Happy reading
Tamarin sang asisten dosen datang membawa setumpuk kertas soal yang harus dikumpulkan saat ini juga.
"Pak Surya gak bisa datang, jadi saya yang akan menggantikan beliau. Silahkan dikerjakan dengan jujur dan jangan menyontek," ucap Tamarin dengan tegas berjalan membagikan kertas soal dan juga lembar jawaban.
Gibran sebenarnya sangat malas mengerjakan tugas tugas yang makin membuat otaknya pusing. Tapi jika mengingat pesan Arum yang menginginkan menjadi orang yang sukses.
Dengan malas Gibran mengerjakan soal soal yang ada di lembar soal itu. Sebenarnya Gibran bukan orang yang bodoh, silsilah keluarga Papa Abi tak pernah ada yang bodoh sejak jamannya kakek buyut.
Tak sampai 30 menit, Gibran langsung mengumpulkan tugasnya ke Tamarin yang duduk di kursi dosen.
"Udah Gib?" tanya Tamarin dengan senyum manisnya.
Bukan hal yang aneh kenapa banyak mahasiswi yang menyukai Gibran, karena memang Gibran ini tipe cowok badboy tapi gak bad banget. Apalagi Gibran sangat tampan dengan muka yang sangat tidak pasaran.
Bahkan rumornya ada dosen wanita di universitas itu juga menyukai Gibran. Sakit karismatiknya laki laki yang satu ini.
"Hmm."
"Oh ya, hari ini ada waktu gak. Kita jalan yuk," ajaknya.
Tamarin yang memang otaknya sebelas dua belas dengan Gibran. Sama sama pintarnya, apalagi Tamarin adalah mahasiswi paling cantik di angkatan mereka. Bahkan banyak yang menjodohkan dua orang ini. Tapi dengan tegas Gibran menyangkalnya karena memang ia sudah punya pacar.
Walaupun begitu tak membuat semangat Tamarin untuk mendekati Gibran itu surut begitu saja. Anggapan Gibran mempunyai pacar itu hanya dianggap angin lalu bagi Tamarin.
Karena memang Gibran tak pernah mengajak pacarnya jika kumpul. Karena memang Arum yang tak mau, akhirnya Gibran juga tak bisa memaksa dan akhirnya Gibran ngapel ke rumah Arum daripada ikut kumpul anak anak sefakultas.
"Gue sibuk!!"
Setalah mengucapkan itu Gibran langsung berlalu begitu saja seraya membawa tasnya keluar dari kelas itu.
Tamarin yang lagi lagi mendapat penolakan dari Gibran itu hanya bisa menahan kekesalannya. Wanita itu sudah melakukan segala cara agar bisa dekat dengan Gibran tapi semua itu gagal.
Dalam pikiran Tamarin, apa memang Gibran tak menyukai wanita cantik. Bahkan Tamarin ini banyak yang mengejar dan menyatakan cinta karena kecantikan dan kepintarannya tapi kenapa Gibran tak tertarik.
****
Sedangkan Gibran berjalan menuju parkiran dan naik ke motornya yang ada di sana dan memakai helm full face.
Tujuannya saat ini adalah salon, ia ingin mengganti warna rambut dan juga model rambutnya ini.
Motor sport miliknya itu keluar dari area kampus dengan kecepatan tinggi. Jangan lupakan tatapan para mahasiswa yang tidak masuk kelas.
"Sumpah Gibran makin hari makin ganteng aja sih, gilakk!!"
"Fibesnya gak main main say, visualnya itu mahal."
"Gue mau jadi pacarnya, apalagi dia yang gantengnya ma sya Allah itu. Ajir gue ngebet pengen punya pacar kek Gibran!!"
"Tapi rumornya dia udah punya pacar loh."
"Ah masa sih, dia gak pernah bawa pacarnya gitu."
"Iya, pacarnya masih SMA. Cowok gue kan dekat sama dia. Dan Gibran sering ngepost foto ceweknya di WhatsApp."
"Iya kah? Duh sakit hati Adek bang. Masa iya Gibran dah ada pacar. Terpotek potek dong hati gue yang mulus kayak pantatnya micky mouse ini."
