Setelah Arya mendengarkan alasan yang sesungguhnya tentang orang tuanya yang tidak merestui hubungan dirinya dengan Ami, barulah Arya paham," kenapa Papah dan Mamah tidak mengatakannya dari dulu? jika aku bertanya kenapa alasannya, jawabnya hanya sudahlah menurut apa kata orang tua saja. Jika papah dan mamah berkata jujur sejak dulu, pasti aku tidak akan merasa penasaran sepanjang hidupku."
"Maafkan kami, Arya. Karena kami pikir itu tidak perlu hingga kami pun selalu saja tidak mengindahkan setiap kamu bertanya tentang Ami," ucap Mamah Inka.
"Sudahlah, sekarang kan sudah jelas seperti apa tabiat Ami dan ibunya. Kami harap jika suatu saat nanti kamu bertemu dengan mereka, jangan sampai luluh," nasehat papah Andy.
"Baiklah pah-mah, aku akan selalu menuruti kata-kata kalian. Karena aku percaya semua yang kalian lakukan untukku adalah demi kebaikanku. Aku tidak ingin menjadi anak yang durhaka, dan aku ingin menikah dengan seorang wanita yang di restui oleh papah dan mamah," ucap Arya.
Papah Andy dan Mamah Inka sangat bersyukur karena memiliki seorang anak yang sangat menurut pada orang tua. Walaupun seorang lelaki dan sudah sukses, tetapi Arya menjunjung tinggi orang tuanya. Ia selalu menomorsatukan orang tua. Selalu patuh dengan perkataan orang tua.
"Pah-Mah, serius ya akan membantuku untuk bisa meluluhkan hati Zie," pinta Arya.
Karena Arya tipe lelaki yang tidak pintar mengobral kata-kata. Ia begitu dingin dengan wanita. Ia mengenal Ami juga karena Ami yang terlebih dahulu mendekati dirinya.
Papah Andy menyunggingkan senyuman," cobalah kamu berlatih untuk perlahan-lahan mendekati Zie. Kamu kan sudah akrab dengan Sefelin, itu malah mempermudah dirimu untuk bisa cepat lebih akrab dengan Zie."
Mendengar perkataan dari Papah Andy justru membuat mental Arya seketika itu menciut," itu sama saja aku berusaha sendiri Pah, bukannya meminta tolong pada papah. Apakah papah tidak mau menolongku, hingga menyarankan seperti itu?" Arya langsung merajuk mengerucutkan bibirnya.
"Jika Papah yang bertindak secara langsung sama saja seperti ta'aruf, bukankah seperti itu ya mah?" tanya Papah Andy memastikannya pada Mamah Inka.
"Benar sekali yang papah katakan, tidak usah berpacaran tetapi langsung saja menentukan apakah bersedia menikah dengan Arya atau tidak. Jika bersedia ya langsung diatur hari yang terbaik," ucap Mamah Inka.
Arya menghela napas panjang mendengar perkataan dari orang tuanya. Ia sebenarnya setuju saja jika memang harus ta'aruf, tetapi ia tidak yakin dengan Zie. Sejenak Arya diam seolah sedang berpikir tentang apa yang dikatakan oleh orang tuanya.
Mamah Inka menyikut lengan Papah Andy pada saat melihat Arya hanya diam saja," pah, lihatlah! Arya malah bengong seperti itu."
Papah Andy pun menatap kearah Arya," apa yang sedang kamu risaukan Arya? sudah nggak usah khawatir, nanti papah akan mencoba membantumu lewat orang tua Zie."
Mendengar kata-kata papahnya, barulah Arya bisa tersenyum sumringah," beneran loh ya Pah, bantu aku!"
"Iya anakku yang paling ganteng.... paling nurut... paling.... apalagi ya mah?" papah Andy malah menggoda anak semata wayangnya tersebut.
******
Esok hari menjelang...
Arya menjalankan rutinitas paginya seperti biasa, begitu pula dengan Zie. Mereka sama-sama sibuk dengan persiapan untuk ke tempat kerja mereka. Lagi-lagi mereka seperti berjodoh. Karena tempat kerja mereka bersebelahan.
Zie mendirikan sebuah butik dan di samping butiknya adalah sebuah kantor milik Arya. Baik Arya maupun Zie sama-sama memiliki usaha di perkampungan juga.
