Bab 11 Pasti ada yang salah

Kirana masih tidak bisa menerima ini dengan nalarnya. Dia merasa ada yang salah disini. Bagaimana mungkin dia bisa di peringkat terakhir. Meskipun dia hanya memiliki waktu terbatas dan harus mengumpulkan jam 6 pagi, Kirana mengerjakannya dengan sungguh - sungguh.

Dia tidak sembarangan mengisi jawaban meskipun itu adalah tipe pertanyaan optional. Kirana mempertimbangkan semua jawabannya dan bahkan menghitungnya jika itu pertanyaan kalkulasi.

‘Pasti ada yang salah. Walaupun mungkin bukan urutan 10 besar, aku tidak mungkin juga masuk urutan paling terakhir.

“Iya.”, jawab Bu Rika.

Berbeda dengan masa - masa SMA, dosen memiliki banyak mahasiswa dalam satu kali masa pengajarannya. Dia sulit untuk sekedar mengingat bagaimana performa seorang siswa di dalam kelas. Guru masih menaruh fokus mereka pada murid yang mereka ajar karena jumlahnya masih relatif sedikit.

Sedangkan dosen, mereka bisa memiliki 100 mahasiswa dalam satu kelas, belum kelas lainnya, belum fakultas lainnya yang menawarkan mata kuliah yang sama. Apalagi, dosen seperti pak Rian yang mengajar lintas fakultas dan lintas jenjang.

Meski beliau berkantor di Fakultas Teknik, tetapi beliau juga kadang harus mengajar di beberapa fakultas lain yang menawarkan mata kuliah terkait.

Demikian juga dengan Bu Rika yang memiliki banyak peminat di tingkatan kelas S1 untuk berbagai semester. Selain Fisika Dasar, beliau juga mengajar mata kuliah Fisika lanjutan untuk mahasiswa tingkat diatas Kirana. Selain itu, beliau juga merupakan salah satu pembimbing skripsi.

Sehingga, Bu Rika juga tidak begitu memperhatikan nilai Kirana. Untuk mereka yang memiliki nilai - nilai terbaik, mungkin Bu Rika ingat. Tapi untuk yang naik turun di peringkat pertengahan, mungkin tak semua bisa Bu Rika ingat.

Oleh karena itu, dia tidak terlihat terkejut dengan penurunan nilai Kirana yang drastis. Terlebih, mereka baru saja memasuki masa - masa awal semester. Bu Rika juga belum terlalu mengenal para mahasiswanya.

Saat Kirana bertanya, Bu Rika menjawab datar apa adanya. Bu Rika memang ramah, tetapi dia dikenal tegas dan cuek.

“Belajar lagi yang rajin, ya.”, hanya itu yang dia katakan saat Kirana mencoba untuk memastikan kembali.

Kirana tak mengucapkan apa – apa lagi setelahnya. Tak ada gunanya bertanya lebih lanjut pada Bu Rika karena yang jelas bukan dia yang menilai hasil tugas kemarin. Daripada citranya buruk di depan Bu Rika, lebih baik Kirana mundur.

Ia hanya menggerutu hebat di dalam hati seakan naga pun bisa keluar dari dalam mulutnya.

‘Sebaiknya setelah ini aku perlu menemuinya, pasti ada yang salah dengannya. Kenapa bisa - bisanya merusak nilaiku.’, kata Kirana.

Dia tidak bisa menerima nilai ini. Memang porsinya tidak besar, tetapi Kirana harus bisa mengumpulkan nilai yang baik pada setiap kesempatan untuk mata kuliah ini. Jika tidak, mungkin dia tidak bisa untuk lulus 3.5 tahun.

Meskipun bukan mata kuliah inti, banyak mata kuliah di semester selanjutnya yang mempersyaratkan kelulusan di mata kuliah Fisika untuk bisa mengambilnya. Apalagi ada satu mata kuliah yang hanya tersedia setahun sekali.

Jika Kirana telat mengambil kuliah itu, rencananya untuk bisa lulus 3.5 tahun bisa hancur berantakan.

