BAB 07 - Betah, Dad

Seumur hidup, baru kali ini Lucas merasakan ditolak seorang wanita, biasanya dia yang menolak wanita. Lebih miris lagi, wanita itu adalah istri muda ayahnya. Setelah tadi siang mendapat penolakan Zora, malam ini dia kembali harus mendapati pemandangan menjijikkan.

Bagi asisten Mike adegan makan malam tuan besar dan nyonya itu sangatlah manis, tapi tidak bagi Lucas. Kendati demikian, dia tidak akan mengalah dan tetap bergabung di meja demi bisa memandang wanita pujaannya, bukan menikmati makanan yang kini tersedia.

Setelah sempat terjebak tadi siang, Zora menghindari Lucas layaknya seseorang yang begitu banyak kesalahan. Padahal, yang seharusnya merasa malu adalah Lucas, bukan dirinya.

Tidak tanggung-tanggung, begitu ayahnya pulang, Lucas dengan jelas menyaksikan bagaimana Zora yang selalu menempel seakan takut padanya. Cih, yang benar saja, bukankah yang seharusnya Zora takuti adalah tua bangka itu, pikirnya.

"Lucas ... bagaimana perasaanmu?"

"Perasaan soal apa, Dad?" tanya Lucas sedikit malas, pertanyaan itu membuat ketenangannya buyar saja, tepatnya menggangu.

"Perasaanmu setelah di sini ... Daddy harap kamu betah dan tidak pergi lagi, Nak, hanya kau harta Daddy satu-satunya."

"Betah, Dad," jawab Lucas tersenyum simpul, jika ditanya betah atau tidak jelas saja dia betah. Akan tetapi, jika ditanya karena apa, mungkin Lucas tidak akan jujur karena tahu betapa takutnya Zora pada sang ayah.

"Syukurlah ... Daddy senang mendengarnya."

Sama sekali Julian tidak curiga, yang dia pedulikan hanya putranya betah di rumah itu saja. Semula Julian berpikir dengan menghadirkan sosok ibu maka Julian akan betah, tapi sejak kepergian ibu kandung Lucas, tidak ada wanita yang bersedia ketika diminta untuk merawat Lucas layaknya anak sendiri.

Untuk itu dia menikahi Zora, awalnya gadis itu hanya akan dia jadikan budak biasa. Namun, setelah dia menyetujui perjanjian untuk merawat putranya, Julian berubah pikiran dan memperistri seorang Zora secara baik-baik.

Ya, meski tetap saja statusnya tidak lebih baik. Dia retap mendapat ancaman dan takut setiap saat, tapi setidaknya dengan status sebagai istri anak buah Julian tidak dapat menikmati tubuhnya secara cuma-cuma seperti gadis lain yang dahulu Julian beli untuk sekadar mainannya.

Terbukti, dia kerap tinggal berhari-hari tidak ada laporan Lucas keluar malam ataupun meninggalkan rumah. Dia benar-benar betah dan tidak banyak ulah, jelas saja Julian merasa dia yang membawa Zora sebagai istri benar-benar pilihan yang tepat, wanita itu memang mampu meluluhkan hati keras Lucas.

Tanpa dia ketahui, jika betah yang Lucas maskudkan berbeda. Bukan betah karena dirawat sang ibu, melainkan dirinya betah berada di sisi Zora sebagai wanitanya. Dia nyaman berada di sisi wanita itu, dan karena hal itu pula Lucas membenci perlakuan kasar ayahnya pada Zora.

"Oh iya, Lucas ... Daddy harap kau mulai bisa menerima Mommy-mu juga."

Detik itu juga, Lucas terdiam dan menatap mata sang ayah. Pria itu tampak tulus dalam berucap, tapi mendengar permintaannya Lucas seakan berontak dan benar-benar membenci kata-kata ibu yang tersemat untuk Zora, sungguh.

Setelah sebelumnya sudah sedikit lega, Julian kembali menatap kekecewaan dari balik manik indah putranya. Detik itu juga, Julian mengusap pundak istrinya seolah tengah menenangkan dan sabar menghadapi sikap Lucas yang memang terkesan dingin jika di hadapannya.

"Hargai Mom_"

"Daddy, stop!! Jangan memintaku menerimanya sebagai Mommy jika Daddy saja tidak bisa meghargainya sebagai istri!! Jangan menenangkannya jika masih terus bersikap kasar padanya," sentak Lucas menjadi, dia bahkan menggebrak meja dan hal semacam ini sudah termasuk tidak sopan.

