Asmi benar-benar menjatuhkan semua rasa lelah dan kegelisahan di atas kasur. Ingat betul ia, bagaimana Agah menyentuh tangannya berkali-kali, bukan so so'an suci, lain ceritanya jika memang ada rasa di dalam hati.
Ia tidak tidur, kata amih pamali kalo mau magrib tidur, maka yang ia lakukan sambil nunggu bedug magrib adalah mendengarkan lagu-lagu favoritnya, siapa sangka jika putri ningrat satu ini tak begitu senang lagu-lagu pop, sunda yang melow atau dangdut, ia justru menyukai lagu-lagu punkrock, metal dan apapun yang berbau underground, lebih terdengar seperti sebuah kebebasan baginya. Ia juga membuka laptop miliknya di meja belajar demi mengecek medsos miliknya, diantara ribuan notifikasi dan status orang yang cuma bikin hati nyinyirnya bergejolak, Asmi menemukan sebuah iklan yang bikin matanya mengerjap beberapa kali, "haha! Harus nonton ini mah!"
"Ada rosemary, ada rocket rockers, uh--uh--uh ! Ada SHA, sama Alone at Last!" serunya. Ia menscroll ke bagian waktu, dan pembelian tiket.
"Waktu Sabtu, April 202X pukul 20.00 WIB sampai selesai. Tiket online bisa dibeli di akun instagram @WiraNata Rengganis, @Acuyciplux, @MulderJanates." Gumamnya lirih dengan mata terus menatap selembar iklan online bernuansakan hitam dan merah itu, dimana para personel band ternama terpampang beserta nama band dan sponsor.
Rashmi memutar otaknya bukan pasal uang atau transportasi, melainkan caranya kabur dari rumah untuk acara ini, karena sudah pasti Amih tidak akan mengijinkannya.
"Ngomong nginep di rumah Elisa? Ah, udah pasti ngga akan diijinin! Orang acara kampus aja mesti rayu-rayu dulu!" tiada lain dan tidak bukan, otaknya berpikir mau tak mau ia harus kabur dari rumah demi band kesayangan, salam satu jiwa!! Ia segera mencari nama akun-akun tersebut.
"@WiraNata Rengganis..." lalu muncullah akun profil lelaki ini dengan foto Vulcan's project.
Hari ini cukup berawan, bahkan sempat hujan tadi pagi. Beberapa jalanan yang berkubang kini terisi air dan ia harus berhati-hati melewatinya.
"Asmi, darimana aja! Nih--nih! Ini kostum buat Dewi Suti Ragen," ujar Cintya.
"Sip!" Asmi menerima satu paper bag berisi kostum pewayangan untuk nanti dikerjakan.
"Sa!" ia berjalan sedikit melompat-lompat persis bocah.
"Ntar anter Asmi ke Cihampelas yuk!" pinta Asmi, gadis itu menaik turunkan alisnya.
"Kemana?" alisnya mengernyit tampak betul kerutan yang seperti lipatan baju kusut di dahi.
"Mau ngapain Mi, mau beli jeans, atau kaos?" tanya Elisa dengan mulut yang suhah---suhah karena memakan cimol bojot.
"Mau beli tiket konser!" bisiknya mengerlingkan mata.
"Hah?! Kamu udah ngga waras ih, konser apa?! Ngga takut dimarahin amih, konser kan biasanya malem, Mi...aduhh jangan nanti aku juga yang diteror mamang--mamang rumah kamu sama amih kamu," cerocosnya.
Asmi merengut, "ihh! Ngga akan lah! Aman ini mah, pokoknya harus nonton Sa, ih! Ada Alone at Last sama SHA soalnya!" ia memohon.
"Heran da! Ningrat mah sukanya teh gamelan Mi, wayang... Sambil nyirih,"
Asmi berdecak, "itu mah nene--nene bukan ningrat, lagian udah ngga jamannya suka gamelan, duduk rapet pake sinjang kaya orang ambeien," jawab Rashmi yang sontak saja membuat Elisa tersedak rasa pedas.
"Emhhh, pedes!" gadis itu langsung buru-buru mengambil minumnya. Sementara Asmi tertawa renyah.
Dengan mendesis dan mendelik, "dasar *menak gelo*!" Asmi tertawa lebih kencang sekarang. (**ningrat gila**!)
