Happy reading
Kalimat pertama yang membuat Gibran ingin hilang saat itu juga agar ia tak mendengar ucapan dingin dari Arum ini.
"Enggak aku gak mau kita pisah," kekeuh Gibran dengan tegasnya.
"Terserah, yang pasti kita sudah tak ada hubungan apapun semenjak kamu melupakan aku demi wanita itu," ucap Arum yang sudah menutup matanya.
Entah kenapa logat aku kamu kembali ya ucapkan setelah tadi sore ia bilang lu gue. Mungkin karena emosi jadi seperti itu.
Arum tak ingin lebih banyak berbicara pada Gibran, Arum sangat kecewa dengan laki-laki yang ada di sampingnya ini.
Entahlah nanti ia akan menyesali keputusannya ini atau tidak yang jelas untuk saat ini Arum tidak bisa berbicara seperti biasanya pada Gibran.
Arum kembali mengingat disaat Gibran yang sedang santainya di cafe bersama wanita yang disebut Lidia itu, sedangkan dirinya harus menunggu laki-laki yang tak pasti akan datang.
Wanita mana yang mau di posisi Arum seperti saat ini, memang tadi ia mengambil keputusan untuk putus dari Gibran itu saat ia emosi.
"Sayang, maaf aku gak selingkuh. Aku lupa kalau aku harus jemput kamu," ucap Gibran memegang tangan Arum yang masih dingin.
Jangan berani Gibran mengecup tangan Arum yang sangat dingin itu. Laki-laki itu menggenggam erat tangan yang selalu ia cium setiap paginya.
"Hahaha hebat banget wanita itu sampai membuat kamu lupa akan janji kamu setiap harinya. Kita bukan baru sebagai pasangan kekasih, hubungan kita hampir 2 tahun," ucap Arum menghela nafasnya.
"Harusnya jika kamu tidak bisa menjemput aku, setidaknya kamu kirim pesan. Agar aku bisa bilang pada sopir rumah untuk menjemputku."
"Hahaha sedangkan tadi jangankan kirim pesan pesanku yang aku kirimkan tadi siang saja tidak kamu buka padahal kamu online. Dan ternyata yang aku tunggu-tunggu sedang enak-enakan di kafe sama cewek. Andai Aku tak melihat kamu dengan wanita itu pasti kamu akan terus bersamanya kan?"
"Enggak sayang aku gak ada niat begitu, aku minta maaf aku bisa jelasin semuanya sama kamu," ucap Gibran yang tak tahu ingin berkata apa lagi.
Gibran sudah terlalu lelah untuk menjelaskan semuanya. Tapi ia tak ingin kekasihnya ini semakin salah paham dengan dia dan Lidia.
"Sudah, aku sudah mendengar semua yang kau ucapkan. Walaupun begitu bukan berarti kamu harus melalaikan janji kamu kan. Dia cuma sahabat kamu yang baru saja datang sedangkan aku aku pacar kamu. Aku lebih dulu deket dengan kamu daripada dia, tapi sekarang kamu melupakan aku hanya karena mendengarkan ceritanya."
"Maaf."
"Aku tak peduli mau dia masih dikejar-kejar mantannya atau ingin mati sekalipun aku tidak peduli. Silakan pergi karena kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Kamu lebih memilih dia daripada aku kan, kamu tahu aku tidak suka yang namanya menunggu."
"Sayang jangan gitu, aku gak akan sama dia lagi. Aku gak selingkuh, tadi memang yang kamu lihat aku berdua sama dia tapi tadi juga ada Reno dan Keysha."
"Tapi ujung-ujungnya hanya kalian. Aku capek, Gibran. Aku baru selesai menjalankan hukumanku sepulang sekolah. Aku pikir kamu sudah datang karena tadi kamu bilang telat kan. Tapi yang aku lihat apa? Aku tak mendapati mobil kamu di depan gerbang seperti biasa. Tapi aku masih mencoba berpositif thinking, aku berpikir sedang macet di jalan. Akhirnya aku menunggu kamu di pos satpam, tapi setelah aku berpikir lagi apa iya macet sampai 4 jam. Aku lelah dan aku juga lapar, ponselku lowbat karena menunggu jawaban pesanku tapi tak juga kamu balas," ucap Arum yang kini sudah mulai menangis.
