Bab 9. dikejar Tawon

Melihat tawon itu semakin mendekat ke arahnya, Eman pun terlihat sangat kaget, karena hampir semua Tawon raksasa itu hendak menyerang ke arahnya.

"Ki, tolong saya aki.....! Saya harus bagaimana, tawon-tawon itu mengejar saya aki?" ujar Eman sambil melirik ke arah Aki kebun wajahnya terlihat sangat pucat.

"Lari, Lari....! bersembunyi ke arah Leuwi!"

"Di mana ada Leuwi aki?"

"Di bawah ada sungai yang dekat pohon kiara, buruan Sana lari.....!"

Tanpa membuang waktu Eman pun berlari menggunakan seluruh tenaganya, tidak memperdulikan apapun. yang ada di pikirannya bagaimana dia bisa selamat dari serangan tawon itu.

Melihat ada pergerakan, tawon-tawon yang sejak dari tadi mencari orang yang mengganggu sarangnya, dengan segera mengejar Eman menimbulkan suara bergemuruh membuat suasana semakin terasa ketir, tawon itu terus mengejar Eman.

Melihat kejadian seperti itu, aki kebun tidak tinggal Diam. dia mengikuti dari belakang, namun tetap santai, tidak terlihat gugup, apalagi kaget. Sedangkan Eman berlari terbirit-birit tidak mau tersusul oleh sang tawon yang sedang marah.

Eman tidak sadar kalau dirinya sedang dilatih berlari oleh aki Kebon, serta dilatih ketangkasan ketika menghadapi bahaya. waktu itu secara tidak sadar Eman sudah melakukan hal yang luar biasa, yang sebelumnya belum pernah dia alami sama sekali.

Ngeng, ngeng, ngeng......!

Suara tawon besar atau tawon odeng terus mengejar Eman yang sedang berlari terbirit-birit menghindari bahaya Pati yang mengintainya.

Eman terlihat meloncati selokan selokan yang lumayan besar, yang lebarnya tidak akan kurang dari tiga meter. mata Eman meski sedang berlari dia tetap terfokus melihat pijakan yang akan ia lewati. langkah Eman terhenti di salah satu tebing yang lumayan tinggi, mungkin kalau diukur tidak akan kurang dari sepuluh meter. tapi ketika dia melirik ke arah belakang gumpalan tawon odeng terus mendekat ke arahnya, sehingga Eman seperti lupa terhadap keselamatan dirinya sendiri, dia tidak takut dengan tebing yang begitu curam, dia lebih takut dengan tawon yang semakin mendekat ke arahnya.

Tanpa berpikir panjang, Eman pun menjatuhkan dirinya untuk menuruni tebing, tubuhnya terlihat merongkol seperti hewan trenggiling yang sedang terancam, hingga tubuh itu terlihat terguling-guling menuruni tebing itu. Namun sayang Eman yang menggulingkan tubuhnya tidak bisa melihat keadaan sekitar, sehingga tubuhnya pun terbentur dengan pohon sengon.

Meski tubuhnya terbentur dengan keras, tapi Eman tidak sedikitpun merasakan nyeri atau ngilu di tubuhnya. dengan segera dia pun menggulingkan kembali tubuhnya ke arah Lembah namun seperti tadi tubuhnya pun menabrak kembali satu pohon yang lumayan besar, tapi dengan segera dia pun bangkit lalu menggulingkan lagi tubuhnya ke arah lembah melewati rumpun ilalang yang sangat tebal, hingga akhirnya dia pun tertahan di akar pohon kiara yang tumbuh besar di dekat Leuwi.

Tanpa membuang waktu Eman pun bangkit kembali karena dia tidak merasakan sakit, tidak ada luka yang menggores tubuhnya, bahkan tidak ada memar sedikitpun.

"Haduh dasar tawon Gil4, kenapa kamu terus mendekati sih...! Dasar gil4!" gerutu Eman setelah melihat tawon yang terus mengejarnya.

Mata Eman terlihat bergerak-gerak dengan cepat. Sesekali menatap ke arah atas bukit, melihat musuh yang sedang mengejarnya, sesekali melihat ke arah bawah yang terlihat air Leuwi yang menggenang. menghadapi dua pilihan seperti itu otak Eman yang biasanya tidak bisa digunakan, Entah mengapa kala itu otaknya bekerja dengan baik, dengan segera dia pun loncat ke arah bawah.

