PoV Ningrum.
Malam ini aku merasa risi dengan pakainku yang diberikan Arin. Arin pesan untuk kali ini jangan sampai mengecewakan pengusaha muda yang akan memberikan aku banyak uang dan memberi keuntungan banyak untuk usaha Arin.
Cih! Masa bodo dengan pria yang dikatakan Arin. Arin pikir aku akan goyah dengan iming-iming pria kaya, muda, dan tampan. Jika perbuatan nya seperti hewan aku tidak sudi walaupun hanya sekedar menyapa.
Lagi pula untuk apa juga aku memberi keuntungan usaha haram Arin. Sama saja aku mendukung perbuatan yang tidak bermoral.
Yang penting malam ini bagaimana aku harus mencari akal agar jangan sampai pria yang akan datang menyentuh tubuhku. Mudah-mudahan malam ini berhasil seperti malam-malam sebelumnya. Banyak hal selama sebulan ini untuk melawan para pria yang akan merusak hidupku dan alhamdulillah, nyatanya aku berhasil.
"Sudah cantik Mbak Ningrum, saya mau keluar," Ucap perias sambil membenahi alat muke up.
"Keluar sana!" Batin aku sebel melihat dia lagi-dia lagi. Memang tidak ada pekerjaan yang lain selain di tempat ini. Aku benci semua penghuni rumah ini.
Setelah perias keluar aku mengenakan jaket untuk menutupi baju yang hanya pas di badan hingga memperlihatkan lekuk tubuh ini. Tidak hanya itu aku juga mengenakan celana panjang Mas Agus.
Ceklak Ceklak.
Mendengar pintu di buka aku menatap ke arah pintu. Mudah-mudahan pria itu tidak akan berkeinginan untuk menjamah tubuhku karena aku berpakaian rapat sekali.
Pria itu menutup pintu hanya terlihat dari belakang. Tubuh tegap dan lebih tinggi dari Mas Agus.
Aku segera ambil pisau seperti biasa untuk jaga-jaga jika pria itu nekat. Sebenarnya pisau ini hanya untuk menakut-nakuti para pria. Tetapi jika aku melukai orang pun karena untuk membela diri toh, tidak salah.
Plak!
Namun, betapa terkejutnya aku, ketika pria itu menoleh dan tersenyum hormat. Pisau yang aku pegang pun lepas dari tangan. Seketika tanganku menutup mulut. Benarkah apa yang aku lihat?
"Ka-kamu?" Aku mundur beberapa langkah. Sungguh tidak percaya pria kepercayaan Daniswara itu tidak ada bedanya dengan pria yang lain.
"Bu Ningrum, jangan takut Bu, saya diutus putri bu Ningrum agar menjemput Ibu," Ucapnya lagi-lagi mengejutkan aku.
"Ratri... Jadi anak saya di Jakarta Nak?" Seketika senyumku melebar ketika menatap mata Arga tampak jujur. Terlebih anakku berada di Jakarta. Ternyata, Allah mendengar doa-doaku.
"Benar Bu, sudah seminggu ini Ratri di Jakarta mencari Ibu. Sekarang juga kita pulang Bu," Pintanya tulus.
"Iya Nak," Aku bersemangat, tetapi aku takut apakah di luar nanti kami tidak tertangkap oleh anak buah Arin. Semangat aku mengendur ingat itu.
"Mari Bu, jangan khawatir," Ucap Arga seolah tahu apa yang aku pikirkan.
Dengan mengucap bismillah tanpa membuka baju sialan di dalam. Aku segera mengikuti Arga. Syukur lah, aku sudah mengenakan pakaian rangkap milik Mas Agus jadi aku tidak malu lagi.
Ketika tiba diluar, Arga menggandeng aku. "Maaf Bu Ningrum, saya terpaksa melakukan ini," Ujarnya. Aku tahu maksud Arga mungkin ia sudah punya kesepakatan dengan Arin. Nyatanya kami keluar melewati beberapa penjaga aman.
"Saya tahu Nak," Jawabku.
"Kalian mau kemana?" Penjaga di halaman menghalangi kami.
"Kami sudah minta ijin Mami bermain di hotel," Jawab Arga singkat.
Dalam hati aku geli juga mendengar ucapan Arga. Jadi begini alasan Arga kepada Arin agar berhasil mengajak aku keluar. Namun bagaimana pun caranya yang penting aku bisa cepat keluar dari tempat ini.
Tiba di luar pagar, Arga menemui seseorang. Entah apa yang mereka bicarakan aku tidak mendengar. Tetapi menurut pemikiran aku dia teman Arga anak buah Daniswara.
