Balasan Untuk Suami Kejam

Balasan Untuk Suami Kejam

Tragis

Satu Minggu lagi anak Zie akan mengikuti studytur di sekolahnya. Tetapi seperti biasa, ia tidak pernah mengikuti. Zie merasa iba padanya, hingga ia berinisiatif untuk membujuk suaminya mengizinkan Sefelin ikut studytur.

Zie pun lekas ke kantor dimana suamiku bekerja," semoga saja usahaku kali ini berhasil. Karena aku ingin melihat kebahagiaan di wajah anakku."

Namun pada saat Zie sampai di kantor tersebut, pada saat dirinya akan membuka gagang pintu, ia mendengar suaminya sedang bercengkrama dengan seseorang.

"Nelson, aku ingin pinjam uang seperti biasanya. Kamu tahu sendiri kan, Jeselin sebentar lagi akan mengikuti studytur di sekolahnya, sedang mas belum juga mendapatkan pekerjaan yang layak hingga tidak punya uang untuk bayar studytur Jeselin," ucap Sony memelas.

"Memang berapa uang yang mas butuhkan sih?" tanya Nelson penasaran.

"Untuk bayar studytur dan uang saku ya lima ratus ribu. Sekalian aku pinjam untuk bayar angsuran motor. Oh ya, mas sepertinya akan kerja jadi tukang ojek dulu dech," ucap Sony menjelaskan.

"Buat angsuran motor berapa duit mas?" tanya Nelson kembali.

"Lima ratus ribu jadi satu juta, uang yang aku butuhkan," jawab Sony.

Zie sudah hapal dengan suara tersebut, hingga ia pun sudah tidak ragu lagi untuk segera masuk ke dalam ruang kerja Nelson.

Melihat Zie datang, Sony segera berpamitan pulang sembari melirik sinis ke arah Zie. Begitu pula Zie, ia tidak suka dengan kedatangan kakak iparnya tersebut.

Seperginya Sony, Nelson menatap heran kearah Zie," untuk apa kamu datang ke kantor?"

Zie pun mengatakan kepada suaminya tentang studytur di sekolah Sefelin. Dan ia berharap Nelson akan memberinya uang untuknya. Tetapi ia salah, justru ia mendapatkan cacian dari suaminya," untuk apa ikut studytur hanya menghabiskan uang saja. Tahun-tahun yang lalu juga Sefelin tidak ikut studytur bukan?"

Zie pun mendengus kesal,' mas, apa kamu nggak merasa kasihan dengan anak kita? yang lain ikut studytur, tetapi anak kita nggak pernah ikut."

Nelson beralasan jika dirinya tidak punya uang dan belum juga gajian. Sontak saja Zie bertambah emosi," kamu berbohong padaku mas, ini bukan yang pertama kalinya. Berkali-kali kamu bohong padaku!"

"Kamu peduli dengan keponakan kamu hingga memberikan uang pinjaman satu juta pada Mas Sony. Bahkan sering seperti ini, kamu memberinya uang," ucap Zie geram.

Nelson tidak mau disalahkan, dia selalu saja membela dirinya dengan alasan Mas Sony meminjam bukan meminta. Tetapi Zie sudah tidak percaya lagi dengan perkataan dari Nelson. Karena kejadian ini bukan yang pertama, tapi sudah sering kali terjadi.

Zie tidak berhasil meyakinkan Nelson untuk memberikan izin Sefelin ikut studytur. Zie pun memutuskan untuk kembali ke rumah dengan penuh kecewa.

"Ya Allah, sampai kapan aku harus menahan rasa lara ini. Suamiku begitu perhitungan pada diriku dan juga pada anak kandungnya sendiri."

"Tetapi ia royal terhadap keluarganya sendiri. Dimana letak hati nuraninya ya Allah? aku bertahan hidup seperti ini sudah tiga belas tahun lamanya."

"Dari aku hamil hingga anakku kini kelas enam SD. Dan sebentar lagi kelulusan sekolah."

Selama perjalanan pulang ke rumah, Zie terus saja mengeluh di dalam hatinya. Ia bertahan demi anaknya. Untuk memberikan nafkah lahirpun, Nelson memberikan uang tak seberapa hingga Zie terpaksa harus berusaha mencari penghasilan sendiri.

"Bertahun-tahun aku bertahan dengan kondisi seperti ini. Aku berharap ada perubahan dalam diri mas Nelson tetapi ternyata tidak ada. Jika seperti ini aku tidak akan tinggal diam lagi. Aku harus sekarang bertindak. Karena hasil dari aku bekerja tidaklah seberapa."

