"Tuan, berapa kerugian Anda untuk membayar pemilik usaha ini, saya siap membayar ganti rugi, asal jangan tiduri saya. Saya mohon," Pintaku seperti pengemis.
"Ah! Jangan banyak ngomong, saya sudah tidak sabar mencicipi tubuhmu!" Pria itu mendekat lalu mencekal tanganku menarikku ke atas ranjang.
Perasaan aku campur aduk seraya berdoa dalam hati. "Ya Allah... lindungi hambamu"
Aku segera bangun lalu lompat dari tempat tidur berlari ke arah pintu. Aku tarik gagang pintu namun sialnya pintu dikunci.
"Hahaha... kamu pikir bisa lari dari sini?! Jangan mimpi cantik!" Pria itu sudah berada di belakangku.
"Jangan mendekat, jika Anda tidak mau mati sia-sia!" Aku menodongkan pisau yang sejak tadi aku sembunyikan di pinggang.
"Plak!
Tidak menyangka secepatnya pria itu merebut pisau dari tanganku lalu melempar ke belakang.
Aku mendelik gusar, sambil berpikir langkah apa yang akan aku ambil untuk menyelamatkan diri.
"Buk!
Tanpa ku sadari pria itu menarik tanganku dan mendorong tumbuhku dengan kasar. Aku jatuh terlentang di ranjang. Pria itu menyeringai naik ke tempat tidur.
"Buk!
"Aaahhhgg..." Satu kakiku menendang alat fital pria itu, hingga jatuh tersungkur di lantai. Ia terpaksa jalan ngesot membuka pintu setelah meraba kantong.
Aku menjatuhkan wajahku di atas bantal sambil menangis. Sampai kapan aku harus menghadapi kenyataan ini. Aku tidak kuat, sungguh aku tidak kuat.
Di luar terdengar ramai, mungkin sedang menolong pria yang baru saja kesakitan. Terpaksa aku harus lakukan itu untuk membela diri. Agar tidak menjadi bulan-bulanan oleh mereka.
Brak!
Mendengar pintu dibuka kasar hingga membentur tembok, aku segera bangun mengusap air mataku.
"Kurangajar kamu Ningrum!" Sinis Arin. Ternyata benar dugaanku. Arinlah pemilik bisnis haram ini.
"Kamu sudah mengacaukan rumahku Ningrum!" Bentak Arin. Wajahnya merah padam. Aku belum memotong ucapannya. Biar wanita ular ini mengucapkan sumpah serapah. Toh, aku melakukan ini hanya membela diri.
Pantas saja sejak pertama kali aku tiba di rumah ini, Arin selalu berangkat malam pulang pagi, ternyata ini cara Arin mencari uang. Tetapi kenapa Arin bisa menggunakan rumah ini untuk berbuat begini. Apakah Mas Agus tidak tahu pekerjaan Arin. Atau Mas Agus memang tahu dan membiarkan saja? Pertanyaan-Pertanyaan ini membuat kepalaku pusing.
"Sudah berapa pria yang kamu buat tak berdaya di rumah ini Ningrum?!" Tuding wanita berdandan medok itu.
"Jika kamu tidak ingin saya membuat kacau di rumah ini dan melumpuhkan pria-pria itu. Biarkan saya pulang!" Jawabku tak kalah sengit.
"Berapapun pria yang akan merampas harga diriku, aku akan melawanya Arin, ternyata kamu memberi makan Jesi dengan uang hasil seperti ini!" Imbuhku.
"Sok suci kamu Ningrum, kamu pikir darimana Agus menafkahi kamu selama ini? Kamu harus tahu Ningrum, usaha ini aku besarkan bersama Agus." Ia menyeringai.
"Saya tidak mau tahu masalah itu, sekarang kemana Mas Agus?!" Tanyaku ketus. Inilah yang ingin aku tanyakan sejak awal.
"Hahaha... ya jelas suami kamu bersama saya Ningrum, bukankah sudah saya katakan, jika saya menjalani usaha ini bersama Agus," Arin tertawa devil.
"Saya tidak percaya!" Aku menyanggah.
"Terserah kamu mau percaya atau tidak Ningrum, karena kamu sudah merugikan usaha saya, rumah kamu yang di belikan Agus saya ambi sebagai ganti rugi." Ujarnya.
Entah rumah yang mana yang dibelikan Mas Agus menurut Arin. Mungkin Arin pikir, rumah peniggalan almarhum Bapak itu pemberian Mas Agus.
"Sekarang bebaskan saya!" Tegasku.
"Saya akan bebaskan kamu setelah kamu mau tanda tangan bahwa rumah di gang sempit itu adalah rumahku." Ujar Arin seraya melangkah keluar.
Aku heran kenapa Arin sampai punya pemikiran bahwa rumah yang sudah berdiri saat aku belum lahir, ia sangka pemberias Mas Agus.
Aku segera menarik kursi untuk menghalangi pintu. Begitulah setiap malam sebelum tidur yang aku lakukan. Jika sedang tidur ada yang berbuat macam-macam aku sudah siaga.
Keesokan harinya seperti biasa aku menggoreng telur. Sementara nasi yang aku masak kemarin hanya tinggal menghangatkan saja. Tidak perduli dengan si bopeng yang sedang mengorok di sofa, aku sarapan pagi.