‘Lebih baik aku tidak mengatakannya pada Ghea. Dia pasti akan melarangku menemui Pak Rian.’, pikir Kirana dalam hati.

Sahabatnya itu selalu mencegahnya mengurusi hal – hal seperti ini. Ya seperti itulah dia, ia menganggap tak perlu mengurusi hal – hal kecil seperti ini.

Ghea memang ember, tapi dia juga khawatir kalau temannya sampai harus berhadapan dengan dosen killer.

**********

“Permisi, Bu.”, panggil seseorang di depan pintu.

Seorang mahasiswa laki - laki. Dia memastikan dirinya sudah mengetuk bagian pintu kaca itu agar dosen yang sedang berdiri di mejanya bisa mendengarnya.

Awalnya tak ada yang peduli. Bu Rika juga tampaknya sedang sibuk melihat beberapa dokumen di tangannya. Kemudian seperti sedang mencocokkan sesuatu di ponselnya.

Tapi, begitu mahasiswa itu masuk, beberapa pasang mata mulai menghentikan aktivitas mereka, terlebih para mahasiswa perempuan langsung mengalihkan perhatiannya dan fokus pada siluet mata gelap yang berkharisma di depan mereka.

Tingginya semampai, mungkin bisa sekitar 178 cm. Bibirnya tipis dengan tekstur soft berwarna pink cerah. Kemudian tubuhnya atletis meski tak terlalu tegap. Tetapi setidaknya, bahunya bidang dan lebar.

“Hm?”, Bu Rika pun baru menyadari kalau ada mahasiswa yang masuk menghampirinya.

Tidak seperti kelas Pak Rian, peraturan kelas Bu Rika jauh lebih fleksibel. Beliau tidak peduli jika mahasiswa datang terlambat, memilih tidak datang, atau hanya hadir saat ujian saja. Menurut beliau, kampus sudah tidak seperti bangku sekolah menengah dan sekolah dasar dimana murid wajib datang dan duduk mendengar guru mengajar.

Bu Rika tidak masalah jika ada yang merasa lebih mengerti dengan penjelasan di media lain, belajar sendiri, atau dengan dosen lain. Yang terpenting, mahasiswanya mengerjakan tugas dan mengikuti ujian. Karena dengan begitu beliau bisa menilai apakah seorang mahasiwa telah menguasai dan dapat dinyatakan lulus dalam mata kuliah ini atau tidak.

Tidak hanya Bu Rika, tetapi mahasiswa lain juga tampak kebingungan. Mereka merasa tidak pernah melihat mahasiswa tersebut.

“Perkenalkan Bu, nama saya Raka. Lengkapnya Prasetya Raka. Saya akan masuk di kelas ini.”, ucap mahasiswa tersebut memperkenalkan diri.

“Hn. Baik. Kamu tidak perlu memperkenalkan diri. Silahkan langsung duduk. Kamu baru masuk kelas saya? Seingat saya, saya sudah menjelaskan kalau tidak masalah jika kalian ingin atau tidak ingin masuk ke kelas ini. Yang penting kalian ikut ujian.”, kata Bu Rika datar.

“Iya betul, Bu. Saya baru masuk ke kelas Ibu. Saya telat masuk karena harus mengurus berbagai surat kepindahan dan hal - hal operasional lainnya.”, kata Raka, mahasiswa itu melanjutkan.

“Hm.. ya sudah. Kamu bisa duduk.”, kata Bu Rika tanpa banyak bertanya.

Para mahasiswa mulai mencoba mencuri - curi dengar apa yang dibicarakan oleh mahasiswa itu pada Bu Rika. Beruntung bagi mereka yang duduk di bagian depan, mereka bisa mendengar dengan jelas.

‘Siapa ya? Kok gue gak pernah lihat? Walaupun anak angkatan atas atau bawah sekalipun, kayanya gue gak pernah lihat dia. Siapa sih?’, tanya seorang mahasiswa bertanya - tanya dengan rekan satu gengnya.

