Kemilau Cinta Alzarin
"Arya! Jangan pergi! Tolong jangan bawa Arya!"
Teriakan gadis kecil itu nyatanya bagai embusan angin yang tak terdengar. Gadis kecil itu sangat sedih ketika sahabat baiknya harus pergi meninggalkannya.
"Alza, jangan takut! Aku akan minta mereka untuk menjemputmu juga nanti!" teriak remaja pria bernama Arya.
Namanya Alzarin. Sejak kecil ia tinggal di panti asuhan Kasih Bunda. Tidak ada yang tahu siapa orang tuanya. Bayi Alzarin diletakkan begitu saja di depan pintu panti.
Ibu Astuti, pengurus panti, merawat Alzarin seperti bayi-bayi lain yang dititipkan disana. Alzarin tumbuh menjadi gadis kecil yang ceria. Ia disukai banyak anak-anak panti termasuk Arya.
Arya adalah sahabat dekat Alzarin. Sejak masuk ke panti di usianya yang ke 5 tahun, Arya langsung tertarik pada bayi Alzarin dan berjanji akan menjaga Alzarin hingga tumbuh dewasa.
Arya menepati janjinya. Ia selalu perhatian dan menjaga Alzarin dengan baik. Hingga akhirnya, sebuah keluarga memutuskan untuk mengadopsi Arya ketika usianya 15 tahun.
Alzarin begitu sedih. Gadis berusia 10 tahun itu harus kehilangan teman terkasihnya. Ibu Astuti berusaha memberikan pengertian untuk Alzarin.
"Arya tidak meninggalkan kamu, Nak. Arya akan tetap bisa mengunjungi kamu disini. Dan juga, kamu harus ikut bahagia untuk Arya. Karena kehidupannya akan lebih baik dari sekarang. Suatu saat nanti, kamu juga akan mengalami apa yang Arya alami. Kamu akan bertemu dengan keluarga baik yang menyayangimu."
...***...
Seminggu setelah kepergian Arya, Alza selalu menyendiri dan tak memiliki semangat hidup. Hingga kedatangan sebuah keluarga mengubah hidup Alza.
"Hai, namaku Dennis. Kamu mau berteman denganku?"
Pria kecil itu mengulurkan tangannya. Dennis Pratama, putra sulung keluarga Pratama yang notabene salah satu donatur di panti asuhan Kasih Bunda.
Melihat interaksi putranya dengan Alzarin, membuat Amalia, ibu Dennis, ingin lebih mengenal sosok Alza. Pasalnya Dennis adalah sosok yang susah untuk bergaul. Tapi dengan Alza, Dennis berubah drastis.
"Pa, bagaimana kalau kita adopsi Alza? Sepertinya dia akan jadi teman yang baik untuk Dennis."
Usulan Amalia disambut baik oleh sang suami, Juno. "Iya, Ma. Coba mama bicara dengan ibu Astuti. Dan kita urus surat-surat adopsinya."
Amalia mendekati Alza dan Dennis yang sedang bermain.
"Sayang, apa kamu suka dengan Alza?"
"Suka, Ma." Dennis mengangguk senang.
"Kalau Alza tinggal di rumah kita bagaimana? Sekalian untuk teman Arzetta juga."
"Memangnya Alza boleh Ma tinggal di rumah kita?"
"Boleh. Itu kalau Alza mau. Bagaimana Alza? Kamu mau kan tinggal di rumah Tante?"
Alza kecil masih tak paham dengan semuanya. Tapi merasakan kasih sayang yang diberikan oleh Lia, membuat Alza merasakan ketenangan.
Alza mengangguk. "Iya, aku mau tinggal di rumah Tante."
...***...
Kehidupan Arya nyatanya tak lebih baik dari yang Alza kira. Arya setiap hari membuat ulah karena jauh dari Alza.
"Kakek bohong! Kalian bilang mau jemput Alza! Sekarang mana Alzanya?" teriak Arya yang sejak awal sudah dijanjikan jika Alza juga akan diadopsi seperti dirinya.
Namun ternyata, Johan Nusantara, tidak menepati janjinya. Sepertinya Johan hanya mengelabui Arya saja agar mau ikut dengannya saat itu.
"Aku tidak butuh cucu perempuan! Aku butuh cucu laki-laki untuk melanjutkan kerajaan bisnisku!" tegas Johan di depan anak dan menantunya.
Johan meminta pelayan untuk membawa masuk Arya ke dalam kamarnya. Dengan teriakan penolakan, Arya meronta. Namun tak ada satupun orang yang peduli.
"Pa, kenapa memaksanya seperti ini?" tanya Arnis, menantu Johan.
"Kalian ini sebagai orang tuanya harus bisa mendidik dia supaya pantas untuk menjadi anggota keluarga Nusantara!" kesal Johan.
"Kau Arnis! Jadilah ibu yang baik untuknya! Meski kau tidak bisa memiliki anak, tapi harusnya kau punya jiwa keibuan yang baik!"
Arnis hanya tertunduk diam. Sudah kenyang dirinya dengan semua cibiran dari ayah mertuanya.
"Pa, lebih baik kita adopsi juga gadis kecil itu. Aku yakin Arya akan menurut jika dia bersama gadis itu," usul Sultan, putra Johan.
