Kelas Fisika kembali dimulai. Padahal rasanya baru kemarin Kirana harus sakit kepala karena mengerjakan tugas - tugas Fisika yang diberikan oleh Pak Rian selaku dosen pengganti. Kelas hari ini mulai pukul 10 dan selesai pukul 11.40 menit.
“Ran, Ran. Sudah jam segini, kok Bu Rika belum masuk juga, ya? Apa jangan - jangan Bu Rika ga masuk lagi?”, tanya Ghea dengan nada menakutkan.
“Ih… jangan ngagetin gitu bisa gak sih, Ghe. Ini tuh belum jam 10. Masih 9.55. Masih ada waktu 5 menit lagi.”, kata Kirana yang super sensitif mendengarkan nama ‘Pak Rian’ disebutkan.
Kirana sudah melakukan banyak pengorbanan besar hanya untuk bisa mendapatkan kelas ini. Artinya, dia sudah mengeluarkan modal besar agar bisa masuk ke kelas Bu Rika dan terbebas dari kelas Pak Rian.
“Sensi amat sih. Heh.. gue bilangin nih ya. Dimana - mana dosen itu masuknya 15 menit sebelum kelas. Apalagi Bu Rika. Beliau kan rajinnya ngalahin orang sekampus.”, kata Ghea.
Kali ini Ghea bukanlah bermetafora. Bu Rika memang terkenal sebagai guru yang paling rajin. Dia sering kali masuk 15 menit sebelum kelas dimulai jika sebelumnya Bu Rika tidak memiliki kelas.
Dan hari ini adalah hari yang dimaksud. Kalau melihat jadwal, Bu Rika hanya memiliki jadwal mengajar pagi jam 10 dan kemudian siang jam 2.
“Mungkin beliau hari ini ada bimbingan mahasiswa, jadi telat.”, Kirana sedari tadi masih berusaha untuk ber-positive thinking.
Dia tidak bisa membayangkan kalau hari ini Bu Rika juga tidak masuk. Pokoknya dia tidak mau membayangkannya.
“Pak Rian, Pak Rian.”, kata Ghea menunjuk ke pintu masuk.
Saat itu, Kirana memang sedang sibuk melihat laptopnya karena sedang berusaha merevisi proposal pentas seni yang akan diadakan di kampusnya.
Dengan darah berdesir dan jantung yang deg-deg-an, Kirana melihat ke arah pintu yang ditunjuk oleh Ghea, sahabatnya.
“Ghea……!!!!!! Awas lo, ya.”, kata Kirana dengan muka merahnya.
Dia sudah sangat emosi karena temannya itu berani - beraninya mempermainkannya.
“Ha-ha-ha-ha… ya ampun, Ran. Se-trauma itu lo sama Pak Rian. Doi baik loh, ganteng lagi. Sayang aja sudah om - om.”, kata Ghea tengah melayangkan godaannya pada Kirana.
“Udah Ih. Awas lo ya, sekali lagi sebut - sebut nama Pak Rian. Nanti tuh dia jadi datang. Lo panggil mulu namanya.”, kata Kirana memukul bahu temannya.
Tak lama setelah mereka berdebat, seorang wanita dengan tinggi semampai masuk melalui pintu yang tadi ditunjuk - tunjuk oleh Ghea.
Saat itu juga Kirana akhirnya bisa bernafas lega. Orang yang dia tunggu - tunggu, meskipun bukan mata kuliahnya, akhirnya datang menyelamatkan hari-nya.
“Anak – anak maaf kan ibu ya. Kemarin Ibu tidak bisa masuk mengajar di kelas karena ada urusan mendadak. Ibu dengar Pak Rian sudah ngasih kalian tugas. Dan ternyata rekap nilainya juga sudah diberikan pada ibu. Nanti sore baru akan ditempel di portal, ya.”, ucap Bu Rika segera langsung to the point saat memasuki kelas.
Dia meletakkan tasnya. Kirana masih tekun mengamatinya. Dia sangat ingin memastikan kalau Bu Rika yang mengajarnya hari ini.
