Bab 20 Ke Rumah Mantan Bagian 1

‘Kak Rian, sakit? Perasaan kemaren - kemaren masih fit - fit aja. Sampai bisa peluk - pelukan sama mahasiswanya?’, Kirana bertanya - tanya dalam hati di sepanjang koridor ruangan dosen menuju ke lantai bawah yang tak jauh dari perpustakaan.

‘Parah ga ya? Dia di rumah sama siapa? Ah.. paling ada asisten rumah tangga nya. Gak mungkin dia gak hire orang.’, pikir Kirana lagi.

Kadang dia berjalan maju ke depan. Kadang dia kembali berputar arah.

‘Apa aku perlu cek kesana?’

‘Apa - apaan kamu Ran. Mau jengukin kesana? Buat apa? Memang kamu siapanya?’

‘Tapi, gimana kalau ternyata dia benar - benar sendirian? Teman dosennya aja ga tau rumah dia dimana. Masa sih?’

‘Ih.. apa peduli aku. Mau dia sakit, mau dia lagi mesra - mesraan sama cewe. Sudah bukan urusan aku. Dia kan cowo playboy, ngapain harus dikhawatirin.’

‘Tunggu, khawatir? Siapa yang khawatir. Aku? Engggaaaaak.’

‘Hah.. tapi sudah dua hari, sudah ke rumah sakit belum ya? Jangan - jangan parah? Kiranaaaaaaaaa.’, Kirana berteriak dalam hati saking stressnya.

Seolah ada dua orang yang ada di dalam dirinya sekarang. Satu orang yang masih mencintai Rian. Dan satu orang lagi yang ingin melupakan dan membenci Rian.

“Ran.”, panggilan seseorang dari belakang mengejutkan Kirana.

“Oh? Aku tidak mau menjenguknya kok.”, balas Kirana tiba - tiba.

“Menjenguk? Menjenguk siapa? Keluarga kamu ada yang sakit? Atau teman kamu?”, tanya laki - laki yang ternyata adalah Radit.

“Enggak. Aku tadi lagi baca dialog. Iya.. dialog ha-ha.”, jawab Kirana canggung.

Saking gugupnya, entah dari mana tiba - tiba saja alasan tersebut muncul begitu saja dari mulutnya.

“Dialog? Kamu ikut klub teater? Aku baru tahu.”, jawab Radit.

‘Aku? Apa - apaan sih si Radit.’, Kirana baru sadar kalau Radit malah menggunakan ‘Aku’ dan ‘Kamu’ saat berbicara dengannya.

“Enggak. Tumben lo ada di kampus. Perasaan belakangan lo sering banget ada di kampus.”, Kirana berusaha menarik Radit untuk masuk ke topik lain yang ternyata malah memperkeruh suasana.

“Wah.. perhatian banget sampai tahu kalau gue sering di kampus.”, balas Radit.

Mendengar Kirana menggunakan ‘gue’ dan ‘lo’, Radit kembali mengganti kata panggilannya.

‘Syukurlah dia kembali ke panggilan itu. Tapi, sekarang dia malah ke-GR-an. Ya sudahlah. Itu kan urusan dia.’, ucap Kirana dalam hati.

“Ghea yang bilang. Oiya, gue masih ada urusan, gue cabut duluan, ya.”, kata Kirana langsung mengambil langkah mundur dari hadapan Radit.

“Ran, lo mau kemana? Bukannya jam 1, lo ada kelas ya?”, teriak Radit karena Kirana sudah melesat dengan cepat.

Alhasil pertanyaan Radit tak dijawab olehnya karena Kirana pun sudah berada jauh dari radarnya.

***********

“Pak, nanti ada perempatan, disana bapak lurus aja ya. Nanti sebelah kiri ga jauh dari jalan itu ada perumahan. Langsung masuk ke sana aja. Rumahnya pas di sebelah kiri.”, ujar Kirana pada sopir taksi yang sedang ditumpanginya.

