"Dasar gila!" sengaknya mendongak angkuh, padahal jika Alva mau ia hanya tinggal menjitak kepala Asmi saja yang lebih pendek darinya. Hanya saja ia berpikir 2 kali untuk melakukannya, takut jika gadis ini mewek kejer terus ngadu sama gubernur.
Alva mendengus tak menghiraukan menak gila ini, ia bergidik acuh, lebih memilih pergi meninggalkannya daripada nanti terbawa gila.
Sadar akan sikap acuh Alva, Asmi melotot tak percaya. Selama ini belum pernah ada yang berani mengacuhkannya macam mengacuhkan receh logam 100 perak.
"Heh! Kamu!" tunjuk Asmi ingin menjambak Alva. Saking menggebu-gebunya ia menghampiri Alva, mirip sama istri tua yang kepingin jambak pelakor, Asmi sampai tersandung dan terbelit sinjang'nya sendiri hingga keningnya malah menubruk dada bidang Alva, "lo ya!"
Dughhh!
"Aw!"
"Uhukkk---uhukkk!" Alva terbatuk-batuk mendapati tubrukan kepala Asmi di dadanya macam banteng lagi nyeruduk.
Alva mengusap dadanya lumayan ngilu begitupun Asmi yang mengusap keningnya cukup puyeng.
"Ih!"
"Lo tuh ya ih!" decak Alva kesal nan geram pada gadis di depannya ini yang menubruk dadanya, apalagi ia tengah menghisap rokok.
Drrrtttt-----
Ponsel Asmi bergetar hebat macam orang kejang, "amih?!" matanya membola sebesar bola pingpong mana kala nama amih tertera jelas di layar ponsel.
"Gawat!" gadis ini segera merapikan penampilannya, berlari kecil bak penguin untuk mengambil selop, terlihat begitu sibuk bin panik---rasa takutnya akan amih mengalahkan rasa takut pada lelembut.
"Masalah lo sama gue belum selesai ya! Asmi inget-inget muka kamu yang mirip penampakan uang 2 ribu itu, judes!" gadis itu berjalan cepat, memasukkan ponsel ke dalam lipatan stagen lalu merapikan rambutnya dengan cepat, secepat habisnya barang diskonan.
Mata amih mengilat bak sisi kujang menatap anak gadisnya yang mulai mencoba nakal ini, tangannya terlihat menyentak menarik lengan Asmi demi merapat. Alva yang sudah kembali dari acara merokoknya bergabung bersama teman lain, tatapan mata kelam itu tak lepas dari gadis berkebaya di depan sana, yang seolah jiwanya hilang saat memasuki tempat acara.
"Udah cari anginnya bro?" tanya Filman.
"Boro-boro cari angin, dada gue malah sesek. Linu euy!" Alva mengusap-usap dada bekas diseruduk Rashmi, apakah langsung jadi cekung?
Filman menoleh dengan tatapan keheranan, "*kunaon*? Udah ngga cocok meren, udah tua lah ngerokok aja sesek!" tawanya mengejek. Tapi Alva tak menanggapinya serius, ia justru ikut menyunggingkan senyuman miring.
"Acara apa sekarang?" tanya nya bersiap kembali dengan lensa kameranya.
"Ngajayak, tuh!" jawab Filman menunjuk ke arah pusat acara, dimana mereka lagi haha--hihi sambil bersiap dengan alat lesungnya.
Potret para ningrat, pejabat desa, dan rohaniwan yang menumbuk padi bersama-sama kontras dengan ekspresi datar Rashmi, sesekali mata kamera Alva sengaja ia arahkan pada gadis yang beberapa belas menit lalu menubruk dadanya keras, kepalanya mirip batu---dan memang sepertinya gadis itu si kepala batu.
*What happened, princess*?
Beberapa puluh orang lainnya dalam waktu yang bersamaan sedang berebut gabah dari saung bertajuk Pohaci Sanghyang Asri.
Tiba-tiba pihak keamanan kampung mulai mensterilkan lapangan dari warga, membuat pagar betis yang cukup renggang. Musik bernada pentatonis dari iringan kecapi rincik, gendang, seruling, gong, dan kecapi indung mengundang para gadis desa yang telah memakai apok atau pakaian atas dari songket, sepaket dengan samping, selendang dan *sobrah* (**rambut palsu dengan rawis dari benang wol yang diuntai panjang**) berbaris rapi membentuk pola lantai di tengah lapangan, membawa serta buyung di atas kepala dengan alas ikat kepala bercorak dan kendi yang ditaruh di bawah.
Gerakan dinamis perpaduan rampak sekar putri menggambarkan betapa mereka mensyukuri pemberian kekayaan alam dari Tuhan. Tarian ini menceritakan bagaimana aktivitas yang menjadi kebiasaan gadis desa yang mandi bersama dan mengambil air dengan buyung.
Tepukan tangan semakin riuh manakala para penari yang menopang buyung itu naik ke atas kendi dan berlenggok disana, dengan leku kan lembut nan gemulai bernuansakan bulan purnama yang sedikit tenang namun sarat akan nilai spiritual.
🍂 *Dimana bumi berpijak, disitu langit dijunjung*,
Dalam setiap kehidupan diperlukan keseimbangan antara perasaan dan juga pikiran. Petikan senar kecapi mengalun meresapi jiwa, seolah hari ini para leluhur ikut berada dalam kemeriahan acara.
Tiupan angin sepoi-sepoi dari mulutnya cukup bisa membuat alisnya bergetar meski tak terlalu lebat nan tebal. Duduk dengan badan terbalut sempurna mirip bacang yang di ikat-ikat begini, bikin Asmi tak betah. Hingga akhirnya satu persatu gadis penari meninggalkan lapangan itu.
Anak-anak bersorak gembira saat para pemuda dan pria kampung mulai mengisi kekosongan lapangan, dengan pakaian serba hitam pangsi khas tanah Sunda, mereka membawa kegembiraan lewat pagelaran angklung buncis, beberapa pemuda yang dipimpin langsung oleh kang Hendi sukses membuat suasana hidup, angklung dengan ciri khas hiasan batang padi atau rumbai dedaunan itu membawakan lagu dengan nada salendro namun lagu vokal berlaras madenda atau dengung.
☘️"*Cis kacang buncis nyengcle*,
*Di anggolati inem*,
*Nu geulis ancla-encle*,
*Jeung aluman alimen*
*Cis kacang buncis nyengcle*,
*Di anggolatikuda*,
*Nu geulis tembong pingping*,
*Ken wae keur kaula*,"
Si vokalis termasuk kang Hendi menatap para gadis dengan usilnya, dan kali ini iringan musik dengan lagu pantun banyolan itu memantik riak diantara para penonton termasuk terbitnya senyuman manis di wajah Rashmi, gadis itu tertawa renyah. Dua pasang mata tak lepas menatap tawa itu, wajah cantik dengan anak rambut yang terbawa angin hingga menyapu pipi merona dan tulang rahang yang sebenarnya sama sekali tak terlihat.
Kang Hendi bersama grup kesenian angklung buncisnya itu membawakan beberapa lagu lainnya seperti jalantir, jangjalik, renggong.
Kelana, Dhara, bahkan Sasi sudah lompat-lompat kegirangan dan ikut berdendang di pinggiran lapang sama bersama bocah-bocah kampung lain.
"Permisi den, den Rara...." seorang panitia acara bernama kang Cecep menghampiri keluarga Raden Amar. Tatapan semuanya kini serempak menoleh satu arah dengan tatapan Rashmi.
(..)
"Dhala mau ikut, liat bibi Asmi tampil baleng lampak nyibluk sama lampak kendhang!" oceh gadis berusia 3 tahun itu.
"A, Dhara digendong aja. Jalannya licin, soalnya pake selop!" ujar Katresna, alisnya mengernyit dengan tangan yang ia tempelkan di dahi.
Cuaca yang memang sudah terik tak menjadi penghalang untuk melangsungkan acara selanjutnya.
Kehadiran kang Cecep bak malaikat penolong untuk Rashmi "apih, amih---Rashmi duluan sama kang Cecep ya, kan mau cek sound dulu, takut kendangnya kendor!" alibinya, jelas ia sedang tidak menunggu jawaban amih karena ia langsung menarik kang Cecep duluan, "eh, den Rara,"
"Neng!" teriak amih yang sudah geram akan sikap Rashmi.
"Mih, biarin aja atuh. Kalo nunggu kita lama," kali ini apih berpihak pada Rashmi.
"Ck, anak itu!" decak amih melihat penuh sorot mata mengawasi.
Apih menggandeng amih yang berjalan sangat berhati-hati karena pakaiannya, dan memang sudah seharusnya perempuan begitu, tidak grasak grusuk apalagi pecicilan, semua ada adabnya padahal untuk Rashmi, it's too slowly. Dengan dipayungi pihak panitia sepasang suami istri ini berjalan menuju lemah cai mirip-mirip topeng mon yet kalo menurut Asmi, sementara yang lain berpayung-payung ria sendiri. Rashmi lebih memilih berjalan duluan bersama kang Cecep selaku ketua panitia acara, kebetulan sekali kang Cecep menyusul, kesempatan bagus untuk Rashmi bisa keluar dari zona ibunda, karena jujur saja sejak tadi ia tak nyaman satu frame dengan keluarganya dan keluarga Agah.
.
.
.
.
Noted :
*kunaon : kenapa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
lestari saja💕
apa beda amih sama ambu???? mak sin tolong jelasin lahhhh
2023-06-16
3
Maya Sari
keren buat otor Shinta 5 jempol maaf ya baru mampir sekarang pokoknya keren deh bisa bikin karya kayak gini banyak unsur budayanya terutama budaya Sunda
2023-06-02
3
Bubble
cerita2 nya berat ky nya mslh kasta,, antara rashmi sm Alvaro smoga aj kisah mereka lancar tnp ada bnyk irisan bawang bombay... baca bab ini brasa ky lg jelajah nusantara,, yg td nya ga tau ada acara ky ginian jd tau... makasih kak shin 🤗
2023-05-19
1