"Alayy!!!"
"Eben."
"Btw cantik gak pacarnya Gibran?"
"Cantik bat, gak ada yang ngalahin kecantikannya di universitas ini. Bahkan Wilona yang notabene cewek paling cantik aja kalah saing sama ceweknya Gibran."
"Pantes aja Gibran gak ada ngerespon anak anak yang deketin dia."
"Hooh, ceweknya aja spek bidadari kalau di atas Wilona mah."
Tamarin yang tak sengaja mendengar itupun hanya bisa mengepalkan tangannya. Ia tak terima jika laki laki yang ia suka sudah ada yang punya. Apalagi ceweknya masih SMA pula, gak rela banget.
Harusnya Gibran cari cewek yang sepadan dengan dirinya yang sudah mahasiswa dong.
****
Kini sampailah Gibran di salon tempat ia sering ganti warna rambut. Padahal ia baru berberapa hari ganti warna rambut tapi kini sudah mau ganti lagi. Kalau bukan faktor bucin juga gak ada.
Gibran memarkirkan motornya di parkiran salon, kemudian ia melepas helmnya. Para wanita yang ada di sana melakukan perawatan rambut dan juga lihat lihat di salon itu langsung tercengang saat melihat laki laki ganteng yang baru saja turun dari motor sport mewah itu.
"Mbak ganti warna rambut!!"
Karena memang sudah menjadi langganan di salon itu, jadi para karyawan yang disana juga sudah pada hapal.
"Aduh cin, mau ganti apa lagi. Masih bagus gini warnanya. Eh btw di cantik mana? Gak ikut ya?" tanya laki laki dengan gemulai.
"Dia marah sama gue, mbak. Jadi gak bisa ikut, gue mau ganti warna hitam model rambut korea yang lagi tren saat ini."
Gibran langsung mendapatkan pelayanan yang sangat baik dari pemilik salon itu. Karena memang mereka sudah kenal, dan para ciwi ciwi yang melihat ketampanan Gibran itu juga iya saja saat di dulukan Gibran.
Sekalian cuci mata ya say.
Seraya melakukan perawatan pada rambutnya, karyawan yang bernama Nike alias Niko itu pun berbincang bincang dengan Gibran.
Mereka banyak bahan jika sudah membicarakan Arum, karena Arum, Gibran dan Niko sudah menjadi teman.
"Lu gile ye. Masa lu lupa kalau si cantik masih di sekolah. Kalau gue jadi si cantik udah gue mutilasi tu cewek genit. Geram gue say," ucap Nike dengan suara menggebu.
Bagi Nike, Arum dan Gibran adalah sosok penyelamat saat ia tak punya uang dengan baik hatinya Arum dan Gibran memberikan uang untuk usaha Nike. Kedua orang ini selalu ada saat banyak orang yang mencacinya.
"Gue lupa sumpah demi Allah. Setelah gue sama dia bertengkar, Arum pingsan dan gue bawa ke rumah sakit."
"Astaga, lu tega banget gak ngasih tahu gue. Pokoknya nanti sore gue mau ke rumah si cantik."
"Gue kalut banget, gue gak ingat sama elu. Maafin gue ya," ucap Gibran menikmati pijatan dari Nike.
Setelah 1 setengah jam lebih, Gibran sudah selesai dengan rambut barunya. Memang tangan Nike tak pernah gagal membuat rambutnya tambah bagus.
Gibran yakin Arum akan sangat suka dengan penampilan barunya. Gibran tak sabar untuk cepat menjemput sang kekasih hati.
Walau mereka memutuskan untuk introspeksi diri tapi Gibran tak mau Arum sampai pulang dengan sembarang pria.
"Thanks ya, Nik. Gue transfer ya, kalau lu mau ke rumah Arum hari ini gue juga pasti ada disana. Gue mau memperbaiki hubungan gue," ucap Gibran dengan rambut yang sudah wangi.
"Oke say. Nanti gue chat kalau mau ke sana."
"Hmm."
Gibran keluar dari salon itu dengan percaya dirinya, bahkan laki laki itu rela tak memakai helmnya karena rambut barunya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments