Happy reading
Karena tak mau terlalu lama menunggu Gibran yang entah kapan datang akhirnya Arum meminjam payung milik pak satpam. Gadis itu sudah tak peduli jika nanti ia sakit atau gimana.
Apalagi ini sudah jam setengah 5 kalau gak salah, ia juga belum makan sejak siang tadi. Kenapa ia bodoh banget tadi waktu di ajak Yanti pulang gak mau.
Dalam perjalanannya menuju rumah arung tak henti-hentinya mengusap air matanya yang sudah turun. Rasa kecewa pada Gibran yang tak menempati janjinya hari ini membuat ia marah pada laki laki itu.
"Apa benar ya kamu selingkuh, gak mungkin kan kamu sampai belanjain cewek walaupun itu sepupu kamu," gumam Arum.
Pikiran positifnya tadi tentang Gibran kini berubah menjadi pikiran negatif yang membuat ia menerka-nerka. Apa benar Gibran selingkuh darinya?
Arum berjalan menelusuri jalan Raya hanya dengan berbekalkan payung dari Pak satpam tadi. Mau pesan taksi ponselnya sudah kehabisan daya dan juga jika dilihat dari kondisinya tidak ada angkot ataupun ojek yang lewat ataupun mangkal di jam segini.
Hujan deras yang membuat para pengendara lebih baik berteduh di warung atau emperan toko. Tapi harus tak mengindahkan hujan yang terus mengguyur jalan raya itu. Arum terus berjalan ke arah jalan pulang menuju rumahnya.
Tapi setalah 20 menit lebih Arum berjalan mendadak kakinya tak bisa digerakkan. Pandangannya menatap sebuah kafe yang masih buka walau hujan.
Deg
Deg
Deg
Jantung Arum berdetak dengan kencang, melihat siapa yang berada di dalam cafe itu bersama seorang wanita. Keduanya sedang makan bersama dengan canda dan tawa.
Yang dilihat oleh Arum adalah Gibran, pacar yang tadi ya tunggu di pos satpam sekolah selama 4 jam. Apa ini alasan Gibran tidak menjemputnya, tapi kenapa Gibran tak mengatakan jika laki-laki itu sudah tak betah dengannya.
Kenapa harus diam-diam seperti ini, kenapa tidak langsung jujur saja dengan semua ini. Kenapa, kenapa, kenapa??
Air mata yang sudah berhenti kini kembali keluar dengan derasnya. Payungnya tadi ia pegang semakin mengeratkan genggamannya.
Rasa dingin di tubuhnya tak sebanding dengan apa yang ia lihat saat ini.
"Bren*sek, dasar Gibran bren*sek," umpat Arum yang masih menatap ke arah Gibran dan wanita yang ia tak ketahui siapa.
Arum tak yakin jika itu adalah sepupu Gibran, masa iya seorang sepupu seperti itu. Apalagi yang membuat hati Arum panas adalah tangan wanita itu berada di atas tangan Gibran.
Di dalam kafe Gibran yang sedang makan bersama Lidia itu tanpa sengaja menatap ke arah luar. Hujan yang deras membuat ia malas keluar dari kafe, bahkan Gibran juga lupa jika hari ini Gibran berjanji akan menjemput Arum.
Soal tangan Lidia yang berada di atas tangannya itu karena katanya ada mantan Lidia yang sedang mengawasi Lidia. Obsesi mantan pacar Lidia yang membuat Gibran mau tak mau harus membantu teman satu fakultasnya ini.
Deg
Jantungnya seolah berhenti berdetak melihat siapa gadis yang masih memakai seragam dan berdiri di luar membawa payung berwarna biru itu.
"Arum," gumamnya menatap wanita itu.
Lidia yang melihat Gibran mengalihkan pandangannya itu mengikuti arah pandangnya.
Dengan cepat Gibran mengeluarkan uang yang ada di tasnya kemudian meletakkannya di atas meja.
"Nanti lu bayar ya, ini uangnya," ucap Gibran pada Lidia. Gibran mengambil tasnya yang ada di bawah meja itu.
"Tapi ini, makanan kamu belum habis Gib," ucap Lidia menahan tangan Gibran.
Gibran langsung menepisnya, ia tak mau Arum salah paham dengan dirinya dan Lidia. Walau semua sudah terlambat, Arum sudah tak percaya dengan cinta Gibran saat ini.
"Gue udah kenyang," jawabnya dengan kesal karena Lidia selalu menahannya sedari tadi hingga ia melupakan janjinya.