Setelah berdebat lama dengan dirinya, Kirana akhirnya tanpa sadar sudah berada di dalam taksi. Dia bahkan bolos dari kelasnya.

‘Apa yang sedang aku lakukan sekarang? Tapi, sudah terlanjur kesini. Ya sudahlah. Aku tinggal cek saja ke ART nya.’, pikir Kirana.

Kalau dia hanya kesana untuk memeriksa ke ART Rian, dia masih bisa kembali ke kampus dan masuk ke kelas. Masih ada sekitar 1 jam 30 menit lagi sebelum kelasnya dimulai.

Kring kring kring kring

“Halo.”, jawab Kirana.

“Ran, dimana lo? Gue cari - cari dari tadi mau makan siang bareng ga muncul - muncul. Gue kirim pesan, kenapa gak dibales?”, tanya Ghea dengan latar belakang hiruk pikuk mahasiswa di yang ricuh di dalam kantin.

Ya, jam - jam segini memang jam - jam sibuk kantin. Kirana bisa mendengarkan dengan jelas berbagai pesanan yang disebutkan. Membuat perutnya lapar saja.

“Gue lagi ada urusan. Kalau gue gak dateng. Gue boleh titip absen ya, Ghe.”, kata Kirana meminta bantuan.

“Eh.. enak aja. Lo gak tahu? Ini dosen tuh paling alergi sama yang namanya titip absen alias T.A. Kalau doi tahu, kita bisa gak boleh ikut ujian nanti.”, tutur Ghea.

“Iyaa.. gue lupa. Ya udah. Gue cuma sebentar kok. Harusnya sebelum kelas dimulai gue udah balik lagi.’, jawab Kirana lagi.

“Bener ya. Yah.. gue makan sendirian dong.”, keluh Ghea melalui sambungan teleponnya.

“Sekali - kali. Biar lo gak jomblo terus.”, ucap Kirana sekenanya.

“Enak aja. Lo juga jomblo, pake ngatain orang segala.”, kemudian Ghea menutup sambungan teleponnya.

“Maaf, mba. Sudah sampai, rumahnya yang mana?”, tanya sopir taksi itu pada Kirana.

“Itu Pak, yang sebelah kiri ujung mendekati perempatan.”, balas Kirana.

“Oh.. baik, Mba.”

Kirana melihat sekeliling rumah yang ternyata sudah banyak ditemani oleh beberapa perumahan yang lain. Dulu, seingatnya disini banyak sekali kebun ala - ala yang dibuat oleh mendiang mantan mertuanya (papa Rian).

Sepertinya sebagian tanahnya sudah dijual. Kebun - kebun itu juga sudah tidak ada lagi. Kirana celingak - celinguk melihat ke dalam dari arah pagar. Tidak ada tanda - tanda kehidupan. Sepi sekali.

“Apa dia memilih untuk tinggal di apartemen? Aduh, aku tidak tanya lagi. Tapi ngapain dia tinggal disana. Bukannya dia tidak suka tinggal di apartemen.”, Kirana ragu - ragu untuk menekan bel.

Dia bingung. Sudah sampai disini, tidak mungkin balik lagi. Tapi, kalau dia menekan bel dan ada yang menjawab, bagaimana dia harus menghadapi pertanyaan - pertanyaan yang mungkin akan di lontarkan Rian?

‘Bismillah’, ucapnya dalam hati kemudian menekan bel rumah.

Kirana menekan sekali, namun ia tunggu selama beberapa detik, tidak ada yang menyahut.

Kirana mencoba menekannya satu kali lagi.

Kali ini, dia menunggu selama lebih kurang satu - dua menit. Dan masih tidak ada yang menyahut.

“Apa aku pulang saja, ya. Mungkin dia tidak disini. Siapa yang tahu. Mungkin dia sudah memiliki wanita lain dan sekarang sedang bersamanya. Yang lebih dewasa dibandingkan aku yang masih bocah.”, ungkap Kirana kesal.

“Cari siapa neng?”, tiba - tiba seoran wanita yang seumuran dengan ibunya lewat dan bertanya.

