PoV Ningrum.
Tidak menyangka jika rumah Mas Agus di jadikan tempat seperti ini. Apa iya, suamiku terlibat bisnis haram seperti ini? Tidak, aku tidak percaya. Imamku tidak mungkin seburuk ini. Walaupun aku sempat mendapat perlakuan buruk dari Mas Agus. Aku hanya menganggap bahwa permasalahan rumah tanggaku adalah ujian agar aku kuat menjalani hidup yang tidak lama lagi mungkin Allah akan menjemputku.
Aku Flashback satu bulan yang lalu ketika Arin memberi tahu jika Mas Agus masuk ke rumah sakit.
Aku segera numpang ojek di antar ke rumah sakit tersebut. "Mbak Ningrum ya?" Tanya pria berwajah bopeng-bopeng menghampiriku ketika baru turun dari ojek.
"Iya Pak, Bapak siapa?" Tanyaku heran, aku merasa tidak mempunyai kenalan seperti dia.
"Mbak Ningrum, pasti mau menjenguk Pak Agus kan, saya kebetulan sahabat Agus" Tuturnya.
"Oh, terus bagaimana keadaan suami saya Pak, Suami saya baik-baik saja kan?" Tanyaku sudah tidak sabar ingin segera tahu kondisi Mas Agus.
"Jangan khawatir Mbak, Pak Agus sudah dibawa pulang, dan sekarang beliau menunggu Mbak Ningrum di rumah. Mari Mbak, saya ditugaskan Agus agar menjemput Mbak Ningrum disini." Tuturnya meyakinkan.
"Baik Pak" Tanpa ragu aku mengikuti bapak yang seumuran dengan Mas Agus itu lalu masuk ke dalam mobil.
Memang benar mobil yang di kendarai pria ini melalui jalan yang arahnya ke komplek perumahan mekar sari. Di dalam mobil kami saling diam hingga tiba di depan rumah yang tempo hari aku tinggalkan.
Tiba di rumah Mas Agus sangat sepi, segera aku ke kamar. Ingin segera tahu keadaan suamiku. Walaupun kemarin sempat marah kepadanya. Namun, Mas Agus adalah suamiku. Aku membuka pintu kamar yang tempo hari aku tiduri bersama Mas Agus, tetapi kamar ini kosong.
Lalu aku kembali ke luar hendak ke kamar Jesi maupun Arinta, mungkin Mas Agus dirawat di kamar mereka.
Aku mengedarkan pandangan mencari sosok pria tadi tetapi tidak ada. Mungin dia keluar aku tidak tahu. Aku menapaki anak tangga yang pertama aku tuju adalah kamar Jesi.
Tiba di kamar Jesi, dia tidak ada. Apa mungkin Jesi masih di rumah aku? Lalu aku mengetuk pintu kamar Arin yang bersebelahan dengan kamar Jesi. Di kamar ini pun kosong. Apakah pria tadi membohongi aku? Jika iya, apa maksudnya.
Aku masih berpikir positif akan menanyakan lagi dimana kamar Mas Agus kepada pria tadi. Walaupun pernah tinggal disini selama sebulan, aku belum tahu ada berapa kamar di rumah ini. Segera aku menuruni tangga. Samar-samar terdengar pria bopeng tadi sedang berbicara dengan seseorang.
"Tenang Mam sesuai rencana, semua berjalan lancar," Kata pria itu mencurigakan.
Aku berjalan pelan-pelan ingin mendengar lebih dekat dan bersembunyi di belakang tangga.
"Baik Mami, serahkan saja kepadaku,"
Begitulah pria itu berbicara di telepon. Dia balik badan hendak ke ruang tamu. Cepat-cepat aku masuk ke kamar agar tidak terlihat oleh nya jika aku mendengar pembicaraannya. Segera aku mengunci pintu agar pria itu tidak masuk. Aku takut ternyata di rumah ini hanya berdua.
Aku hanya tiduran saja takut keluar kamar. Hingga menjelang ashar aku mandi karena tidak membawa baju ganti mengenakan pakaian Mas Agus. Kemeja lengan panjang dan celana bahan sudah melekat di tubuhku, kemudian shalat.
Bagusnya mukena mililku yang aku bawa ke rumah ini sebulan yang lalu tertinggal di kamar. Seingatku sebelum aku pergi mukena ini aku simpan di sofa tetapi ternyata tersimpan di lemari pakaian, mungin Mas Agus yang merapikan.
"Mas Agus... dimana kamu berada kini, semoga sehat wal afiat" Doaku setelah shalat.
Tenggorokan aku terasa kering. Wajar, aku hanya minum tadi pagi selesai jualan nasi uduk. Mau tak mau aku harus keluar membuka pintu perlahan agar jangan menimbulkan suara.
