bab 17. Perampokan

Kreeeettt!

Pintu jendela pun seketika terbuka, dengan cepat Warsa naik masuk ke dalam kamar melewati jendela. tanpa membuang waktu, dia membekap mulut Ranti menggunakan dalaman yang terkait di atas tambang, membuat Ranti pun menggelinjang bergerak-gerak ingin melepaskan diri, namun Warsa dia tidak melepaskan bekapannya.

Melihat temannya sedikit kewalahan, Hadi dengan cekatan mengambil tambang untuk menggantungkan pakaian yang belum kering atau belum dilipat. tanpa membuang waktu dia pun mengikat kaki dan tangan Ranti disatukan dengan ranjang, membuat Ranti tidak bisa bergerak hanya mengatur nafas yang memburu, matanya membulat sempurna, mau berteriak tidak bisa soalnya mulutnya dipenuhi oleh kain.

Ranti tidak bisa memberikan perlawanan sedikitpun, dia hanya bisa pasrah menerima nasib yang menimpanya. Hadi dan Warsa Mereka terlihat menyingkap kasur untuk mencari benda berharga, karena kebiasaan waktu itu orang-orang menyimpan harta berharga di bawah kasurnya. setelah tidak menemukan apa-apa Mereka pun berpindah ke lemari, tapi pekerjaan mereka hanya sia-sia, mereka tidak menemukan uang sepeserpun ataupun perhiasan. namun mereka tidak putus asa mereka terus menggeledah seisi kamar Ranti.

Dalam keadaan seperti itu, Ambu Yayah yang sedang menghadapi lilin dan baskom yang berisi air, dia terkejut kaget karena mendengar suara-suara yang asing di telinga dari kamar anaknya.

Ambu Yayah merasa Dilema karena kalau mau dilihat dia takut suaminya tidak bisa diselamatkan, namun suara di kamar anaknya semakin lama semakin mencurigakan, membuat dirinya tidak enak untuk berdiam diri. Akhirnya dia pun tidak berpikir panjang.

Byur!

Ambu Yayah membuang air di dalam baskom, kemudian meniup lilin yang menyala untuk dimatikan. sehingga membuat kamar khusus ritual pesugihan babi itu menjadi gelap seketika. dengan segera dia pun keluar dari kamar itu langsung menuju ke kamar anaknya, namun ketika dia sampai pintu sekilat ada Seberkas cahaya yang terpantul dari benda tajam.

Ambu Yayah menahan nafas, merasa takut karena ujung golok sudah berada di tenggorokannya.

"Jangan berteriak kamu nenek-nenek peot! kalau kamu sampai berbicara akan ku gorok leher kamu....!" ancam Hadi dengan membulatkan mata membuat Ambu Yayah semakin terkejut, wajahnya terlihat pucat pasi tidak jauh dengan mayat yang baru dikafani, badannya bergetar, bahkan giginya mengeluarkan suara seperti orang yang sedang kedinginan.

Warsa yang sedang bekerja melihat temannya sedang mengancam tuan rumah, tanpa diperintah dia pun mengambil kerudung pashmina yang berserakan di lantai, kemudian berlari menuju ke arah ambu yayah. tanpa berbicara terlebih dahulu dia pun mengikat tangan dan kakinya. baju kebaya yang digunakan wanita tua itu Hadi tarik dengan begitu kuat, lalu kain robekannya dipakai untuk menutup mulut Ambu Yayah, agar wanita tua itu tidak bisa berteriak, sehingga nasib ibu dan anaknya tidak jauh beda.

"Hadi cepat bongkar lemari itu!" seru Warsa yang terlihat tegang.

Tanpa membuang waktu hadi pun mendekat ke arah lemari yang berada di tengah rumah, dengan segera Hadi mencongkel pintunya menggunakan golok, sehingga membuat pintu itu rusak berantakan, bahkan engselnya saja sampai copot karena dipaksa untuk dibuka. pakaian yang berada di dalam lemari itu, mulai mereka acak-acak untuk mencari uang dan perhiasan.

Lama mencari akhirnya Hadi menemukan dompet yang terlihat kembung, setelah dibuka Ternyata isinya uang sampai penuh.

"Hehehe, berhasil kalau dapat uang segini banyak," gumam Hadi sambil memasukkan dompetnya ke saku celana.