“Oh.. saya cari yang punya rumah. Sudah tekan bel dua kali tapi tidak ada yang membukakan. Apa Bi Risma sudah tidak bekerja disini lagi?”, tanya Kirana ragu.

“Oh.. Den Rian ya?”, ucap wanita itu seketika ingat.

“Iya, Bu.”, jawab Kirana.

“Saya juga ART di perumahan dekat sini. Dua blok dari sini. Baru. Hahaha.. Saya kenal sama Bi Risma. Setahu saya Bi Risma lagi pulang kampung. Anaknya sakit. Sudah seminggu.”, terang wanita tersebut.

“ART yang lain?”, sebelumnya, ada dua orang ART lain yang membantu di rumah keluarga Rian.

“Yang lain? Seingat saya cuma ada Bi Risma, neng. Tidak ada yang lain. Saya baru, jadi hanya kenal dengan Bi Risma saja.”, jawab wanita itu.

Kring kring kring

Seperti ada yang bergetar di saku celana wanita itu. Dia buru - buru mengangkatnya.

“Halo, iya Bu. Saya sudah beli. Iya, saya segera pulang, Bu.”, ujarnya.

Saat itu dia sedang mengendarai sepeda motor. Begitu dia menutup teleponnya, wanita itu langsung menstarter kembali sepeda motornya.

“Neng, coba telepon Bi Rismanya saja. Saya buru - buru. Maaf ya neng.”, sahutnya langsung pergi meninggalkan Kirana saat itu juga.

“Telpon Bi Risma? Apa nomor ponselnya masih sama? Apa aku coba telpon Kak Rian saja? Ah.. bodoh.. Dia kan sudah tidak menggunakan nomor itu lagi. Hah.. ribet. Aku pulang saja lah kalau begitu.”, setelah lama berpikir, akhirnya Kirana memutuskan untuk pulang.

“Kirana?”

Namun, langkah Kirana langsung berhenti ketika seseorang yang dia kenal memanggilnya dari dalam. Seketika itu juga bunyi kunci pintu pagar terbuka. Sepertinya Rian menggunakan pintu pagar otomatis yang bisa dibuka langsung dari dalam. Seingat Kirana, dulu masih supirnya yang membuka dan menutup pintu secara manual.

“Masuk.”, lanjut Rian kemudian melangkah ke dalam.

Dia bahkan tak menunggu Kirana yang masih terdiam di depan pagar.

‘Apa - apaan dia. Normalnya kan kalau orang bertamu, yang punya rumah nunggu dong orangnya sampai masuk. Ini cuma bukain pintu doang trus ngilang? Dia mau aku masuk atau enggak sih.”, protes Kirana.

Episodes
1 Bab 1 Insiden Pagi di Kampus
2 Bab 2 Dosen Killer
3 Bab 3 Hukuman Dosen Killer
4 Bab 4 Hal yang Disembunyikan
5 Bab 5 Gosip dan Single Parent
6 Bab 6 Tugas dari Dosen
7 Bab 7 Tertidur
8 Bab 8 Cinta tanpa Hubungan
9 Bab 9 Hubungan tanpa Cinta
10 Bab 10 Hah, kok bisa?
11 Bab 11 Pasti ada yang salah
12 Bab 12 Bisa bisanya Dosen Fisika Ganti
13 Bab 13 Menghindar
14 Bab 14 Penjelasan
15 Bab 15 Insiden Tidak Terduga
16 Bab 16 Pacar Ketua BEM bikin ulah lagi
17 Bab 17 Salah Paham
18 Bab 18 Teman, Pacar, Sahabat, Mantan Suami
19 Bab 19 Sakit?
20 Bab 20 Ke Rumah Mantan Bagian 1
21 Bab 21 Ke Rumah Mantan Bagian 2
22 Bab 22 Ke Rumah Mantan Bagian 3
23 Bab 23 Tiba - tiba jadi Dingin
24 Bab 24 Tindakan tak Terduga
25 Bab 25 Pria Nyebelin
26 Bab 26 Kehebohan di Mobil Radit
27 Bab 27 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 1
28 Bab 28 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 2
29 Bab 29 Rahasia di balik Lembar Jawaban yang Hilang
30 Bab 30 Akhirnya Ketahuan
31 Bab 31 Sahabat Masa Lalu
32 Bab 32 Rasa yang Pernah Ada
33 Bab 33 What is wrong with Raka
34 Bab 34 Sandiwara Kirana
35 Bab 35 Kilas Balik
36 Bab 36 Awal Pertemuan
37 Bab 37 Hamil
38 Bab 38 Mengulik Masa Lalu
39 Bab 39 Mimpi Buruk
40 Bab 40 Mantan Terindah
41 Bab 41 Serba Serbi Dosen Killer
42 Bab 42 Radit Agresif
43 Bab 43 Akhirnya Jujur
44 Bab 44 Siapa Wanita itu?
45 Bab 45 Perkelahian di Klub
46 Bab 46 Memar
47 Bab 47 Masih Perhatian
48 Bab 48 Soal Kuis dari Siluman Rubah
49 Bab 49 Pengen Kabur
50 Bab 50 Lembaran Masa Lalu
51 Bab 51 Patah Hati
52 Bab 52 Wanita di Kehidupan Rian
53 Can’t forget you
54 Bab 54 Perasaan Campur Aduk
55 Bab 55 Tanpa Status
56 Bab 56 Cemburu
57 Bab 57 Curhat
58 Bab 58 PDKT Orang Ketiga di mulai
59 Bab 59 Reuni di Lapangan Tenis
60 Bab 60 PDKT Orang Ketiga
61 Bab 61 Tindakan Tak Terduga
62 Bab 62 Kemarahan Rian
63 Bab 63 Ujian Tengah Semester ‘Fisika Dasar’
64 Bab 64 Pertemuan Kirana dan Claudia
65 Bab 65 Perlahan Terungkap
66 Bab 66 Rencana Terselubung Raka
67 Bab 67 Salah Sangka
68 Bab 68 Aksi Protes Kirana pada Rian
69 Bab 69 Wanita di Hidup Rian
70 Bab 70 Acara Pentas Seni segera dimulai
71 Bab 71 Sandiwara Kirana di depan Raka
72 Bab 72 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H)
73 Bab 73 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 2
74 Bab 74 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 3
75 Bab 75 Saling Bertanya
76 Bab 76 Drama Terkunci di Toilet
77 Bab 77 Penyelamat disaat genting
78 Bab 78 Bangun Pagi di Hotel
79 Bab 79 Sesuatu yang Mengejutkan
80 Bab 80 Kenapa masih simpan Foto Kita?
81 Bab 81 Bukannya itu Pak Rian?
82 Bab 82 Pak Rian ke Rumah Sakit?
83 Bab 83 Cinta ditengah bayang - bayang masa lalu
84 Bab 84 Bersembunyi
85 Bab 85 Lepas dari Rasa Bersalah
86 Bab 86 Situasi Genting
87 Bab 87 Situasi Genting Masih Berlanjut
88 Bab 88 Jadi, Pak Rian itu siapanya Kirana?
89 Bab 89 Mantan Suami Gue
90 Bab 90 Dosen Killer tetep aja Killer
91 Bab 91 Surat Ancaman
92 Bab 92 Cowok Red Flag
93 Bab 93 Rian punya mata - mata
94 Bab 94 Tawaran Raka yang Sulit ditolak
95 Bab 95 Rencana Tahap Awal dimulai
96 Bab 96 Kepo tapi Gengsi
97 Bab 97 Kirana dapat Surat Misterius lagi
98 Bab 98 Permintaan Maaf
99 Bab 99 Makan Malam di Apartemen Raka
100 Bab 100 Perang Dingin
101 Bab 101 Definisi Rasa
102 Bab 102 Menjalani Hidup Masing - masing
103 Bab 103 Interaksi Rian dan Raka
104 Bab 104 Hubungan Raka dan Kirana
105 Bab 105 Showtime!
106 Bab 106 Mau kemana mereka?
107 Bab 107 Real Showtime!
108 Bab 108 Kenyataan dibalik Surat Ancaman
109 Bab 109 Bukan Begini Caranya
110 Bab 110 Kesal
111 Bab 111 Apa yang sebenarnya terjadi?
112 Bab 112 Tempat Bersandar bagian 1
113 Bab 113 Chapter Baru
114 Bab 114 Keberanian
115 Bab 115 Ngampus lagi
116 Bab 116 Bagaimana mungkin?
117 Bab 117 Bekas Luka itu ternyata begitu dalam
118 Bab 118 Siapa itu?
119 Bab 119 Pembicaraan Serius
120 Bab 120 Proposal Dadakan?
121 Bab 121 Insiden di Kelas
122 Bab 122 Salah Paham
123 Bab 123 Kejutan
124 Bab 124 Kepercayaan
125 Bab 125 Kehadiran Dosen Baru
126 Bab 126 Kehadiran Dosen Baru
127 Bab 127 Pertanyaan yang sulit dijawab
128 Bab 128 Dosen Muda Berbakat
129 Bab 129 Drama mau Dinas Luar Negeri
130 Bab 130 Drama mau Dinas Luar Negeri Bagian 2
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Bab 1 Insiden Pagi di Kampus
2
Bab 2 Dosen Killer
3
Bab 3 Hukuman Dosen Killer
4
Bab 4 Hal yang Disembunyikan
5
Bab 5 Gosip dan Single Parent
6
Bab 6 Tugas dari Dosen
7
Bab 7 Tertidur
8
Bab 8 Cinta tanpa Hubungan
9
Bab 9 Hubungan tanpa Cinta
10
Bab 10 Hah, kok bisa?
11
Bab 11 Pasti ada yang salah
12
Bab 12 Bisa bisanya Dosen Fisika Ganti
13
Bab 13 Menghindar
14
Bab 14 Penjelasan
15
Bab 15 Insiden Tidak Terduga
16
Bab 16 Pacar Ketua BEM bikin ulah lagi
17
Bab 17 Salah Paham
18
Bab 18 Teman, Pacar, Sahabat, Mantan Suami
19
Bab 19 Sakit?
20
Bab 20 Ke Rumah Mantan Bagian 1
21
Bab 21 Ke Rumah Mantan Bagian 2
22
Bab 22 Ke Rumah Mantan Bagian 3
23
Bab 23 Tiba - tiba jadi Dingin
24
Bab 24 Tindakan tak Terduga
25
Bab 25 Pria Nyebelin
26
Bab 26 Kehebohan di Mobil Radit
27
Bab 27 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 1
28
Bab 28 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 2
29
Bab 29 Rahasia di balik Lembar Jawaban yang Hilang
30
Bab 30 Akhirnya Ketahuan
31
Bab 31 Sahabat Masa Lalu
32
Bab 32 Rasa yang Pernah Ada
33
Bab 33 What is wrong with Raka
34
Bab 34 Sandiwara Kirana
35
Bab 35 Kilas Balik
36
Bab 36 Awal Pertemuan
37
Bab 37 Hamil
38
Bab 38 Mengulik Masa Lalu
39
Bab 39 Mimpi Buruk
40
Bab 40 Mantan Terindah
41
Bab 41 Serba Serbi Dosen Killer
42
Bab 42 Radit Agresif
43
Bab 43 Akhirnya Jujur
44
Bab 44 Siapa Wanita itu?
45
Bab 45 Perkelahian di Klub
46
Bab 46 Memar
47