"Mari Bu," Arga membukakan pintu mobil untuku.
Aku menatap gemerlapnya lampu jalanan. Waktu sudah dini hari, suasana jalanan tampak lengang. Alhamdulillah, ya Allah... lega sekali setelah satu bulan lamanya aku terkurung di rumah yang penuh maksiat itu kini terbebas juga.
Sepanjang jalan aku dengan Arga tidak saling bicara. Tidak berhentinya aku bersyukur, selama satu bulan bisa menghindari pria hidung belang.
Walaupun selalu di caci maki Arin dengan kata-kata kotor karena aku selalu mengecewakan pelangganya, bagiku tidak menjadi masalah, yang penting aku bisa menyelamatkan harga diri itu yang terpenting.
Arga parkir mobil karena kami sudah tiba di gang sempit, itu artinya aku sebentar lagi sampai. Senangnya... sebentar lagi akan bertemu putriku.
"Kita terpaksa jalan kaki Bu," Kata Arga melihat sekeliling tidak ada ojek.
"Tidak masalah Nak" Jawabku, lalu kami ngobrol sambil berjalan. Arga menanyakan keadaan aku selama di rumahArin.
"Sudah sampai Bu, Ratri sudah di dalam, saya langsung pulang ya Bu, besok pagi saya akan kembali." Tutur Arga.
"Terimakasih Nak, apa tidak sebaiknya malam ini kamu menginap disini saja," Aku kasihan dengan Arga ia tampak lelah.
"Tidak Bu, saya masih harus menjemput teman saya." Pungkas Arga lalu meninggalkan depan rumah aku.
Tok tok tok
Aku mengetuk pintu tidak sampai 5 menit mbok Sri menyembulkan kepala dengan mata mengerjap tampak bangun tidur.
"Bu Ningrum?" Mbok tampak kaget. "Mari masuk Bu," Imbuhnya melebarkan pintu.
"Mbok Sri sudah disini?" Tanyaku karena saat aku pergi Mbok sedang pulang kampung.
"Iya Bu, Non Ratri telepon," Mbok mengatakan baru sehari ia kerja lagi di rumah ini.
"Bu Ningrum mau minum apa?" Mbok ingin ke dapur.
"Tidak usah Mbok," Tolakku, lalu menyuruh simbok tidur kembali. Simbok pun akhirnya masuk kamar.
Aku segera ke kamar membuka pintu perlahan. Betapa terkejutnya aku, ketika menatap pria sedang tidur di ranjang.
"Mas Agus" Aku membatin. Banyak sekali yang terjadi selama satu bulan aku tidak ada di rumah ini. Entah bagaimana ceritanya Mas Agus bisa di rumah ini besok akan aku tanyakan kepada Ratri.
Ingat Ratri aku ingin segera melihat wajah anakku yang selama 6 bulan tidak bertemu. Aku keluar dari kamar Mas Agus menutup pintu perlahan. Aku masih benci dengan Mas Agus ketika tiga bulan yang lalu mengajak aku tinggal di rumah laknat itu dan nyatanya suamiku membela wanita tidak berahlak.
Sebelum ke kamar Ratri, aku membersihkan wajah di kamar mandi dapur. Jika Ratri melihat penampilan aku tidak akan terkejut nantinya. Aku basuh wajah dengan pembersih muka ketika sebulan yang lalu aku tinggalkan. Rasanya enteng sekali wajahku setelah terbebas dari muke up tebal.
Aku melucuti pakaian kemudian membuang baju se*si itu ke tempat sampah, lalu mengenakan baju Mas Agus kembali. Agar Ratri tidak mengira bahwa aku melakukan hal yang buruk.
Segera aku naik ke lantai atas dimana kamar Ratri, membuka pintu perlahan agar jangan mengganggu tidurnya.
Alhamdulillah... aku tatap lekat wajah putriku yang tertidur pulas kini wajahnya lebih cantik. Ingin sekali aku memeluknya namun lebih baik aku tahan.
Lebih baik aku juga tidur merebahkan diri perlahan di sebelah Ratri agar jangan sampai Ratri terganggu.
...~Bersambung~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
LENY
CERAI AJA NINGRUM SAMA AGUS LAKI2 BEJAT GAK BERGUNA
2025-04-09
0
neng ade
Alhamdulillah akhir nya mak Ningrum bisa bebas dari jeratan Arin dan sampai dngn selamat ke rumah
2024-10-29
2
Rahma AR
like
2023-07-06
0