Kedua orang yang jahat itu terus menggeledah seisi rumah, membuka tempat-tempat yang dikunci, mengangkat benda-benda yang menutup. Setelah semua nya digeledah Mereka memutuskan untuk pergi melewati jendela yang berada di kamar Ranti.

Namun ketika melewati Ranti yang sedang diikat Entah mengapa matanya ingin melirik ke arah orang yang sedang disekap. tiba-tiba mata itu terbelalak dengan sempurna karena baju kemeja Ranti sedikit terbuka, gunung kembar yang sangat ranum terpampang jelas membangkitkan gairah ke lelakian.

Darah Warsa tiba-tiba berdesir naik ke arah kepala, membuat Warsa merasa pusing hingga dia pun lupa dengan keadaannya yang sedang berada di dalam bahaya, terpikat oleh putihnya gunung kembar milik Ranti.

"Hadi ada rezeki nomplok buat kita!" ujar Warsa yang terlihat bergetar, lidahnya terlihat menjulur seperti kucing yang sedang lapar. tangannya menunjuk ke arah Ranti yang masih terbaring seperti sedang menantang, apalagi ketika gadis itu meronta-ronta ingin melepaskan diri, sehingga rok yang dipakainya semakin naik ke atas.

Hadi yang awalnya mau loncat ke arah jendela, dia pun mengulum senyum, kemudian dia berjalan mendekat ke arah Ranti.

"Hahaha, benar Warsa memang malam ini adalah malam keberuntungan kita. sudah mendapat uang banyak, dikasih bonus dengan kemontokannya," ujar Hadi sambil mencolek pipi Ranti.

Mendapat perlakuan tidak sopan seperti itu, membuat tubuh Ranti terasa panas. dengan mengerahkan sisa-sisa tenaganya, dia menggelinjang ingin terlepas dari pengikat, Namun sayang ikatan yang dikerjakan oleh hadi sangat kuat, daripada ikatan itu terlepas yang ada tubuh Rantilah yang terasa sakit.

Ranjang yang digunakan untuk mengikat tubuh Ranti terdengar suara berdecit, akibat gerakan Ranti yang terus berusaha ingin melepaskan diri. tapi kaki dan tangan gadis itu tidak bisa bergerak sedikit pun karena ikatannya sangat kuat.

"Hehehe, Jangan ngamuk Nyai! nanti sama Aa akan ditolong tapi. Hehehe," ujar Warsa, tangannya yang nakal hendak mencubit dagu Ranti namun dengan segera Ranti pun menggelinjangkan tubuhnya agar tidak tersentuh oleh tangan kotor itu.

Melihat perlawanan dari mangsanya, membuat nafsu Warsa semakin terpanggil. dengan segera dia pun merobek baju kemeja Ranti, hingga Gunung kembarnya semakin terpampang jelas membangkitkan nafsu-nafsu bejat yang tidak memiliki etika.

Nafsu yang sudah memuncak, nafsu yang sudah meliputi akal sehat. sehingga membuat mereka tidak sadar sedang berada di mana. tanpa berpikir panjang Mereka pun loncat menindih tubuh Ranti, saling berebut, saling menyikut, ingin menjadi orang yang pertama yang menerkam, memetik putik Sari seorang gadis yang sangat cantik.

Tapi dalam keadaan seperti itu, dari arah dapur terdengar pintunya ada yang membuka, kemudian diikuti suara langkah kaki yang menapaki pelupuh. Tak lama diantaranya pintu ruang tengah pun terbuka, terlihatlah Mbah Abun yang baru datang habis pulang bekerja, nafasnya terlihat memburu soalnya dia merasa capek habis dikejar-kejar warga sekampung. namun beruntung dia bisa menghilang, karena Abu Yayah sudah mematikan lilin dan membuang air yang berada di dalam baskom.

"Halah, halah....! Kenapa pakaian sudah acak-acakan seperti ini?" gumam Mbah Abun terlihat terkejut, matanya membulat menatap ke arah lemari yang sudah kosong. semakin lama dia pun semakin merasa kaget, namun itu tidak lama dengan segera dia pun pergi menuju kamar tidur, tapi Ambu Yayah tidak ada di tempat itu. dia pun berlari ke kamar khusus tapi di situ juga istrinya tidak ada, sehingga dia pun memutuskan untuk pergi ke kamar anaknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!