"Pokoknya anter lah, ntar dikasih kaos satu!" tawar Asmi, tentu saja dengan senang hati Elisa mau, "*muhun den rara! Naon wae nu dipikahoyong aden kula laksanakeun*...." jawabnya so kaku. (**iya den rara! Apa aja yang dikehendaki oleh raden, hamba laksanakan**)
"Bener?!" tanya Asmi.
"*Leres den*," jawab Elisa. (**bener den**,)
"*Oh, muhun atuh mun kitu mah anjeun tiasa ngajleng ka jungkrang? Sugan weh papendak sareng Nu Maha Kawasa*?!" tantang Asmi berkelakar. (**oh, oke atuh, kalo gitu kamu bisa kan lompat ke jurang? Mungkin bisa bertemu langsung sama yang Maha Kuasa**)
"Saravv!" keduanya tertawa.
Hari ini hanya latihan saja untuk besok pengambilan video dan gambar di pendopo Mundinglaya, tak perlu berlatih hingga pinggang encok, karena basicnya mereka memang sudah terbiasa dengan hal ini. Hanya untuk memantapkan saja.
"Mau naik apa Mi?" tanya Elisa.
"Naik onta," desis Asmi saat menunggu taxi online pesanannya. Ia sengaja meminta mang Dedi menjemputnya pukul 5 sore, sementara itu masih banyak waktu untuknya mengambil pesanan tiket, karena ternyata ia memilih membeli tiket fisik saja berhubung posisi Wira berada tak jauh, lagipula Asmi takut jika nantinya ia tak bisa datang dan akan memberikan tiket itu untuk salah satu asisten rumah tangga di rumah, Eka yang juga suka dengan musik underground. Mungkin hal ini akan menjadi rahasianya dan Eka, jika ia pun majikan penyuka musik-musik keras, pasalnya amih dan apih menentang kesukaannya itu.
*Kang, saya sudah di depan Vulcan's project*.
Kini Asmi dan Elisa sudah berdiri di depan sebuah distro pakaian bernama Vulcan's project, berteman suara bising kendaraan dan debu jalanan. Ditatapnya bangunan permanen dengan 2 lantai bernuansakan hitam. Dari kaca luar saja terlihat barang yang dijual, membuat Asmi tertarik.
"Ini tuh kalo ngga salah distro yang jual merchandise ori beberapa band underground ternama juga kan?" tanya Asmi baru pertama kali melihat penampakan Vulcan, ia juga baru menyadari jika Wira si empunya Vulcan adalah seorang promotor senior konser-konser band underground.
"Kang Wira? Kayanya," Elisa menggidikan bahu tak tau, masalahnya ia bukan anak punk, ia lebih senang menonton konser Tulus ketimbang orang-orang yang keselek golok, jadi berasa pengen *ngabura* pake air dari ustadz dan ikut muntah. (**nyembur**)
"Masuk dulu yuk! Asmi pengen liat ada koleksi baju yang bagus engga, biar sekalian beli baju baluuu!" ujarnya memaksa menarik Elisa untuk masuk. Gadis itu menurut saja, kalo rakjel mah ngikut aja kemana yang diatas, mau mati keinjek pun pasrah aja.
Asmi tertawa renyah melihat kesudian Elisa, "ayok ah! Tapi di dalem pasti ngga akan ada kaos bts," jawabnya mencibir.
Hawa sejuk menyambut keduanya, sapaan ramah karyawan toko dengan lattar lagu Marjinal menyapa.
🎶 *Dunia punya cerita*
*Cerita tentang cinta, cinta, cinta, ta cinta*.
*Pada stress*
*Dan ngga sedikit yang gila mati*
*Minum racun serangga*
*Gantung diri di pohon jengkol*
*Nubrukin badan ke bis kota yang sedang mangkal*
*Lompat melompat dari gedung bertingkat*
*Karena cinta, demi cinta*...
Bahkan Elisa sudah bergidik mendengar lagunya, "lagu apaan ini?"
Asmi tertawa kecil, "namanya juga underground, menyuarakan isi hati tanpa takut dan terikat..."
Asmi sudah memilih-milih kaos yang tergantung disana, dan matanya jatuh tertumbuk pada satu kaos hitam dengan desain menarik, hati yang tertusuk belati diantara bumi yang sudah kering kerontang.
"Lucu," gumamnya mengambil kaos itu lalu menunjukkannya pada Elisa yang ternyata pun sudah melihat-lihat kaos disini.