“Waaaah ... “, terdengar ucapan memuja dari mulut para mahasiswa perempuan.

Seiring Raka berjalan mencari kursi yang kosong, wajah dan pandangan mereka juga turut mengikuti.

Setelah mengedarkan pandangannya sebentar, Raka langsung menempati tempat duduk paling belakang. Tepat di belakang bangku Kirana. Dia duduk dan langsung meletakkan tasnya.

Berbicara tentang Kirana dan Ghea, mereka sejak tadi sudah terpaku melihat lelaki itu. Pandangan mereka jelas sekali berbeda dengan mahasiswa yang lain. Mereka tidak mengitari pandangannya seiring dengan Raka berjalan mengambil kursinya.

Kirana dan Ghea justru menghindari pandangan dan berusaha untuk tidak bersitatap dengan anak laki - laki itu.

Mereka tak percaya lelaki yang kini duduk di belakangnya adalah lelaki yang dua kali tanpa sengaja mendengar percakapan mereka di toilet. Ya, wajahnya tidak bisa lupakan. Jika saja hanya mendengar sekali, mereka mungkin bisa lupa. Tapi ini sudah dua kali.

Ditambah, sikap mahasiswa itu sesaat setelah tertangkap mendengarkan omongan mereka sangat tidak meyakinkan.

“Mampus gue.”, Kirana berbicara sedikit berbisik pada teman di sebelahnya.

“Menurut lo dia denger semua yang kita omongin, ga?”, tanya Kirana.

“Kalau dari ekspresinya sih gue 100% yakin dia dengan yang kita bicarakan.”, balas Ghea.

Mereka memastikan kalau mereka berbisik - bisik mengatakannya.

“Tapi gue yakin dia gak tahu siapa yang sedang kita bicarakan. Ya, gue yakin banget dia gak tahu.”, kata Kirana mantap.

“Oh iya.. Ibu minta perhatiannya sebentar ya….”, ucap Bu Rika sedikit memukul meja dengan penggaris agar perhatian menuju padanya.

“Alhamdulillah setelah menanti selama 5 tahun, saya sekarang hamil anak pertama. Kehamilan saya sudah berjalan 3 bulan. Tidak seperti kehamilan pada umumnya, saya harus ekstra hati  - hati.”, ucap Bu Rika tiba - tiba memberikan pengumuman.

“Jadi, saya memutuskan untuk mengurangi kelas yang diambil. Saya akan fokus mengajar mahasiswa tahun pertama saja. Untuk kalian tahun kedua, saya menyerahkan tanggung jawab kelas ke Pak Rian. Jadi, selanjutnya dosen yang akan mengajar kalian adalah Pak Rian.”, ucap Bu Rika yang baru saja seperti melemparkan bom atom pada Kirana.

