Happy reading
Satu jam kemudian mama Anin datang bersama kedua orang tua Arum. Mereka kaget ketika mendapat kabar jika Arum masuk rumah sakit.
"Assalamu'alaikum nak bagaimana keadaan Arum? Kenapa dia jadi seperti ini," tanya Mama Anin pada sang putra.
Wanita paruh baya itu meletakkan paper bag dan makanan untuk kedua anaknya di sana.
"Wa'alaikumsalam."
"Maaf, Gibran lalai menjaga Arum. Arum sakit gara gara Gibran," ucap Gibran mengakui kesalahannya pada mereka semua.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Papa Sandi selaku ayah kandung dari Arum.
Dengan jujur Gibran menceritakan semua yang terjadi hari ini mulai dari Ia mengingkari janjinya hingga Arum yang melihat dia makan di kafe bersama Lidia dan Arum melihatnya.
Di mana Arum yang kedinginan dan akhirnya pingsan, setelah sampai rumah sakit harum diperiksa dan dokter mengatakan jika maag Arum kambuh dan juga demam karena kedinginan selama itu.
Gibran tak menutupi kesalahannya karena jika memang salah harus mengakui kesalahannya pada orang tua Arum dan juga ibunya.
Bruk
"Papa," pekik Mama Anin saat tiba tiba suaminya datang dan menonjok muka tampan Gibran.
Papa Abi selaku ayah kandung dari Gibran yang baru saja datang terkejut mendengar pernyataan Gibran yang ternyata sudah menyakiti Arum yang ia anggap sebagai putrinya sendiri.
Papa Abi malu pada Papa sandi yang notabene adalah ayah kandung dari Arum. Kedua keluarga mereka sudah saling mengenal bahkan mereka sudah merencanakan pertunangan Gibran dan Arum saat harum sudah lulus SMA.
Tapi ketika mendengar pernyataan Gibran barusan ia tak yakin bisa bersatu dengan keluarga Arum. Anak laki-lakinya itu sungguh membuat hatinya sakit karena sudah menyakiti harum yang ia anggap sebagai anaknya sendiri.
"Bren**ek, kenapa kamu melakukan semua ini Gibran? Apa gunanya wanita itu daripada Arum hah?" tanya Papa Abi dengan suara keras.
"Bi, udah Bi. Jangan salahkan anakmu terus menerus," ucap Papa Sandi pada sahabat karibnya ini.
Sebenarnya Papa sandi juga kesal dengan Gibran, tapi hal itu tak membuat Papa sandi semata-mata menyalahkan Gibran karena sakit anaknya.
Arum memang memiliki daya tahan tubuh yang lemah sejak kejadian tabrakan hari itu. Arum gampang demam tapi hal itu tidak sampai membuat arum masuk rumah sakit.
"San, anak gue udah keterlaluan. Gue gak pernah ajarin dia buat ingkar janji, jadi gini kan masalahnya. Awas saja kalau sampai Arum kenapa napa, Papa gak akan pernah maafin kamu," ucap Papa Abi yang membuat Gibran tertunduk.
Ini adalah kali pertamanya sang papa marah besar terhadapnya. Hal itu tak membuat mereka tak heran, karena sejak Gibran membawa Arum ke rumah pertama kali. Papa Abi langsung suka dengan Arum. Papa Abi dan Mama Anin seperti memiliki anak perempuan, karena memang Gibran adalah anak tunggal.
Mama Anin dan Papa Abi sangat menginginkan anak perempuan karena Gibran yang sering keluar rumah. Tapi sampai sekarang Mama Anin dan Papa Abi belum juga diberi anak lagi.
Kehadiran Arum membuat rumah Gibran yang tadinya sepi kini mulai hidup karena hampir tiap Minggu Arum selalu menginap disana dan membuat mereka senang.
Dan kini dengan seenaknya Gibran membuat satu-satunya wanita yang menghidupkan kembali rumah mereka terbaring sakit di ranjang rumah sakit.