"Sa, lucu ya?!" Asmi menempelkan itu tepat di badan depannya.
"Lucu---lucu---kenapa ngga sekalian yang gambarnya boneka santet aja Mi? Aneh, ningrat aneh kamu mah...jangan-jangan nanti ba bee dipitain juga disebut lucu!"
"Kan emang gitu kan, buktinya boneka ba bee pink dipitain pada laku dibeli?" Asmi bertanya balik membuat Elisa mengerutkan dahinya, setuju. "Iya sih!"
"Buru, Asmi itung sampe 10...kalo ngga ngambil, traktiran kaosnya hangus!" perintahnya.
"Idihhh! Bentar dulu ahhh!" Elisa buru-buru mengambil pilihannya tadi yang menurut gadis itu lumayan bagus.
"Kang, ini...." serahnya di meja kasir tapi saat ia mendongak dan kasir itu berbalik alisnya terangkat keduanya.
"Alva?"
"Mi, aku yang ini aj...ehhh kang Alva!" seru Elisa. Alva langsung menyambar kaos dari tangan Asmi yang masih membatu di tempatnya, melihat Alva yang seharian ini tak dilihatnya, memakai kaos bertuliskan Vulcan's project di dada.
"Kang, kerja disini?" tanya Elisa.
"Iya," jawab Alva biar cepat.
"Ini aja?" tanya Alva.
"Ini sama yang punya Elisa juga," jawab Asmi segera menyadarkan diri.
"Berapa?" tanya Asmi. Alva memasukkan kaos itu satu persatu ke dalam plastik dengan tulisan Vulcan dikemas dan ditata sedemikian rupa agar pelanggan suka.
"300 ribu,"
"Bisa debit?"
"Bisa, pake apa?" tak ada obrolan basa-basi layaknya orang kenal, benar-benar dingin.
"ABC," Asmi menyerahkan kartu debitnya dari dompet.
"Pin-nya," Alva menggeser alat ke depan Asmi, lalu jari-jari Asmi mengetiknya.
"Mi, yang bener aja kamu! Ini ngga akan dimarahin amih? Belum lagi tiket konser?!" oceh Elisa, Asmi melirik, "berisik ih! Ini duit jajan Asmi, lagian buat beli kesukaan Asmi, jadi amih fine-fine aja..." jawabnya selesai menekan pin, kini keluarlah struk belanja dan Alva menyerahkan itu pada Asmi bersama paper bag belanjaan. Tangan mereka tak sengaja saling bersentuhan membuat getaran untuk pertama kalinya untuk Asmi.
Hingga suara dering ponsel membuyarkan segalanya, "eh, kang Wira,"
Asmi segera berbalik tanpa pamit pada Alva, "misi kang!" angguk Elisa diangguki Alva, matanya tak lepas menatap Asmi.
"Oh, akang di Vulcan? Saya juga di dalem kang? Yang pake atasan putih..."
"Va," colek Wira pada putra pertamanya.
"Orang beli tiket, coba kasih...mpap lagi terima pesanan dulu, tuh yang baju putih, namanya Rashmi!" tunjuk Wira.
Alva menghembuskan nafasnya lelah, *tau mpap*!
Ia mengangguk menerima tiket lalu keluar dari meja kasir demi menghampiri Rashmi.
"Rashmi kan?!" tanyanya mencegat jalan Rashmi tanpa aba-aba dengan konyolnya.
"Lo beli tiket sama yang namanya kang Wira?" ia menyodorkan sebuah kertas tiket pada Rashmi membuat kedua gadis itu melongo apalagi Rashmi.
"Nih ambil,"
Tunggu dulu! Ini Asmi yang loading apa memang dunia sedang ingin bermain petak umpet dengannya?
"Lo ngigo?" tanya Asmi balik.
"Lo yang namanya Wira?" tanya Asmi lagi.
"Banyak nanya kaya kurir paket, nih tiket lo dari kang Wira..." jawab Alva langsung menyerahkan tiket itu di tangan mulus Asmi, 2 kali....mereka bersentuhan tangan.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
lestari saja💕
emang iyaaa
2024-07-12
1
lestari saja💕
yg penting di traktir yaaa sa
2024-07-12
0
lestari saja💕
ningrat apa nenek2😂😂😂
2024-07-12
0