bab 8. ujian

Keesokan paginya, seperti biasa Eman belajar berjalan di pematang sawah, dilanjutkan menaiki pohon pinang lalu mengasah telapak tangannya di bebatuan kasar yang berada di sumber mata air. namun yang berbeda sekarang Eman melakukan semuanya barengi dengan berpuasa.

Sore hari Eman dimandikan menggunakan getah pohon Lontar, sambil terus didoakan oleh aki kebun agar Eman bisa menjadi orang yang kuat, baik rohaninya maupun jasmaninya. sedangkan ketika malam Eman diajarkan beberapa jurus silat untuk menjaga diri dari orang-orang yang serakah, selesai belajar silat Eman pun dimandikan kembali, ketika sudah sampai tengah malam, lalu dilanjutkan dengan mewirid lafadz-lafadz yang sudah diajarkan.

Awalnya latihan yang Eman jalani terasa sangat berat, namun lama-kelamaan Eman mulai terbiasa sehingga tubuhnya yang awalnya sangat lemah berubah menjadi kuat, bahkan lengannya terlihat berotot, mata Eman sekarang sangat tajam, gerakannya tidak lambat, dan dia bisa dengan cepat menentukan pilihan.

Singkat cerita seminggu sudah berlalu, Eman berada di rumah aki kebun. ketika menginjak malam kedelapan, Eman disuruh untuk tidak tidur, dia harus membaca wiridnya sampai seribu kali, Eman pun melaksanakannya hingga semalam suntuk tidak tidur.

Keesokan paginya seperti biasa, ketika pagi hari Eman akan berjalan di pematang sawah untuk melatih ketangkasan dalam berjalan, sampai matahari keluar dari tempat persembunyiannya. selesai melakukan latihan Eman pun diajak ke salah satu Tegal rumput, hari itu dia tidak disuruh untuk menaiki pohon pinang, entah apa yang akan diajarkan Aki kebun Eman pun belum tahu.

Sesampainya di tempat yang dituju, Eman disuruh berdiri sambil menghadap ke arah matahari terbit, membuat mata Eman terasa silau dan terasa panas namun seperti biasa Eman tidak menolak, dia tetap taat dan setia mengikuti semua kemauan aki kebun.

Sedangkan orang yang memerintahnya, dia berdiri membelakangi matahari. di tangannya terlihat ada beberapa bilah bambu yang sudah dibelah, di ujungnya ditajamkan seperti hendak digunakan untuk menandai kebun.

Setelah lama melakukan latihan, aki kebun pun terdengar menarik nafas dalam kemudian berbicara dengan perlahan.

"Ujang!"

"Saya aki?"

"Pagi ini Aki akan menurunkan ilmu aki, semoga saja dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala. hari ini adalah hari ujian Ujang, kalau Ujang bisa berhasil, berarti Ujang sudah menguasai ilmu aki, ilmunya Allah."

"Baik aki," jawab Eman matanya terlihat berkedip-kedip karena merasa silau.

"Bambu ini harus kamu tangkap, semuanya harus tertangkap tidak boleh ada yang terlepas ke belakang." ujar aki kebun mulai menjelaskan.

Mendapat keterangan seperti itu, Eman tidak menjawab. namun dia sudah siap bersedia untuk menerima semua ujian yang akan diberikan oleh gurunya.

Srttttttt!

Tidak diketahui dari mana asalnya terlihat ada benda yang mengancam mengarah ke tenggorokan Eman, seperti pisau belati yang dilemparkan. mata Eman yang terlihat silau mengkereyep seketika, namun tangannya sangat refleks menangkap barang itu, setelah diperhatikan ternyata itu adalah bilah bambu yang tadi dipegang oleh si aki kebun, Sebila bambu yang sudah ditajamkan ujungnya .Jadi kalau eman tidak bisa menangkap, mungkin bambu itu akan menancap menembus tenggorokannya.

Belum Hilang Rasa terkejutnya, terlihat kelebatan serangan kedua dari arah samping, namun dengan refleks Eman bisa kembali menangkap serangan itu, serangan bambu yang di lemparkan oleh aki kebun.

Eman terus menangkap bambu-bambu yang dilemparkan oleh si aki, ada yang datang dari belakang, ada yang datang dari samping, bahkan ada yang datang dari bawah dan atas, Namun semua serangan itu bisa Eman tangkap, sampai sebelas bambu sudah berada di tangannya.