Episodes
1 Bab 1 Insiden Pagi di Kampus
2 Bab 2 Dosen Killer
3 Bab 3 Hukuman Dosen Killer
4 Bab 4 Hal yang Disembunyikan
5 Bab 5 Gosip dan Single Parent
6 Bab 6 Tugas dari Dosen
7 Bab 7 Tertidur
8 Bab 8 Cinta tanpa Hubungan
9 Bab 9 Hubungan tanpa Cinta
10 Bab 10 Hah, kok bisa?
11 Bab 11 Pasti ada yang salah
12 Bab 12 Bisa bisanya Dosen Fisika Ganti
13 Bab 13 Menghindar
14 Bab 14 Penjelasan
15 Bab 15 Insiden Tidak Terduga
16 Bab 16 Pacar Ketua BEM bikin ulah lagi
17 Bab 17 Salah Paham
18 Bab 18 Teman, Pacar, Sahabat, Mantan Suami
19 Bab 19 Sakit?
20 Bab 20 Ke Rumah Mantan Bagian 1
21 Bab 21 Ke Rumah Mantan Bagian 2
22 Bab 22 Ke Rumah Mantan Bagian 3
23 Bab 23 Tiba - tiba jadi Dingin
24 Bab 24 Tindakan tak Terduga
25 Bab 25 Pria Nyebelin
26 Bab 26 Kehebohan di Mobil Radit
27 Bab 27 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 1
28 Bab 28 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 2
29 Bab 29 Rahasia di balik Lembar Jawaban yang Hilang
30 Bab 30 Akhirnya Ketahuan
31 Bab 31 Sahabat Masa Lalu
32 Bab 32 Rasa yang Pernah Ada
33 Bab 33 What is wrong with Raka
34 Bab 34 Sandiwara Kirana
35 Bab 35 Kilas Balik
36 Bab 36 Awal Pertemuan
37 Bab 37 Hamil
38 Bab 38 Mengulik Masa Lalu
39 Bab 39 Mimpi Buruk
40 Bab 40 Mantan Terindah
41 Bab 41 Serba Serbi Dosen Killer
42 Bab 42 Radit Agresif
43 Bab 43 Akhirnya Jujur
44 Bab 44 Siapa Wanita itu?
45 Bab 45 Perkelahian di Klub
46 Bab 46 Memar
47 Bab 47 Masih Perhatian
48 Bab 48 Soal Kuis dari Siluman Rubah
49 Bab 49 Pengen Kabur
50 Bab 50 Lembaran Masa Lalu
51 Bab 51 Patah Hati
52 Bab 52 Wanita di Kehidupan Rian
53 Can’t forget you
54 Bab 54 Perasaan Campur Aduk
55 Bab 55 Tanpa Status
56 Bab 56 Cemburu
57 Bab 57 Curhat
58 Bab 58 PDKT Orang Ketiga di mulai
59 Bab 59 Reuni di Lapangan Tenis
60 Bab 60 PDKT Orang Ketiga
61 Bab 61 Tindakan Tak Terduga
62 Bab 62 Kemarahan Rian
63 Bab 63 Ujian Tengah Semester ‘Fisika Dasar’
64 Bab 64 Pertemuan Kirana dan Claudia
65 Bab 65 Perlahan Terungkap
66 Bab 66 Rencana Terselubung Raka
67 Bab 67 Salah Sangka
68 Bab 68 Aksi Protes Kirana pada Rian
69 Bab 69 Wanita di Hidup Rian
70 Bab 70 Acara Pentas Seni segera dimulai
71 Bab 71 Sandiwara Kirana di depan Raka
72 Bab 72 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H)
73 Bab 73 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 2
74 Bab 74 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 3
75 Bab 75 Saling Bertanya
76 Bab 76 Drama Terkunci di Toilet
77 Bab 77 Penyelamat disaat genting
78 Bab 78 Bangun Pagi di Hotel
79 Bab 79 Sesuatu yang Mengejutkan
80 Bab 80 Kenapa masih simpan Foto Kita?
81 Bab 81 Bukannya itu Pak Rian?
82 Bab 82 Pak Rian ke Rumah Sakit?
83 Bab 83 Cinta ditengah bayang - bayang masa lalu
84 Bab 84 Bersembunyi
85 Bab 85 Lepas dari Rasa Bersalah
86 Bab 86 Situasi Genting
87 Bab 87 Situasi Genting Masih Berlanjut
