti baju sekarang, karena ngga mungkin kita lakuin di tempat random kaya anak SMA," ajak Alvaro.
Asmi cukup terkejut dengan jawaban Alva yang menyetujuinya, mendadak hatinya dilanda gelisah dan takut sekarang.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
lestari saja💕
nahhhh kan giliran ayo binggung dah
2024-07-13
1
lestari saja💕
kaget lah ya va....ga mungkin kan tiba2 seorang gadis minta hal aneh gtu....
2024-07-13
0
lestari saja💕
astagaaaa....
2024-07-13
0