Melihat ketangkasan muridnya membuat aki kebun terlihat tertawa sampai terbahak-bahak, merasa bahagia melihat kemajuan Eman yang sangat luar biasa.

"Hahaha, bagus Ujang....! syukur, syukur......! sekarang Ujang sudah lulus, lulus, lulus....!" ujar Aki kebun mengulangi kata lulus hingga beberapa kali.

Kebahagiaan itu bukan hanya dirasakan oleh aki kebun, Eman pun merasakan hal yang sama, karena dia tidak menyangka dia bisa setangkas itu, bisa bergerak secepat itu. dengan segera dia pun menghampiri aki kebun untuk menyerahkan kembali bambu yang tadi dijadikan senjata, kemudian Eman pun mengambil tangan kakek yang keriput itu untuk diciumnya. mungkin Eman sedang mengungkapkan rasa Terima kasih yang sedalam-dalamnya, Karena dia sudah bisa memiliki ilmu yang sangat luar biasa.

"Terima kasih banyak aki, terima kasih....!" hanya kata itu yang keluar dari bibir Eman, tak terasa dari sudut matanya mengalir cairan bening, namun cairan yang keluar sekarang bukan cairan kesedihan, melainkan cairan kebahagiaan karena Eman sudah berhasil menjalani ujian Aki kebun

"Hahaha, Sudah, sudah jangan menangis....! laki-laki Itu dilarang untuk menangis. dan yang perlu Ujang ketahui bahwa Ujang baru saja melewati ujian menerima serangan, sekarang Ujang akan diuji untuk menyerang."

"Oh begitu!" ujar Eman sambil membangkitkan kepalanya yang masih tertunduk.

"Iya begitu, nih ambil kembali bambu ini!" seru aki kebun sambil kembali menyerahkan bambu yang ada di tangannya.

"Terus bagaimana aki?" jawab Eman sambil menerima bambu yang diberikan.

"Tuh lihat! di atas pohon Malaka ada sarang tawon madu raksasa, Ujang harus melempar sarang tawon itu menggunakan bambu. ingat semua lemparan itu harus mengenai sasaran, tidak boleh ada yang meleset karena itu akan sangat mubazir."

"Haduh aki....! Bagaimana kalau odengnya menyengat saya?"

"Ujang harus bisa membela diri!"

"Membela diri!" ulang Eman yang terdiam mencerna apa yang disampaikan oleh Aki kebun namun meski belum paham dia tidak menolak.

Dengan segera Eman melangkahkan kaki memasang kuda-kuda yang sangat tegap, bilah bambu diambil satu, dipegang menggunakan tangan kanan. tanpa berpikir panjang Eman pun melemparkan sebilah bambu itu ke arah sarang tawon raksasa seperti sedang melempar pisau belati.

Srrppp!

Lemparan Eman tepat mengenai sasaran bahkan lemparan itu menancap di sarang tawon, sehingga ketenangan tawon raksasa itu terganggu, dengan segera Mereka pun keluar dari tempat beristirahatnya.

Melihat pergerakan tawon yang berada di sarangnya, Eman terlihat ragu-ragu dia takut terkena sengatan tawon yang sangat menyakitkan.

"Ayo habiskan semua bambunya, jangan ragu-ragu....!" Seru aki Kebon mengingatkan.

Eman terlihat gugup, namun dengan segera dia pun melemparkan bilah bambu yang kedua, dan bilah bambu itu pun sama tepat mengenai sasaran, semakin memperbanyak odeng-odeng yang keluar dari sarangnya, Bahkan bukan hanya keluar mereka sudah berkeliaran agak jauh mencari benda yang mengganggu sarangnya.

Semakin lama tawon itu semakin mendekat ke arah Eman, membuat pemuda itu sangat gugup sehingga dia melupakan perintah aki kebun. namun meski begitu dia mengambil seluruh bambu yang masih tersisa kemudian melemparkan semuanya dengan berbarengan.

Srrep! Srrep! Srrep!

Bambu-bambu yang dilemparkan oleh Eman semuanya tepat mengenai sarang tawon, membuat semua tawon-tawon yang berada di Serang itu terbang mencari orang yang mengganggunya, menimbulkan suara bergemuruh. tawon itu terlihat bergerumul sampai menyerupai tampah mendekat ke arah Eman.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!