88 Bab 88 Jadi, Pak Rian itu siapanya Kirana?
89 Bab 89 Mantan Suami Gue
90 Bab 90 Dosen Killer tetep aja Killer
91 Bab 91 Surat Ancaman
92 Bab 92 Cowok Red Flag
93 Bab 93 Rian punya mata - mata
94 Bab 94 Tawaran Raka yang Sulit ditolak
95 Bab 95 Rencana Tahap Awal dimulai
96 Bab 96 Kepo tapi Gengsi
97 Bab 97 Kirana dapat Surat Misterius lagi
98 Bab 98 Permintaan Maaf
99 Bab 99 Makan Malam di Apartemen Raka
100 Bab 100 Perang Dingin
101 Bab 101 Definisi Rasa
102 Bab 102 Menjalani Hidup Masing - masing
103 Bab 103 Interaksi Rian dan Raka
104 Bab 104 Hubungan Raka dan Kirana
105 Bab 105 Showtime!
106 Bab 106 Mau kemana mereka?
107 Bab 107 Real Showtime!
108 Bab 108 Kenyataan dibalik Surat Ancaman
109 Bab 109 Bukan Begini Caranya
110 Bab 110 Kesal
111 Bab 111 Apa yang sebenarnya terjadi?
112 Bab 112 Tempat Bersandar bagian 1
113 Bab 113 Chapter Baru
114 Bab 114 Keberanian
115 Bab 115 Ngampus lagi
116 Bab 116 Bagaimana mungkin?
117 Bab 117 Bekas Luka itu ternyata begitu dalam
118 Bab 118 Siapa itu?
119 Bab 119 Pembicaraan Serius
120 Bab 120 Proposal Dadakan?
121 Bab 121 Insiden di Kelas
122 Bab 122 Salah Paham
123 Bab 123 Kejutan
124 Bab 124 Kepercayaan
125 Bab 125 Kehadiran Dosen Baru
126 Bab 126 Kehadiran Dosen Baru
127 Bab 127 Pertanyaan yang sulit dijawab
128 Bab 128 Dosen Muda Berbakat
129 Bab 129 Drama mau Dinas Luar Negeri
130 Bab 130 Drama mau Dinas Luar Negeri Bagian 2
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Bab 1 Insiden Pagi di Kampus
2
Bab 2 Dosen Killer
3
Bab 3 Hukuman Dosen Killer
4
Bab 4 Hal yang Disembunyikan
5
Bab 5 Gosip dan Single Parent
6
Bab 6 Tugas dari Dosen
7
Bab 7 Tertidur
8
Bab 8 Cinta tanpa Hubungan
9
Bab 9 Hubungan tanpa Cinta
10
Bab 10 Hah, kok bisa?
11
Bab 11 Pasti ada yang salah
12
Bab 12 Bisa bisanya Dosen Fisika Ganti
13
Bab 13 Menghindar
14
Bab 14 Penjelasan
15
Bab 15 Insiden Tidak Terduga
16
Bab 16 Pacar Ketua BEM bikin ulah lagi
17
Bab 17 Salah Paham
18
Bab 18 Teman, Pacar, Sahabat, Mantan Suami
19
Bab 19 Sakit?
20
Bab 20 Ke Rumah Mantan Bagian 1
21
Bab 21 Ke Rumah Mantan Bagian 2
22
Bab 22 Ke Rumah Mantan Bagian 3
23
Bab 23 Tiba - tiba jadi Dingin
24
Bab 24 Tindakan tak Terduga
25
Bab 25 Pria Nyebelin
26
Bab 26 Kehebohan di Mobil Radit
27
Bab 27 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 1
28
Bab 28 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 2
29
Bab 29 Rahasia di balik Lembar Jawaban yang Hilang
30
Bab 30 Akhirnya Ketahuan
31
Bab 31 Sahabat Masa Lalu
32
Bab 32 Rasa yang Pernah Ada
33
Bab 33 What is wrong with Raka
34
Bab 34 Sandiwara Kirana
35
Bab 35 Kilas Balik
36
Bab 36 Awal Pertemuan
37
Bab 37 Hamil
38
Bab 38 Mengulik Masa Lalu
39
Bab 39 Mimpi Buruk
40
Bab 40 Mantan Terindah
41
Bab 41 Serba Serbi Dosen Killer
42
Bab 42 Radit Agresif
43
Bab 43 Akhirnya Jujur
44
Bab 44 Siapa Wanita itu?
45
Bab 45 Perkelahian di Klub
46
Bab 46 Memar
47