Johan nampak berpikir sejenak. Ia menatap anak dan menantunya dengan helaan napas kasar.
"Baiklah! Kalian jemput dia sana! Bersikaplah layaknya orang tua mulai sekarang!"
Arnis dan Sultan akhirnya datang ke panti asuhan Kasih Bunda. Sayangnya apa yang mereka inginkan tidak terjadi. Alza sudah lebih dulu di adopsi oleh keluarga lain.
Astuti tidak bisa memberitahukan siapa keluarga yang mengadopsi Alza, karena itu adalah hal yang rahasia.
"Bagaimana dengan gadis itu saja? Namanya Falia. Dia baru saja datang kemari. Kedua orang tuanya tak sanggup membiayai hidupnya, makanya dia dititipkan disini. Dia seusia dengan Alza," ucap Astuti memberikan ide.
Sultan dan Arnis saling pandang. Mereka mengangguk setuju kemudian.
"Baiklah. Kami akan adopsi Falia."
#
#
#
Dua belas tahun kemudian...
"Alzaaaa!"
Gadis cantik itu menoleh kearah suara yang memanggilnya.
"Mas Dennis? Sudah pulang dari luar kota?"
Dennis tersenyum senang. "Iya, aku pulang karena aku merindukanmu..." Dennis memeluk gadis cantik yang sudah mengisi harinya selama 12 tahun terakhir.
"Ayo kita pulang!" Dennis menggenggam lembut tangan Alza.
Alza kecil kini sudah tumbuh menjadi gadis yang luar biasa. Setelah lulus kuliah, Alza memilih untuk bekerja di perusahaan Tama Grup milik keluarga angkatnya.
Kebahagiaan yang dulu hanya menjadi mimpi bagi Alza, kini bisa ia rasakan secara nyata. Alza begitu disayangi oleh keluarga yang mengadopsinya. Ditambah lagi dengan cinta dari laki-laki yang selalu melindunginya.
Dennis memutuskan meminang Alza untuk menjadi istrinya. Mereka sudah bertunangan dan sebentar lagi akan menikah.
"Bagaimana persiapan pernikahan kita?"
"Umm, lancar, Mas. Mama dan Zetta banyak membantu."
Dennis meraih tangan Alza dan menciumnya. Mereka sedang dalam perjalanan menuju ke rumah keluarga Pratama.
"Aku beruntung memilikimu di hidupku, Alza."
"Apa sih, Mas? Harusnya aku yang bilang begitu. Aku yang sangat bersyukur dengan adanya kalian dalam hidupku."
Tiba di rumah, Dennis langsung disambut teriakan adik tercintanya, Arzetta.
"Abang pulang kok tidak kasih kabar? Abang sayangnya hanya sama kak Alza saja!" Zetta merajuk.
"Eits, adik abang yang cantik. Abang juga punya oleh-oleh untuk kamu, dan juga Mamaku yang cantik."
Kedua wanita berbeda generasi itu sungguh senang menerima oleh-oleh dari Dennis.
"Dan aku juga tidak lupa beli oleh-oleh untuk calon istriku yang cantik ini..."
"Wah, terima kasih banyak ya, Mas..."
...***...
Di belahan dunia berbeda, seorang pria tampan menatap gemerlapnya lampu-lampu kota dari atas balkon kamar apartemennya.
"Tuan! Apa ada lagi pekerjaan yang harus saya kerjakan?"
"Tidak, Anand. Pergilah beristirahat! Besok kita akan sangat sibuk."
"Baiklah, Tuan. Selamat malam!"
Pria berahang tegas dengan sikap dinginnya itu kembali menatap lampu yang bersinar terang. Hingga sebuah getaran di ponsel membuatnya harus menjawab panggilan itu.
"Halo!"
"Kak Arion!" Suara cemprengnya membuat pria bernama Arion itu tersenyum.
"Ada apa?" Mereka melakukan panggilan video.
Bisa dilihat dengan jelas jika gadis itu sedang sibuk menyiapkan sesuatu.
"Kamu lagi sibuk?" tanya Arion.
"Iya, besok adalah hari pernikahan abangku. Kupikir kakak bisa datang kesini."
"Maaf, Zetta. Aku masih harus mengurus bisnis disini. Kakek akan membunuhku jika aku tidak berhasil mendapat kontrak kerja kali ini."
"Hmm, baiklah. Kakak semangat ya! Kakak masih ingat dengan janji kakak kan?"
"Janji? Janji yang mana?"
"Ish, kakak! Kakak janji akan melamarku setelah pulang dari sana. Awas saja kalau kakak lupa!"
"Hahaha, iya aku tidak akan lupa. Kalau begitu sampai nanti ya! Kurasa aku mulai mengantuk. Disini sudah tengah malam."
"Iya, baik. Selamat malam kekasihku yang tampan, mmmuuuuaaahh!"
Arion mematikan sambungan video call itu.
"Janji?"
Arion tersenyum kecut. Dulu sekali ia pernah menjanjikan sesuatu pada seorang gadis. Tapi janji itu tak pernah ia tunaikan, karena ia kehilangan jejak gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Yukity
Seru👍😘
2023-07-10
4
Isma Ismawati
Bagus ceritanya
2023-07-10
5
Hiu Panas
AQ subscribe, mampir PENANTIAN SELAMA INI 🙏
2023-06-05
3