Gibran berlari keluar dari kafe itu dan menghampiri Arum yang masih terdiam disana. Bahkan yang ada Arum sudah tak kuat lagi jika harus melanjutkan jalannya. Ini semakin menyakitkan.
Gibran berlari menghampiri Arum yang menatapnya dengan tatapan sedih. Gibran tak perduli dengan tatapan orang, Gibran juga membiarkan bajunya basah karena air hujan
"Sayang aku bisa jelasin apa yang kamu lihat tadi. Ini gak seperti yang kamu kira kok," ucap Gibran mencoba untuk menghapus air mata Arum.
"Lu bren*sek Gibran!!"
Tiga kata yang hampir membuat jantung Gibran seperti ingin resign dari tepatnya. Bagaimana bisa gadis yang sangat menjaga tutur katanya kini berani mengumpat di hadapannya. Hal ini membuktikan sangat parahnya rasa kecewa Arum pada Gibran.
"Sayang."
"Stop panggil gue sayang, bang*at!" teriak Arum pada Gibran.
"Arum aku bisa jelasin, kita ke mobil ya. Kamu udah basah kayak gini, aku gak mau kamu sakit," ajak Gibran dengan lembut. Ia tak mau membuat emosi Arum semakin meledak ledak.
"Gue mau pulang sendiri. Gue gak sudi satu mobil sama tukang selingkuh kayak lu," sentak Arum yang membuat Gibran marah.
Sejak kapan ia selingkuh, bahkan berpikiran untuk mendua dari Arum saja tidak.
"Aku gak selingkuh sayang, aku bisa jelasin semua yang kamu lihat ini gak benar," ucap Gibran yang kini sudah memegang tangan Arum.
Arum menepis tangan Gibran jangan kasar kemudian ia mengusap air matanya yang dari tadi turun.
Dengan berani Gadis itu menatap laki-laki yang sudah membuat hatinya sakit itu. Laki-laki yang dengan teganya membuat air mata berharganya keluar begitu saja.
"Mau jelasin apa lagi? Semuanya udah jelas!! Gue udah lihat semua dengan mata dan kepala gue sendiri. Lu selingkuh di belakang gue Gibran!!"
"Gue nunggu lu hampir 4 jam di depan sekolah, tapi lu malah disini dengan dia, lu gak mikirin gue yang kedinginan di depan post satpam. Kalau lu tak bisa jemput itu bilang, gue bisa pulang sendiri!!"
Arum menunjuk wanita yang memang sedari di menatap mereka. Arum sudah tak peduli dengan payung yang kini ia pegang. Wanita itu langsung membuangnya begitu saja.
Dengan nafas terengah-engah Arum mendorong dada Gibran dengan kasarnya.
"Laki laki kayak lu gak pantas gue tangisin, air mata gue terlalu berguna buat nangisin baji**an kayak lu," ucap Arum yang bahkan tak membiarkan Gibran sedikit pun berbicara.
"Sekarang lu puas melihat gue seperti ini hiks? Lu janji gak akan buat air mata gue keluar sejak hari itu. Tapi kenapa lu ingkar?"
Gibran tak bisa berkata kata karena memang ini salahnya tidak menjemput Arum. Ia bersalah karena melupakan janjinya.
"Aku bisa jelasin, Lidia bukan selingkuhan aku Arum. Dia cuma orang asing," ucap Gibran dengan sedikit emosi.
"Hahaha gak selingkuh lu bilang. Bahkan Yanti saja melihat kemarin lu sama wanita, bahkan lu bayarin belanjaan wanita itu. Siapa lagi kalau bukan dia? Dia selingkuhan lu kan?"
"Gue gak nyangka hubungan kita yang hampir 2 tahun ini berantakan. Hahaha mungkin kita emang gak cocok buat bersama ya. Oke mulai hari ini, detik ini juga kita putus!!"
Kalimat sakral yang selalu dihindari oleh Gibran dan Arum jika bertengkar. Tapi gini Gibran di mata Arum sudah sangat keterlaluan.
Deg
"Gak, aku gak mau. Aku gak selingkuh Arum, aku bisa jelasin," ucap Gibran yang mulai frustasi.
Arum tak menghiraukan ucapan Gibran, ia berlalu begitu saja. Karena ia ingin pulang, badannya sudah gemetar sedari tadi. Belum juga 5 langkah Arum berjalan matanya mulai berkunang kunang hingga akhirnya ia terjatuh.
Bruk
"Arum."
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
RithaMartinE
samapi ikut 😭😭😭 baca nya
2025-03-10
0
Desi Hermawati
up lagi ka 🥰
2023-05-13
0