Sejak anak Zie masuk sekolah, ia sudah mulai bekerja di rumah tetangga yang mempunyai bisnis on line pakaian yang sangat ramai.

Zie selalu membantu packing setiap pesanan dari orang-orang. Dan ia juga kerap kali membantu ke sebuah expedisi untuk mengirimkan barang-barang pesanan on line tersebut.

Di dalam hati Zie sempat terpikir jika ia ingin sekali mempunyai usaha on line seperti dimana dirinya saat ini bekerja. Hanya saja ia terbentur dana yang tidak ia miliki.

Beberapa jam kemudian...

Sefelin telah pulang ke rumah tetapi bersama dengan Jeselin. Di dalam hati Zie sudah bisa menebak untuk apa Jeselin ikut pulang ke rumah.

"Mah, sudah masak kan?" tanya Sefelin.

"Sudah nak, memangnya kamu sudah lapar ya?" goda Zie kepada anaknya tapi melirik kearah Jeselin.

Sefelin mengatakan bahwa ia sengaja mengajak Jeselin pulang ke rumah karena ia tahu jika kakak sepupunya tersebut dari pagi belum sarapan.

"Astaghfirullah aladzim, dari pagi kamu belum sarapan hingga sampai siang seperti ini? memangnya mamah kamu nggak masak?"

Zie sampai menggelengkan kepalanya mendengar curhatan dari Sefelin. Sementara Jeselin hanya tertunduk malu seraya mengangguk perlahan.

Jeselin mengatakan bahwa sebenarnya dirinya di suruh oleh Mamahnya untuk meminta sarapan di rumah Zie setiap akan berangkat ke sekolah. Tetapi ia merasa malu dan tidak enak hati karena hampir setiap hari ia harus menumpang sarapan dan juga makan siang.

Zie sangat benci dengan tabiat orang tua Jeselin, tetapi ia sangat iba pada anak tersebut. Karena memang dari kecil, Jeselin selalu kurang kasih sayang dari orang tuanya.

Sony sejak di PHK, ia lebih suka tidur dan juga keluyuran entah kemana. Sedangkan Sasa lebih suka nongkrong dengan teman-teman wanitanya tanpa memikirkan segala yang dibutuhkan oleh Jeselin.

"Jeselin, Tante tahu jika kamu merasa tidak enak bukan? seharusnya kamu nggak usah seperti itu. Seperti biasa saja kemari kalau mau sarapan. Bahaya, nanti kamu perutnya bisa sakit. Lantas di kantin kamu jajan nggak?"

Jeselin terus saja tertunduk, ia menggelengkan kepalanya," nggak. Tante. Aku sengaja mengumpulkan uang saku untuk bayar staditur karena aku ingin ikut staditur. Sedangkan mamah dan papah bilang nggak punya uang. Kalau aku terus meminta yang ada aku di marahi. Aku juga nggak enak jika setiap hari sarapan di rumah Tante."

Rasa haru benar-benar di rasakan oleh Zie saat ini. Dimana orang tuanya sangat pemborosan dan kerap kali berbohong dengan seringkali meminta uang pada Nelson mengatas namakan untuk kebutuhan Jeselin. Anak ini begitu dewasanya, ia menabung sendiri demi apa yang ingin ia inginkan tercapai. Sifat Jeselin sungguh berbeda dengan sifat orang tuanya yang sangat boros dan suka sekali berfoya-foya.

"Jeselin, kita ini kan saudara. Seharusnya kamu itu nggak usah merasa nggak enak. Kami ini bukan orang lain. Ya sudah sana kamu sama Sefelin makan siang ya. Besok kalau di rumah nggak ada makanan, kemari saja ya."

Mata Jeselin berkaca-kaca," terima kasih tante. Padahal aku tahu seperti apa sifat papah dan mamah terhadap Tante dan Sefelin. Tetapi kalian selalu baik padaku."

Sifat Jeselin mirip sekali dengan Sefelin. Hanya saja Sefelin mengumpulkan uang untuk bayar iuran bulanan di sekolah atau untuk membeli buku. Karena Nelson benar-benar tidak perduli dengan segala yang dibutuhkan untuk Sefelin.

Terpopuler

Comments

Imma Juhamzah

Imma Juhamzah

ya salah sendiri masih mau bertahan,

2023-11-30

0

Upik Yupi

Upik Yupi

Punya suami model kayak Nelson udah aku tendang jauh2....

2023-07-10

1

inayah machmud

inayah machmud

si Nelson bapak gila minta di sleding.... sama keluarga nya royal banget, ,, tapi sama anak istri nya pelit nya Nauzubillah hi mindzalik....

2023-06-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!