Bab 47 Masih Perhatian
48
Bab 48 Soal Kuis dari Siluman Rubah
49
Bab 49 Pengen Kabur
50
Bab 50 Lembaran Masa Lalu
51
Bab 51 Patah Hati
52
Bab 52 Wanita di Kehidupan Rian
53
Can’t forget you
54
Bab 54 Perasaan Campur Aduk
55
Bab 55 Tanpa Status
56
Bab 56 Cemburu
57
Bab 57 Curhat
58
Bab 58 PDKT Orang Ketiga di mulai
59
Bab 59 Reuni di Lapangan Tenis
60
Bab 60 PDKT Orang Ketiga
61
Bab 61 Tindakan Tak Terduga
62
Bab 62 Kemarahan Rian
63
Bab 63 Ujian Tengah Semester ‘Fisika Dasar’
64
Bab 64 Pertemuan Kirana dan Claudia
65
Bab 65 Perlahan Terungkap
66
Bab 66 Rencana Terselubung Raka
67
Bab 67 Salah Sangka
68
Bab 68 Aksi Protes Kirana pada Rian
69
Bab 69 Wanita di Hidup Rian
70
Bab 70 Acara Pentas Seni segera dimulai
71
Bab 71 Sandiwara Kirana di depan Raka
72
Bab 72 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H)
73
Bab 73 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 2
74
Bab 74 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 3
75
Bab 75 Saling Bertanya
76
Bab 76 Drama Terkunci di Toilet
77
Bab 77 Penyelamat disaat genting
78
Bab 78 Bangun Pagi di Hotel
79
Bab 79 Sesuatu yang Mengejutkan
80
Bab 80 Kenapa masih simpan Foto Kita?
81
Bab 81 Bukannya itu Pak Rian?
82
Bab 82 Pak Rian ke Rumah Sakit?
83
Bab 83 Cinta ditengah bayang - bayang masa lalu
84
Bab 84 Bersembunyi
85
Bab 85 Lepas dari Rasa Bersalah
86
Bab 86 Situasi Genting
87
Bab 87 Situasi Genting Masih Berlanjut
88
Bab 88 Jadi, Pak Rian itu siapanya Kirana?
89
Bab 89 Mantan Suami Gue
90
Bab 90 Dosen Killer tetep aja Killer
91
Bab 91 Surat Ancaman
92
Bab 92 Cowok Red Flag
93
Bab 93 Rian punya mata - mata
94
Bab 94 Tawaran Raka yang Sulit ditolak
95
Bab 95 Rencana Tahap Awal dimulai
96
Bab 96 Kepo tapi Gengsi
97
Bab 97 Kirana dapat Surat Misterius lagi
98
Bab 98 Permintaan Maaf
99
Bab 99 Makan Malam di Apartemen Raka
100
Bab 100 Perang Dingin
101
Bab 101 Definisi Rasa
102
Bab 102 Menjalani Hidup Masing - masing
103
Bab 103 Interaksi Rian dan Raka
104
Bab 104 Hubungan Raka dan Kirana
105
Bab 105 Showtime!
106
Bab 106 Mau kemana mereka?
107
Bab 107 Real Showtime!
108
Bab 108 Kenyataan dibalik Surat Ancaman
109
Bab 109 Bukan Begini Caranya
110
Bab 110 Kesal
111
Bab 111 Apa yang sebenarnya terjadi?
112
Bab 112 Tempat Bersandar bagian 1
113
Bab 113 Chapter Baru
114
Bab 114 Keberanian
115
Bab 115 Ngampus lagi
116
Bab 116 Bagaimana mungkin?
117
Bab 117 Bekas Luka itu ternyata begitu dalam
118
Bab 118 Siapa itu?
119
Bab 119 Pembicaraan Serius
120
Bab 120 Proposal Dadakan?
121
Bab 121 Insiden di Kelas
122
Bab 122 Salah Paham
123
Bab 123 Kejutan
124
Bab 124 Kepercayaan
125
Bab 125 Kehadiran Dosen Baru
126
Bab 126 Kehadiran Dosen Baru
127
Bab 127 Pertanyaan yang sulit dijawab
128
Bab 128 Dosen Muda Berbakat
129
Bab 129 Drama mau Dinas Luar Negeri
130
Bab 130 Drama mau Dinas Luar Negeri Bagian 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!