Zora tidak menyukainya, dia tahu Lucas yang seperti itu karena dirinya, bukan karena marah Julian tidak memperlakukannya seperti seorang istri. Dia marah, bahkan berani membentak ayahnya dan pergi tanpa permisi, sungguh Zora yang terbiasa mendengar keluhan Julian di depan foto mendiang istrinya sedikit tersayat kali ini.

Sosok Julian mungkin bukan suami yang baik bagi Zora, tapi selama beberapa bulan menjadi istri pria itu, dari kacamata Zora dia adalah sosok ayah yang baik. Ayah yang begitu menyayangi dan merindukan anaknya, jauh berbeda dengan ayahnya yang begitu tega menjadikannya taruhan judi.

.

.

"Lucas!!" teriak Julian menggema, dia berani berteriak begitu putranya sudah berada di lantai atas.

Saat itu juga, Zora mulai ketakutan. Dia tahu di saat Julian marah dan ada sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendaknya maka pria itu akan menggila. Dia menghancurkan apa yang ada di ruang makan, sama sekali Zora tidak mengerti apa yang terjadi pada suaminya.

Asisten Mike mengatakan jika mental pria itu baik-baik saja, hanya karena terlalu kesepian hingga terkadang meluapkan amarah dengan cara yang salah. Ketika Lucas belum kembali memang kerap marah, tapi tidak separah ini.

Sudah jelas ketika dia marah, maka Zora yang turut menjadi sasaran dan kini dia melampiaskan kemarahan itu dengan kembali menyakitinya. Zora tidak selemah itu, tapi bayangkan saya jika harus melawan pria pemarah seperti Julian jelas saja dia kalah.

"Kau lihat ... Putraku masih pembangkang!! Dia berani melawanku!! Mana tugasmu sebagai ibu, bukankah dahulu kau setuju dan mengatakan bisa merawat putraku? Sepertinya penyakit orang miskin yang melekat dalam diri ayahmu benar-benar menurun hingga kau pandai sekali menipuku."

Tatapan tajam Julian tidak lagi menakutkan, Zora membalasnya lebih tajam lagi hingga pria itu semakin murka.

"Dalam perjanjian Anda tidak mengatakan dengan jelas bagaimana putra Anda, jika saya tahu dia sudah sebesar itu akan lebih baik saya menjadi budakmu, Tuan."

Memang faktanya demikian, Zora tidak sedang berbohong dan sesuai kenyataan Julian tidak menjelaskan bagaimana sosok Lucas. Bak berniaga kucing dalam karung, Zora justru menyesali keputusannya kala itu.

"Berani sekali kau_"

"Tuan, nona Valen sudah menunggu di Bandara ... apa tidak sebaiknya kita segera kesana?"

Hampir saja mendapat tamparan malam ini, beruntung saja asisten Mike datang dan mengabarkan sebuah berita yang membuat Julian sumringah. Semudah itu dia berubah, begitu mendengar calon wanita yang akan dia santap, pria tua itu lupa telah membuat Zora merasa begitu terhina.

"Ah benarkah? Baiklah kita pergi kalau begitu ... Ah iya, Sayang, bereskan ruangan ini, aku akan ke luar kota dan mungkin pulang minggu depan, aku titip Lucas."

Satu kata yang paling tepat menggambarkan tentang Julian, gila. Ya, hanya kalimat kata itu yang pantas untuk mengutarakan sosok pria tua itu. Meski sudah sesakit itu, mau tidak mau Zora harus membersihkan ruangan yang sudah kacau balau ini.

"Maaf, aku membuatmu dalam posisi sulit."

Pria lembut itu kembali dan kini memeluknya dari belakang. Zora terdiam dan melepaskan pecahan di tangannya, dia kecewa dan ingin meluapkan kekesalan pada Lucas hari ini juga.

"Kau tahu ayahmu marah karenamu lalu kenapa lancang sekali memelukku?" tanya Zora menepis tangan Lucas, bukannya dilepas pelukannya kian erat.

"Aku tidak suka kata-katanya, Zora ... sampai mati aku tidak sudi menerimamu sebagai ibuku," ucapnya tanpa ragu mengecup kepala Zora yang kini tengah berasap akibat menghadapi kenakalan putra tirinya.

.

.

- To Be Continued -

Terpopuler

Comments

Ani Suwarni

Ani Suwarni

sebenarnya Zora dan Julian nikah beneran enggak tho Thor ?

2024-02-13

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

LO TIDURI KNP SI ZORA..

2024-01-09

0

komalia komalia

komalia komalia

kaya nya si julian sengaja nikahin si zora buat lucas deh

2023-10-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!