Bab 47 Masih Perhatian
48
Bab 48 Soal Kuis dari Siluman Rubah
49
Bab 49 Pengen Kabur
50
Bab 50 Lembaran Masa Lalu
51
Bab 51 Patah Hati
52
Bab 52 Wanita di Kehidupan Rian
53
Can’t forget you
54
Bab 54 Perasaan Campur Aduk
55
Bab 55 Tanpa Status
56
Bab 56 Cemburu
57
Bab 57 Curhat
58
Bab 58 PDKT Orang Ketiga di mulai
59
Bab 59 Reuni di Lapangan Tenis
60
Bab 60 PDKT Orang Ketiga
61
Bab 61 Tindakan Tak Terduga
62
Bab 62 Kemarahan Rian
63
Bab 63 Ujian Tengah Semester ‘Fisika Dasar’
64
Bab 64 Pertemuan Kirana dan Claudia
65
Bab 65 Perlahan Terungkap
66
Bab 66 Rencana Terselubung Raka
67
Bab 67 Salah Sangka
68
Bab 68 Aksi Protes Kirana pada Rian
69
Bab 69 Wanita di Hidup Rian
70
Bab 70 Acara Pentas Seni segera dimulai
71
Bab 71 Sandiwara Kirana di depan Raka
72
Bab 72 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H)
73
Bab 73 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 2
74
Bab 74 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 3
75
Bab 75 Saling Bertanya
76
Bab 76 Drama Terkunci di Toilet
77
Bab 77 Penyelamat disaat genting
78
Bab 78 Bangun Pagi di Hotel
79
Bab 79 Sesuatu yang Mengejutkan
80
Bab 80 Kenapa masih simpan Foto Kita?
81
Bab 81 Bukannya itu Pak Rian?
82
Bab 82 Pak Rian ke Rumah Sakit?
83
Bab 83 Cinta ditengah bayang - bayang masa lalu
84
Bab 84 Bersembunyi
85
Bab 85 Lepas dari Rasa Bersalah
86
Bab 86 Situasi Genting
87
Bab 87 Situasi Genting Masih Berlanjut
88
Bab 88 Jadi, Pak Rian itu siapanya Kirana?
89
Bab 89 Mantan Suami Gue
90
Bab 90 Dosen Killer tetep aja Killer
91
Bab 91 Surat Ancaman
92
Bab 92 Cowok Red Flag
93
Bab 93 Rian punya mata - mata
94
Bab 94 Tawaran Raka yang Sulit ditolak
95
Bab 95 Rencana Tahap Awal dimulai
96
Bab 96 Kepo tapi Gengsi
97
Bab 97 Kirana dapat Surat Misterius lagi
98
Bab 98 Permintaan Maaf
99
Bab 99 Makan Malam di Apartemen Raka
100
Bab 100 Perang Dingin
101
Bab 101 Definisi Rasa
102
Bab 102 Menjalani Hidup Masing - masing
103
Bab 103 Interaksi Rian dan Raka
104
Bab 104 Hubungan Raka dan Kirana
105
Bab 105 Showtime!
106
Bab 106 Mau kemana mereka?
107
Bab 107 Real Showtime!
108
Bab 108 Kenyataan dibalik Surat Ancaman
109
Bab 109 Bukan Begini Caranya
110
Bab 110 Kesal
111
Bab 111 Apa yang sebenarnya terjadi?
112
Bab 112 Tempat Bersandar bagian 1
113
Bab 113 Chapter Baru
114
Bab 114 Keberanian
115
Bab 115 Ngampus lagi
116
Bab 116 Bagaimana mungkin?
117
Bab 117 Bekas Luka itu ternyata begitu dalam
118
Bab 118 Siapa itu?
119
Bab 119 Pembicaraan Serius
120
Bab 120 Proposal Dadakan?
121
Bab 121 Insiden di Kelas
122
Bab 122 Salah Paham
123
Bab 123 Kejutan
124
Bab 124 Kepercayaan
125
Bab 125 Kehadiran Dosen Baru
126
Bab 126 Kehadiran Dosen Baru
127
Bab 127 Pertanyaan yang sulit dijawab
128
Bab 128 Dosen Muda Berbakat
129
Bab 129 Drama mau Dinas Luar Negeri
130
Bab 130 Drama mau Dinas Luar Negeri Bagian 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!