Awwwwwwww......!

Byur.....!

Tubuh Eman jatuh ke atas air Leuwi, kemudian dia pun menyelam, tangannya terlihat gelagapan mencari pegangan. wajahnya terlihat sebentar di permukaan untuk mengambil nafas, bajunya menjadi basah kuyup, tak lama diantaranya.

Ngeng....! ngeng....! ngeng...!

Suara ratusan atau ribuan tawon yang menggumpal di atas permukaan air, membuat Eman merasa bingung tidak berani memunculkan wajahnya karena dia takut disengat oleh tawon yang sedang marah itu.

Dalam keadaan yang terdesak, otak Eman bisa digunakan. dengan cepat Eman menyelam lebih dalam tangannya terlihat gelagapan mencari batu, hingga akhirnya tangan itu mendapat sebuah batu sebesar bakul. dengan segera dia pun memegangnya lalu melemparkan ke atas permukaan air.

Batu itu kalau dilempar dari bawah air terasa sangat ringan, sehingga batu itu dengan mudah muncul ke permukaan, membuat airnya terlihat bergejolak kemudian diikuti dengan keluarnya batu yang sebesar bakul itu, membuat tawon-tawon yang sejak dari tadi menunggu, dengan segera menyerang batu itu. namun itu tidak lama, karena batu itu kembali ke dasar air sehingga membuat tawon-tawon pun terbang kembali ke atas.

Eman dengan perlahan mendekat ke arah permukaan air memunculkan wajahnya sedikit, untuk mengambil nafas. matanya dibuka dengan lebar untuk mengetahui keadaan di atas permukaan air terlihatlah ribuan tawon yang masih berada di sekitar Leuwi, dengan segera Eman pun menyelam kembali untuk mengambil batu sebesar yang tadi dia lemparkan.

Byur!

Batu itu pun terbang seperti loncat dari permukaan membuat tawon-tawon pun menyerang batu itu kembali, namun itu tidak lama karena batu itu dengan segera masuk kembali ke dalam air.

Eman terus melakukan hal seperti itu Sampai beberapa kali, sehingga membuat tawon-tawon itu merasa trauma, karena sudah beberapa kali menyerang tapi senjatanya tidak mempan sama sekali, karena yang diserangnya hanyalah sebuah batu. satu persatu dari tawon itu mulai terbang ke atas, kemudian pergi entah ke mana, diikuti oleh tawon-tawon lainnya yang merasa tidak ada gunanya menyengat sebuah batu, sehingga tawon itu tidak terlihat lagi berada di sekitar Leuwi membuat Eman merasa aman.

Setelah dirasa tidak ada musuh Yang mengintainya, Eman pun dengan perlahan mulai memunculkan wajahnya ke atas permukaan air, kepalanya terlihat celingukan memindai area sekitar, rambutnya terlihat basah, air terus mengalir membasahi wajah, dengan segera Eman pun mengusapnya, lalu menarik nafas dalam seolah merasa lega dengan apa yang sudah dialami.

"Haduh, halah, haduh, haduh.......! Kayaknya sudah aman.....! hah, hah, hah.....! Kayaknya sudah pada kabur tawon-tawon sial4n itu," ujar Eman yang berbicara sendiri kemudian dia pun berenang menuju ke pinggir leuwi. setelah sampai Eman duduk di atas batu, tidak cepat-cepat naik ke tepian sungai, Eman malah mengatur nafas yang terasa memburu akibat rasa capek Yang dia rasakan.

Matanya menatap ke arah air terjun, yang jatuh ke atas leuwi. suaranya terdengar menderu seperti hujan yang sangat lebat. ketika air itu jatuh menimpa batu terlihat muncrat namun sangat indah ketika tersinari oleh sinar matahari, seperti mutiara yang sedang di lemparkan.

Hahaha....! hahaha! Huhuhuhahaha!

Ketika sedang asik Menikmati keindahan air terjun, terdengar suara tawa yang menggelegar mengalahkan suara air terjun yang sangat menderu, membuat Eman terperanjat kaget. kemudian dia pun melirik ke arah kanan dan ke arah kiri mencari orang yang tertawa, Namun sayang dia tidak menemukan apa-apa, yang terlihat hanya dedaunan yang terlihat hijau yang sedang bergoyang tertiup oleh angin, seperti sedang memanggil Eman untuk segera pergi meninggalkan tempat itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!