Toko pakaian Zie di kampung masih berjalan, walaupun di handle oleh asisten pribadinya. Dan Zie hanya mengecek setiap saat kinerja asisten pribadinya dari rekaman video CCTV.
Usaha perkebunan Arya di kampung juga masih berjalan. Ia juga mempunyai seorang asisten pribadi, seperti halnya dengan Zie.
Zie begitu terkejut pada saat melihat Arya berjalan hendak masuk ke gedung perkantoran di samping butik yang ia dirikan," Mas Arya?" sapa Zie tersenyum ke arah Arya.
Sejenak Arya menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Zie, jantungnya berdegup kencang pada saat melihat senyum manis Zie," Ya Allah kenapa aku selalu seperti ini jika dekat dengan Zie. Tolong bantu aku mengontrol perasaanku ini, karena aku tidak ingin malu di hadapan Zie," gumam Arya di dalam hatinya.
Melihat Arya diam saja, tidak merespon panggilannya. Zie pun memutuskan untuk menghampiri Arya lebih dekat lagi. Hal ini semakin membuat Arya salah tingkah dan tidak karuan," aduh bagaimana ini, malah Zie semakin mendekatiku," batin Arya semakin gelisah.
"Eh iya Zie, kok kamu ada di sini?" tanya Arya mencoba menutupi rasa gugupnya.
"Butik ini kan milikku Mas Arya, mas sendiri kenapa ada di depan kantor ini?" Zie malah balik bertanya kepada Arya.
"Kantor ini juga milikku, kenapa kita serba kebetulan ya? tempat kerja kita bersebelahan, begitu pula dengan rumah kita," ucap Arya terkekeh.
Sejenak mereka bercengkrama, walaupun di dalam hati Arya masih ada rasa gugup. Tetapi ada rasa senang juga pada saat dirinya bersama dengan Zie.
"Oh ya sudah dulu ya Mas Arya, aku harus segera ke butik karena kebetulan akan mengurus pesanan seragam kantor," pamit Zie.
"Ok Zie, next time kita ngobrol lagi ya? itupun jika kamu tidak keberatan," ucap Arya sudah bisa mengendalikan rasa gugupnya tersebut.
"Jelas nggak keberatan donk, kita kan tetanggaan," ucap Zie terkekeh.
Saat itu juga Zie masuk ke dalam butiknya begitu pula dengan Arya, ia juga masuk kedalam kantornya.
"Yessssss....."
Tanpa sadar ia melonjak kegirangan, hingga para karyawan menoleh ke arah dirinya. Iapun melangkah cepat dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal karena menahan rasa malu," ah kenapa aku kok jadi seperti ini sih? tidak sadar dengan apa yang telah aku lakukan."
Gumamnya didalam hatinya.
"Ternyata beginilah rasanya cinta, baru bertemu bertatap muka dan mengobrol sebentar saja rasa hati ini bahagia sekali. Apalagi jika aku benar-benar bisa menjadi pendamping hidupnya, aku tidak bisa menguraikan rasa kebahagiaanku," gumamnya senyam senyum sendiri.
Bahkan di dalam ruang kerjanya, Arya terus saja terbayang wajah cantik Zie di pelupuk matanya.
Berbeda situasi di rumah, saat ini orang tua Arya menyambangi rumah Zie untuk berbicara dengan orang tua Zie.
"Pak-bu, maaf jika kami menggangu waktu kalian. Kami ingin mengobrol dari hati ke hati," ucap Papah Andy.
"Wahhhhh justru kami sangat senang sekali jika mbakyu dan mas Andy mau datang kemari. Setiap hari pun kami tidak keberatan. Oh ya panggil kami nama saja nggak usah pake pak dan Bu," ucap Ayah Sono.
Sejenak Papah Andy menatap kearah Mamah Inka seolah sedang meminta persetujuan. Kemudian Mamah Inka mengangguk perlahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Puspa Trimulyani
seperti ABG lagi...😅😅
2023-05-19
1
Puspa Trimulyani
yessss
2023-05-19
1
Puspa Trimulyani
kalaupun dijelaskan pada saat itu, sepertinya Arya tidak akan percaya, karena masih tertutup oleh rasa cinta, untung nya Arya nurut sama orang tua 👍👍👍👍❤️❤️❤️❤️
2023-05-19
2