Sedih rasanya jika teringat apa yang ia tunggu berakhir sia-sia, andaikan tadi ia tidak pulang mungkin sekarang ia masih berada di pos satpam sekolahnya.
Gibran yang mendengar itu makin bersalah, apalagi ia yang selalu berjanji untuk menjemput Arum apapun keadaannya.
"Maaf."
"Aku mau tidur, pulanglah," ucap Arum yang masih menangis.
Dengan lembut Gibran mulai menghapus air mata Arum. Laki laki itu sedih tiap kali melihat air mata Arum jatuh, apalagi saat ini dia sendiri yang membuat arum menangis.
Gibran adalah laki-laki tidak berguna yang melupakan janjinya dan membuat kekasihnya menangis.
"Aku akan jaga kamu, mau kamu terima atau tidak aku tak peduli. Bagiku kamu tetap pacar aku, dan kita tidak akan pernah putus," ucap Gibran dengan tegas.
Gibran sangat menolak tegas jika Arum meminta putus. Jika disuruh memilih pun ia akan tetap memilih kekasihnya daripada Lidia yang notabene adalah sahabatnya sejak ia masuk kuliah. Gibran rela ditinggalkan oleh semua sahabatnya daripada ditinggalkan oleh Arum.
"Terserah!!"
Arum menepis tangan Gibran kemudian memunggungi Gibran. Ia tak mau menatap wajah Gibran walaupun Arum sangat menginginkan sebuah pelukan Gibran yang selalu membuatnya tenang. Tapi yang membuat ia menangis juga Gibran tapi yang membuat ia tenang juga hanya Gibran. Arum harus gimana?
Gibran menatap punggung Arum yang bergetar, laki laki itu naik ke atas ranjang dan memeluk tubuh Arum dari belakang. Untungnya ranjang di kamar itu cukup untuk mereka berdua karena memang Papa Abi dan Papa Sandi meminta Arum untuk dipindahkan ke ruangan VIP.
"Maaf sayang, jangan menangis lagi hmm."
Gibran memeluk perut Arum sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk bantalan Arum serta mengelus rambutnya.
Cups
"Maaf sudah membuat kamu menunggu," ucap Gibran mengecup rambut Arum yang sudah kering.
Cups
"Maaf membuat air mata kamu keluar lagi."
Cups.
"Maaf membuat kamu masuk rumah sakit, gara gara aku."
Cups
"Maaf karena aku laki laki yang tidak berguna, aku lalai."
Cups
"Maaf."
Maaf, maaf, maaf, dan maaf yang selalu Gibran ucapkan. Karena hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang. Ia tak bisa menjelaskannya semua masalah ini karena pikiran dan hati Arum masih panas. Ini hanya akan membuat Arum semakin membencinya.
Cups
"Tidur ya, aku peluk kamu. Biasanya kalau kamu sedih kamu selalu minta peluk kan," ucap Gibran dengan lirih bahkan mirip dengan bisikan.
Arum tanpa sadar tersenyum mendengar itu, Gibran tak lupa karena ini sudah menjadi kebiasaan Arum sejak dulu.
"Aku janji akan jelaskan semuanya sama kamu sata hati kamu sudah membaik. Kamu boleh mengajukan apapun pertanyaan sama aku, akan aku jawab dengan jujur," ucap Gibran lagi.
"Dan yah kamu juga boleh menghukum aku semau kamu. Tapi jangan minta putus, aku tak ingin hubungan kita berakhir hanya karena salah paham," ucap Gibran dengan senyum manisnya.
Walaupun senyum itu tak bisa dilihat oleh Arum.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Sri Wahyuni
aku marah sama Gibran 😡😡😡 tapi kok juga kasian 🥺🥺🥺🥺
semangat Gibran kamu pasti bisa meluluhkan hati Arum lagi 😘😘😘
2023-06-03
1