Bab 9

"Assalamualaikum..." Ucapku, ketika sudah tiba di rumah papa Daniswara. Setelah dari dealer motor langsung ke mari. Motor yang aku pesan akan di antar esok atau lusa.

"Non Ratri ya?" Tanya bibi yang membuka pintu.

"Iya Bi. Bibi apa kabar?" Aku salim tangan bibi.

"Alhamdulillah Non, Non makin cantik saja," Puji bibi. Aku hanya menanggapi dengan senyuman. Kami berbincang-bincang sambil berjalan ke ruang keluarga.

"Papa sama Mama ada di rumah,Bi?" Tanyaku, sebab, keadaan rumah sangat sepi.

"Ada Non, beliu di kamar, saya panggilkan ya." Bibi segera berlalu. "Sekalian Non mau minum apa?" Sambung Bibi.

"Tidak usah Bi, nanti saya ambil sendiri saja," Tolakku. Aku bersandar di kursi sambil menunggu papa sama mama. Tidak lama kemudian mendengar derap sandal sudah pasti itu mama. "Mama... Papa..." Aku tersenyum. Menatap mama dan papa tampak bugar sedikit mengurangi rasa sedihku kala ingat Mak Ningrum.

"Ratri, kapan kamu datang sayang..." Mama Banuwati langsung memelukku begitu juga dengan papa. Kami melepas rasa rindu yang sudah 6 bulan tidak bertemu.

"Tadi pagi Ma," Jawabku ketika kami melepas pelukan mama merangkul pundakku kembali ke tempat duduk.

"Kenapa kamu tidak telepon Papa ketika di bandara tadi Ratri kalau Papa tahu kan bisa menjemput kamu," Papa tampak menyesal.

"Aku tidak mau merepotkan Pa, yang penting aku sudah disini. Sekarang ada yang lebih penting." Jawabku ingin segera membahas masalah Emak.

"Masalah penting apa? Masalah perusahaan?" Cecar papa nampaknya sudah tidak sabar.

"Ini masalah Mak Ningrum Pa." Aku menceritakan semua masalah yang menimpa Emak.

"Ya Allah...terus Ningrum kemana Pa?" Mama terkejut setelah mendengar ceritaku.

"Tunggu dulu, bukankah kamu tadi sudah katakan. Jika wanita yang bernama Arin dan Jesi tinggal di rumah kamu. Kenapa tidak kamu tanyakan kepada mereka?" Tanya Papa. Benar juga kata papa tetapi tidak semudah itu.

"Tentu Pa, jika nanti kembali ke rumah, pasti aku tanyakan. Tetapi masalahnya mereka sekarang pergi entah kemana,"

"Mungkin mereka sengaja menjauhi kamu Ratri, sepertinya mereka ketakukan." Asumsi mama. "Apa sebaiknya kita lapor polisi saja?" Imbuhnya.

"Jangan dulu, kita belum punya bukti, sebaiknya kita sama-sama mencari dulu, sekalian menyelidiki siapa Arin dan Jesi. Banyak yang harus kita percahkan misteri ini." Tegas papa.

"Baik Pa, kalau gitu, sekarang juga aku mau ke rumah sakit." Aku hendak berangkat tetapi papa mencegah. Agar menunggu Arga, asisten pribadi papa di kantor supaya menemani aku.

10 menit kemudian, pria tinggi tegap itu sudah tiba di kediaman papa. "Ratri, ya." Sapanya tersenyum ramah. Mas Arga tampak lebih matang. Mungkin usianya sudah 30 tahun, sebab ketika aku SMA Mas Arga sudah menjadi asisten papa.

"Iya Mas," Jawabku, setelah basa basi sebentar kami berangkat ke rumah sakit dengan mobil papa. Di dalam mobil kami bicara tentang rahasia Emak. Aku tidak akan menutupi kepada Mas Arga apa masalah Emak. Karena kata papa, Arga yang akan selalu menemani aku mencari Emak.

Begitu tiba di rumah sakit yang di tunjukan Arin. Kami masuk lewat lorong-lorong.

"Lalu sekarang apa yang akan kamu lakukan di rumah sakit ini? Bukankah kejadian itu sudah lama Ratri. Kalaupun benar ayah angkat kamu dulu di rawat di rumah sakit ini pasti sudah tidak ada disini." Kata Arga rupanya sepemikiran dengan aku.

"Ya namanya juga usaha Mas." Aku optimistis.

"Apa kamu tidak menemukan alamat lengkap bapak tirimu?" Tanya Arga menoleh ke arahku. Aku hanya menggeleng, sebab di buku Emak tidak aku temukan alamat dimana Mak Ningrum tinggal.

Ketika tiba di salah satu ruang administrasi, aku menanyakan kepada pegawai yang mengurusi data-data pasien, apakah dua bulan yang lalu ada pasien yang bernama Agus, yakni korban kecelakaan.

"Bisa Mbak, tetapi tidak bisa sekarang, mungkin Mbak harus menunggu satu sampai dua hari," Admin menjelaskan

Aku bersyukur walaupun belum pasti, tetapi permintaan aku sudah di respon.

"Sekarang kita mau kemana dulu Ratri?" Tanya Arga ketika sudah di atas mobil.

"Saya mau pulang Mas, membereskan rumah dulu," Jawabku. Tidak mungkin juga aku mencari hari ini.

Lagi pula selain aku, papa juga mengutus orang suruhanya agar menyelidiki keluarga pak agus, dan keberadaannya.

Tiba di rumah benar saja, Arin dan Jesinta belum pulang. Aku segera masuk di ikuti Arga.

"Astagfirrullah... jadi begini keadaan rumah Mak Ningrum Tri." Arga geleng-geleng kepala, memindai sekeliling ruangan.

"Ya begini Mas, siapa yang nggak kesal coba," Sungutku.

"Ya sudah sekarang aku bantu membereskan," Arga bersungguh-sungguh.

"Mas Arga yakin, mau bantu?" Tanyaku tidak percaya. Orang sekeren Arga membantu beres-beres.

"Ayo, memang kenapa?"

Melihat keseriusan Arga ingin membantu, aku minta tolong membantu mengepak pakaian Arin dan Jesinta. Lalu aku letakan di kamar mbok Sri. Sementara pakaian Mak, aku susun di lemari Emak, begitu juga dengan pakaian aku.

"Mas minum dulu," Panggilku. Melihat Arga yang gigih bekerja, aku kasihan lalu segera ke warung mencari minuman kemasan dalam botol dan kue-kue, tanpa Arga tahu.

"Wah... kamu membeli minuman? Kapan keluarnya?" Tanya Arga tampak kuyu wajahnya berkeringat.

"Di warung pinggir jalan yang kita lewati tadi Mas, ayo diminum." Aku mendekatkan botol. Arga meneguk minuman hingga tinggal setengah rupanya pria ini benar-benar haus. Aku tersenyum menatapnya.

"Saya cobain kuenya ya." Ujar Arga, tanpa sungkan menggigit kue basah, yang aku beli. "Dimakan dong, kan sudah di sungguhkan Mas" Aku tersenyum, bagusnya ada dia jadi bisa menghibur aku.

"Kita jadi kayak suami istri ya Tri." Ujarnya terkekeh. Saat ini dia sedang membantu aku mengepel lantai. Aku hanya tersenyum. Awalnya aku yang akan mengerjakan tugas wanita itu tetapi Mas Arga segera ambil alih.

"Mas pasti capek, sekarang gantian ya," Ujarku. Namun ketika hendak ambil kain pel, Arga melarang.

"Jangan dong, aku mau mengenang ketika baru dari daerah, pertama kali kerja menjadi cleaning service," Tutur Arga. Tentu mengejutkan aku.

"Masa sih, Mas Arga pernah menjadi cleaning service," Aku tidak percaya orang keren seperti dia pernah di posisi itu.

"Kamu nggak percaya, awalnya saya kerja di kantor papa kamu hanya lulusan SMK loh. Diterima bekerja di posisi itu saja saya bersyukur banget Tri. Saya kerja keras mengumpulkan uang. Ketika uang sudah berkumpul saya manfaatkan waktu untuk ambil kuliah malam. Ya gitulah, kisah saya dan akhirnya saya diangkat menjadi asisten papa kamu," Cerita Arga panjang lebar.

"Mas Arga hebat ya, berarti saat aku SMA ketika itu. Mas baru lulus kuliah ya?" Tanyaku menjadi penasaran, kegigihan Arga menjadi inspirasi.

"Betul, jadi aku kerja sama papa kamu itu sudah hampir 11 tahun," Tutur Arga. Tampak bangga bisa berkerja bersama papa.

"11 tahun? Berarti saat Papa masih di Surabaya, Mas sudah bekerja?" Tanyaku.

"Betul sekali,"

...~Bersambung~...

Terpopuler

Comments

Erina Munir

Erina Munir

ya udh jadian aja deh ksluan berduaa...

2024-01-16

0

Rahma AR

Rahma AR

l i k e

2023-06-11

0

Nur Hidayah

Nur Hidayah

Ratri sama Arga aja😁

2023-05-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!