Mataku mengerling ke segala arah sebelum akhirnya ke dapur hendak ambil minum. Aku segera ambil gelas memencet air dari dispenser.
Ketika aku hendak membuang tisu, mataku melebar kala di ember tempat sampah di dapur banyak botol-botol minuman keras yang sudah kosong.
"Astagfirrullah... siapa yang suka minum di rumah ini, Jesinta kah, atau Arin? Aku ngeri sendiri.
Aku semakin yakin jika Mas Agus berada di rumah ini hanya akal-akalan pria tadi. Cepat-Cepat aku menuju pintu lebih baik aku keluar pergi dari sini akan lebih baik.
Aku berjalan jinjit agar tidak terdengar pria yang sedang tidur di sofa ruang tamu. Ketika tiba di depan pintu hendak membuka kunci tanganku terasa ada yang mencekal.
"Mau kemana kamu?!" Suara si bopeng menggelegar.
"Saya mau pulang! Anda pembohong. Mas Agus tidak ada disini kan!" Suaraku tak kalah sengit.
"Hahaha... jangan mimpi kamu bisa keluar dari rumah ini!" Kata pria itu sambil tertawa devil.
Aku tidak menghiraukan segera ingin membuka pintu kembali namun ternyata kuncinya di copot si bopeng.
"Mana kuncinya? Saya mau pulang!" Bentaku.
"Hahaha... walaupun sudah tidak lagi muda ternyata kamu sangat cantik! Pantas. Agus yang tampan itu memilih kamu daripada Arin!" Pria itu mendekati aku sambil menjilati lidahnya.
Aku merasa jijik, kemudian berlari ke kamar lalu menguncinya kembali. Aku duduk bersandar pintu. Tanpa aku sadari ternyata masuk ke kandang serigala.
Pikiranku tidak tenang hanya kepada Allah, aku minta perlindungan.
Sore berganti malam, terdengar langkah kaki yang cukup ramai. Entah kaki siapa itu ingin rasanya aku mengintai melihat keluar tetapi tidak ada celah.
Tok tok tok.
Mendengar pintu di ketuk aku mengabaikan hinga berkali-kali.
"Mbak Ningrum... buka pintunya," Panggil seorang wanita. Aku pun membuka.
"Anda siapa?" Tanyaku kepada wanita muda dan cantik membawa koper.
"Saya diutus Mami agar muke up Mbak Ningrum," Kata wanita itu. Lalu meletakan koper di atas sofa.
"Untuk apa saya dandan malam-malam begini, lagi pula siapa Mami?" Cecarku.
"Mami itu bos kami semua," Jawab wanita itu entah apa yang di maksud.
"Tidak mau, saya mau pulang, saya tidak biasa muke up." Aku terus menolak namun wanita itu memaksa aku.
"Mbak Ningrum, tolong saya, jika Mbak Ningrum terus menolak, saya akan di pecat oleh Mami. Padahal saya mencari uang untuk biaya kuliah," Kilah wanita muda itu.
Aku mengalah, dan pada akhirnya di rias. Setelah rapi, aku di suruh ganti baju kurang bahan. Lagi-lagi aku berdebat. Wanita itu kenapa bisa meluluhkan hati aku. Gaun tanpa lengan berwarna merah menyala, sudah melekat di tubuhku.
Padahal aku lapar sekali hanya sarapan nasi uduk sedikit tadi pagi. Tetapi darimana aku akan mendapat makan? Sementara di rumah ini aku tidak lebih dari seorang tawanan.
"Waah... Mbak Ningrum cantik sekali, Mbak usianya berapa sih?" Tanya perias itu.
"Saya rasa tidak penting untuk Anda, berapapun usia saya, tetapi untuk apa saya di muke up aneh dan memakai baju seperti ini!" Aku mendelik gusar kala wanita itu memperlihatkan penampilan aku di kaca. Ternyata aku tidak lebih dari wanita nakal.
"Nanti Mbak Ningrum akan tahu sendiri," Kata wanita itu kemudian keluar dari kamar.
Digantikan oleh pria masuk ke kamar aku kemudian mengunci pintu.
"Mau apa Anda?!" Aku mulai bisa menerka apa yang akan terjadi.
...~Bersambung~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
LENY
ASTAGHFIRULLAH NINGRUM DIPAKSA JD PELACUR 😡😥
2025-04-08
0
neng ade
astaghfirloh ternyata. mak Ningrum dipaksa utk jadi wanita pemuas nafsu laki2 hidung belang ..
2024-10-29
1
himawatidewi satyawira
duuh mak kok polos bngt yaa
2024-09-19
1