Sebenarnya Mama Anin tidak kalah kecewanya dengan Papa Abi. Tapi walau bagaimanapun Gibran tetaplah anaknya. Wanita itu hanya bisa menahan air matanya agar tidak turun seraya mengelus punggung tangan Arum.
"Sudah, jangan berantem disini. Arum masih sakit, jangan tambah bebannya dengan pertengkaran kalian," ucap Mama Tiya (ibu kandung Arum) yang sedari tadi diam langsung angkat bicara.
"Maaf Ma, Pa. Semuanya, ini memang salah Gibran. Gibran pantas mendapat hukuman dari kalian, tapi tolong jangan pisahkan Gibran dengan Arum. Ini tidak seperti yang Arum lihat," ucap Gibran dengan menunduk.
Membayangkan ia berjauhan dengan Arum saja membuat sakit apalagi jika benar mereka berpisah mungkin Gibran akan gila saat itu juga.
"Semua ada di tangan Arum, Gibran. Papa tak bisa memaksa jika Arum memang ingin berpisah dengan kamu," ucap Papa Sandi yang memang baik sedari dulu.
Tapi sebaik baiknya orang tua pasti tak ingin jika anaknya disakiti oleh laki laki.
"Gibran akan yakinkan Arum jika Gibran memang tidak selingkuh dari Arum. Cukup sekali ini saja kesalahan Gibran yang membalut seperti ini. Gibran janji akan membuat Arum bahagia," ucap Gibran dengan sungguh sungguh.
Mereka yang ada disana hanya diam, perasaan kecewa itu muncul saat tahu Gibran membiarkan Arum menunggu 4 jam. Jika jadi Arum Mama Anin pun pasti akan langsung memutuskan hubungan dengan Gibran.
"Kamu ganti baju dulu, nanti masuk angin lagi," ucap Mama Anin yang tak mau anak semata wayangnya ini sakit.
Sedangkan Papa Abi hanya diam, ia belum ingin berbicara dengan Gibran untuk saat ini. Tapi Papa Abi akan menyelidiki siapa wanita yang membuat Gibran melalaikan janjinya.
Gibran yang mendapat titah itu langsung berdiri dari duduknya dan mengambil baju yang di bawa oleh Mama Anin tadi. Kemudian berjalan menuju kamar mandi.
"Anak itu memang harus diberi pelajaran," gumam Papa Abi yang masih kesal dengan Gibran.
"Sudah Mas, jangan terlalu di ambil pusing. Gibran bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Aku juga kecewa tapi dia itu anak kita," ucap Mama Anin menenangkan sang suami.
"Iya, Bi. Benar apa kata istri kamu, kamu jangan terlalu keras sama Gibran. Mungkin ini memang tak sengaja dan lagipula ini juga faktor karena daya tahan tubuh Arum lemah," ucap Papa Sandi yang sedari tadi menenangkan sang istri yang sudah menangis.
Arum adalah anak kedua dari mama Tiya dan papa sandi. Saat ini kakak laki lakinya sedang kuliah di luar negeri bersama istrinya. Yah mereka berdua nikah muda dan Kakak Arum membawa serta istrinya ke luar negeri.
Namanya Kak Naufal Ardinata sedangkan kakak iparnya adalah Cika Cintya Bella. Kedua kakaknya ini sangat menyayangi Arum dengan sangat karena keduanya memang hanya punya satu adik yaitu Arum. Dimana Cika adalah anak tunggal.
"Jangan beritahukan hal ini pada Kakak ya, Pah. Mama gak mau kalau Kakak sampai buru buru pulang, apalagi mereka masih 1 bulan pulang kemarin. Mama gak mau Kakak sedih dan kepikiran," ucap Mama yang tak ingin anak sulungnya pulang lagi.
Sebenarnya tak apa apa, tapi perjalanan jauh yang membuat Mama tak tega. Apalagi Cika yang tak tahan dengan pesawat.
"Kamu tahu sendiri anak kamu itu pasti langsung punya firasat, lihat aja kalau gak nanti dia telepon," ucap Papa dengan senyum tipisnya.
Kadang ia heran dengan ikatan batin antara Anak sulung dan anak bungsunya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments