Bab 18. Pertarungan

Setelah membuka pintu kamar terlihatlah istrinya yang sedang diikat, tidak bisa bergerak di dekat dinding, namun darahnya tiba-tiba bergejolak ketika melihat ada dua orang yang sedang berada di atas ranjang memperebutkan anaknya yang terus merontak-ronta.

Ketika Mbah Abun datang, beruntung Ranti belum masuk ke inti tujuannya, hanya baru dipegang dan di endus. karena Gadis itu terus meronta-ronta, tidak Ridho kalau tubuhnya harus menjadi korban nafsu bejat kedua orang yang tidak memiliki akhlak ini.

"Setan alas.......! kurang ajar....! Dasar Bang5at!' bentak Mbah Abun yang sudah terbakar amarahnya, dengan segera dia pun menarik pundak Hadi lalu menyusulnya dengan serangan ke arah wajah, membuat maling itu terjungkal ke belakang.

Haduuuuuuuuuh!

Raung Hadi yang jatuh dari atas ranjang, matanya terasa kunang-kunang kepalanya terasa pusing.

Melihat musuhnya sudah jatuh Mbah Abun pun menjambak rambut Warsa sampai kepalanya mendongak ke belakang, disusul dengan satu tinju tepat mengenai hidung Warsa, sehingga darah kental pun keluar dan maling itu terhuyung ke belakang, lalu jatuh dari atas ranjang.

Mbah Abun tidak membuang waktu, dengan segera dia pun melepaskan tali yang mengikat tangan anaknya, lalu melemparkan selimut untuk menutupi tubuh yang terbuka. Setelah itu Mbah Abun mulai menyerang kembali kedua musuhnya tanpa menggunakan perhitungan, akibat amarah yang sudah naik ke ubun-ubun.

Pertarungan satu lawan dua pun tidak terhindarkan, terdengar suara tubuh yang terbentur dinding kamar. namun sayang Mbah Abun sekarang sudah tua, ditambah dia masih merasa capek akibat dikejar-kejar para warga Kampung Ciandam, sehingga kewaspadaannya pun mulai kendor.

Mbah Abun tidak sadar kalau musuhnya membawa senjata tajam. Hadi yang terbebas dari serangan Mbah Abun, dengan segera dia pun mengeluarkan golok yang berada di pinggangnya, kemudian Hadi mulai melayangkan serangan goloknya menuju ke arah punduk Bah Abun, membuat pria tua menjatuhkan tubuhnya menghindari serangan namun dengan segera dia pun bangkit kembali, kemudian membagi tatap ke arah kedua musuhnya.

"Hahaha, mampus kau sialan!" ujar Hadi sambil memainkan goloknya menakut-nakuti musuhnya.

"Jangan banyak bacot, kurang ajar! rasakan pukulanku." bentak Mbah Abun sambil melayangkan pukulan ke arah wajah Hadi, namun itu hanya sia-sia karena Hadi menyambutnya dengan sabetan golok mengarah ke pergelangan tangan, sehingga Mbah Abun pun tidak jadi menyerang.

Serangan golok Hadi tidak mengenai sasaran, sabetan golok itu hanya memakan tiang. namun sebelum Mbah Abun menguasai keadaan dia pun sudah diserang kembali, golok yang dipegang Hadi mengarah ke arah telinganya, sehingga membuat pria tua itu mundur dua langkah ke belakang. sabetan golok itu hanya memakan dinding kamar, tapi sekilat arah golok itu kembali menyerang hingga mengenai lengan Bah Abun.

Srettt!

Darah segar pun mengalir membasahi baju piyama yang dikenakan oleh Mbah Abun.

"Haduuuuuuh....! kurang ajar kamu setan!" teriak Bah Abun sambil mundur beberapa langkah, kemudian keluar dari dalam kamar menuju Tengah rumah.

Hadi dan Warsa yang merasa aktivitasnya terganggu Mereka pun mengikuti sambil memainkan golok yang dipegang masing-masing, membuat Bah Abun menjadi gugup, dia terus mundur, matanya menatap ke arah golok yang sedang dipegang oleh musuhnya, namun beruntung dalam keadaan segenting itu, Ranti yang tadi dibebaskan pengikat tangannya, dia pun mulai membuka ikatan yang lain dan melepaskan kain yang menutup mulutnya.

Aaaaaaaawwwwww!

Teriak Ranti dengan sangat kencang, membuat Hadi dan Warsa merasa terkejut kaget, karena itu sangat berbahaya kalau sudah ada orang yang berteriak, apalagi keadaan warga Kampung Ciandam yang sedang berada di luar karena sedang disibukkan dengan berburu babi yang masuk ke kampungnya.

"Walah, Hadi bahaya!" teriak Warsa mengingatkan

"Lari! Lari! ayo lari.....!" jawab Hadi sambil memasukkan golok ke dalam serangkanya kemudian mereka pun melompat menuju kembali ke kamar Ranti untuk keluar dari rumah mbah Abun, melewati jendela yang tadi mereka bobol.

Setelah berada di luar, tanpa membuang waktu Hadi dan Warsa pun mereka hendak berlari menghindari marah bahaya yang mengintainya. Namun sayang di luar rumah mbah Abun sudah banyak orang, karena tadi ada orang yang menemukan Bahwa babi yang mereka kejar berlari ke arah rumah mbah Abun, hingga akhirnya orang orang yang sedang berburu babi berlarian menuju ke arah rumah Bandar anyaman itu.

Setelah sampai di samping rumah mbah Abun, Mereka melihat ada dua maling yang loncat dari jendela. tanpa diberi komando Mereka pun mulai mengepung kedua orang itu.

"Woi, woi.....! ada maling.....! woi maling, maling, maling......!"

"Maling, Maling, ada maling....! maling.....!"

Teriak para warga saling memberitahu, membuat keadaan semakin terasa Genting, bahkan Hadi dan Warsa mereka merasa gugup mendapat kejadian seperti itu.

"Celaka Hadi, kita dikepung!"

"Jangan tanggung, keluarkan senjata.....! kita habisi semuanya....!"

"Siap.....!" jawab Warsa sambil mengeluarkan goloknya begitupun dengan Hadi yang mengikuti. tanpa berbicara lagi mereka menyerang orang yang mengepung, menggunakan golok yang ada di tangannya dengan Mengayunkan ke samping kanan dan kiri sehingga terlihat sangat ngeri.

Tapi orang yang mengepung bukan anak kecil, mereka punya pemikiran dan pendirian, punya luang dan pengalaman. dengan segera Mereka pun berpencar memaksa Hadi dan Warsa untuk berpisah. Awalnya kedua maling itu beradu punggung agar bisa saling membela, tapi kenyataannya mereka sangat susah karena ada orang yang mengerti, dengan segera orang itu mengambil halu dari dekat Lesung yang berada di dekat dapur rumah Mbah Abun.

Kedua maling itu diserang menggunakan halu dari arah samping, sehingga mau tidak mau hadi dan Warsa harus menghindar, karena kalau tidak, mereka tidak akan selamat, yang akhirnya mereka berdua pun terpisah.

Orang-orang yang mengepung itu menjadi dua bagian, sehingga memudahkan untuk menyerang dan menangkap.

"Anak-anak maju.....! Serang.....!" teriak Mang Zuhri memberi komando, suaranya terdengar begitu keras, karena keadaan waktu malam.

Suara Deru golok yang disabetkan terdengar mendenging bagaikan tawon yang sedang menyerang, membuat kedua maling itu semakin merasa takut. Tapi entah mengapa Hadi seperti orang yang sedang kesurupan, dia memutarkan goloknya di atas kepala sambil memaju mundurkan kakinya untuk menyerang dan membendung Serangan orang-orang yang mengepung.

Matanya terlihat bergerak-gerak memindai keadaan sekitar, hingga mata itu menangkap ada pohon Limus dan di dekat pohon itu terlihat ada orang yang sedang membelakanginya, sehingga dia memiliki ide agar bisa melarikan diri.

Melihat kesempatan itu Hadi tidak menyia-nyiakannya, dia pun mulai merangseg maju mendekat ke arah orang yang membelakangi pohon Limus, Hadi menyerang ke satu arah dia tidak menyerang ke arah yang lain, hanya membendung dan menghindari serangannya saja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!