Sengaja aku beraktifitas pelan agar tidak membangunkan si bopeng. Karena jika ia tidur justru menguntungkan aku.
Selesai makan, seperti rencanaku kemarin, aku penasaran dengan suara tangis di rumah sebelah. Setelah melihat manusia di sofa masih pulas ku langkahkan kaki perlahan.
"Hiks hiks hiks" Benar saja, ketika sampai di depan salah satu kamar yang kemarin sekarang pun masih menangis.
Setelah tengok kanan kiri terasa sepi, aku memberanikan diri untuk mengetuk pintu. Namun betapa jalanku dipermudah. Pasalnya kunci menggantung di luar.
Dasar penjahat kelas teri akalnya masih kurang, mungkin ia pikir akan aman menggantung kunci pintu di luar.
Perlahan aku buka kunci kemudian masuk ke kamar. Wanita sedang duduk membelakangi aku segera merapat ke pojokan tampak ketakutan.
Aku kunci pintu dari dalam agar aman kemudian mendekatinya. "Hiks hiks hiks... Nyonya... tolong Nyonya. Saya mau pulang, pasti ibu saya mencari saya," Lirih wanita itu.
"Saya tidak mau melayani pria-pria itu lagi Nyona. Hiks hiks hiks."
"Dek, dek" Aku usap pundak wanita itu. Ternyata ia seorang gadis ketika mengangkat kepalanya dari lutut cepat meoleh ke arahku. Ternyata gadis itu kira-kira sepantar Ratri. Wajahnya masik di muke up mungkin bekas tadi malam tidak ia bersihkan. Matanya tampak sembab dan berkantung.
"Dek, kamu siapa?" Tanyaku lirih agar tidak terdengar dari luar.
"Ibu siapa?" Gadis itu balik bertanya. Tampak menanggung luka hati yang dalam. Ya, mungkin yang ia rasakan tidak bedanya dengan diriku. Aku masih bersyukur sampai saat ini masih bisa membela diri.
Namun gadis ini jika aku tangkap dari ucapannya tadi, sepertinya sudah menjadi korban para pria.
"Jangan takut Nak, saya senasib sama kamu, kamu sudah berapa lama disini?"
"Nama saya Dewi Bu, sudah hampir seminggu disini, awalnya saya datang ke Jakarta mau mencari pekerjaan. Tetapi yang berjanji akan mencarikan saya kerja justeru membawa saya ke tempat ini," Tutur gadis itu, sungguh menyedihkan.
"Sekarang begini saja, pegang kunci ini, pastikan jangan ada orang yang melihat. Kita perempuan jangan sampai kalah dengan pria," Aku ajari gadis itu untuk melawan. Aku berikan kunci lalu aku hendak keluar dari kamar itu. Namun mujur tak dapat diraih, malang tak dapat di tolak. Kedua pria sudah berdiri di depan pintu.
"Heh! Ngapain kamu masuk ke kamar ini?!" Tanya penjaga membentak.
"Tidak ada maksud apa-apa Pak, saya hanya bagian bersih-bersih kamar, dan disuruh Nyonya pemilik rumah ini membersihkan kamar ini." Aku beralasan.
"Tidak mungkin! Semua wanita yang tinggal di rumah ini membersihkan kamar masing-masing," Sarkas penjaga.
"kalau Bapak tidak percaya ya sudah, nanti tanyakan saja kepada Nyonya." Jawabku asal. Padahal jika memang benar-benar penjaga itu tanya kepada Arin habislah aku dimaki-maki olehnya.
Pria itu rupanya percaya lalu berlalu, bagus nya ia tidak menanyakan kunci. Setelah aman aku kembali ke kamar.
Sudah hampir satu bulan aku berada di rumah ini dan selalu berdoa semoga ada orang yang membebaskan aku.
Aku selalu mencari cara agar jangan sampai pria-pria itu menjamah tubuhku. Dan malam ini pun aku mondar mandir berpikir, mencari akal agar jangan sampai ada pria lagi masuk. Mataku menangkap tempat pensil di atas meja lalu aku dekati. Mas Agus menyimpan bolpen, sepidol, dan pensil. Bisanya jika malam Mas Agus selalu membuat sketsa rumah. Walaupun hanya sebagai pengawas bangunan, Mas Agus adalah seorang arsitek.
Aku ambil sepidol berwarna merah, lalu berdiri di depan kaca. Membuat titik-titik di wajah hingga menyerupai orang sakit kulit. Setelah itu aku merebahkan diri.
"Mbak Ningrum, sebaiknya dandan dulu," Kata perias.
"Mbak... saat ini saya tidak bisa muke up dulu. Wajah saya bentol-bentol dan gatal sekali. Saya khawatir Mbak ketularan. Lagi pula pria yang akan ke kamar ini pasti jijik," Kilahku.
...~Bersambung~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
LENY
TERNYATA AGUS MUCIKARI YA AMPUN USAHA MAKSIAT SAMA ISTRINYA. SMG NINGRUM BISA SELAMAT KELUAR DARI NERAKA INI.
2025-04-09
0
Rahma AR
lanjut
2023-07-06
0
🤗🤗
makin seru bun
2023-06-07
0