Biasanya, untuk setiap tugas, Dosen memang langsung akan memajang nilainya di portal online kampus. Hal ini untuk mempermudah transparansi nilai pada hasil akhir nanti. Siswa memiliki rekapan nilainya dan bisa menghitung sendiri sehingga tidak ada kesalahan.
Transparansi ini juga membantu mereka untuk bisa berusaha dan mengatur strategi lebih baik agar bisa mendapatkan nilai yang memuaskan. Misalnya, jika mereka mendapatkan performa yang buruk di tugas - tugas awal atau tengah semester, maka mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa mendapatkan yang terbaik pada ujian akhir semester.
Apalagi masing - masing jenis tugas dan ujian itu memiliki proporsinya masing - masing. Dan semua itu sudah dijelaskan di awal saat mereka pertama kali masuk kelas.
Tak heran mereka begitu gigih dan tak main – main dalam mengerjakan tugas. Tentu jika tak mau nama mereka dipermalukan menjadi urutan terakhir. Ya, hal yang unik di beberapa kelas di kampus ini adalah dosen senang menampilkan nilai mahasiswa.
Bukan hanya ingin sekedar pamer - pameran atau saling menjatuhkan tetapi kemudian dosen memberikan transparansi agar siswa yang kurang bisa menghubungi siswa yang memiliki nilai yang baik. Tak jarang, Dosen juga membantu untuk memberikan partner belajar dalam satu tim yang terdiri dari variasi tingkatan nilai yang berbeda.
Dan di kelas ini urutan pertama selalu berubah – ubah tapi satu yang tak pernah berubah adalah siswa yang berada di peringkat terakhir. Yana, gadis cupu berkacamata tebal itu selalu menduduki peringkat terakhir.
Kirana bahkan mengira mungkin dia sudah kebal dengan semua cercaan yang datang padanya. Meski dosen bermaksud baik, namun tetap saja ada anak - anak di kampus yang melakukan hal yang tidak menyenangkan.
Terkadang Kirana menaruh empati pada Yana. Besar sekali hatinya sampai bisa menahan semua cercaan teman - temannya yang bahkan lebih kejam dari host acara gosip.
Sedangkan Kirana, ia selalu menempati posisi yang sama, peringkat kelima. Jalan otaknya memang tidak sepintar itu untuk urusan Fisika. Tapi ia cukup rajin untuk sekedar mengulang pelajaran dan bertanya pada Ghea yang sudah pernah beberapa kali mendapat peringkat pertama dan merasakan bagaimana rasanya di traktir di restoran jepang ternama di Jakarta.
Ya, terkadang Dosen juga senang memberikan apresiasi pada 5 hingga 10 besar yang masuk peringkat pertama.
Biasanya hadiah – hadiah seperti ini baru diberikan pada perhitungan peringkat untuk ujian sekolah.
“Kali ini pasti Yana lagi yang di urutan terakhir. Ya kan bu ?” ucap Sella, cewek paling songong seantero sekolah, padahal peringkat dia juga cuma belasan.
“Ooh.. saya rasa kalian salah. Kali ini yang berada di urutan terakhir justru Kirana.”, Bak disambar petir, meski bu Rika menyampaikan dengan santai, tapi tetap terdengar seperti sambaran petir di siang bolong untuknya. .
Semua melongo termasuk Kirana, meski ia tidak pandai Fisika tapi ia tak pernah memikirkan bahwa ia akan berada di peringkat paling akhir untuk latihan ini. Ia bertanya – tanya. Karena ini pertama kalinya ia mendapat peringkat terakhir, ia bersyukur tak ada hinaan yang keluar dari mulut teman – temannya. Karena mereka juga cukup shock bahkan untuk sekedar mengungkapkan hinaan. Sedangkan, Yana justru merangkak ke peringkat 11. Semua orang heran.
“Bu, apa ibu yakin tidak ada kesalahan?”, tanya Kirana sambil mendekati dosen tersebut.
Kelas sepertinya mau dimulai, tetapi Kirana merasa ini tidak benar. Dia mengerjakannya dengan sungguh - sungguh, meskipun sambil mengeluarkan sumpah serapah.
“Maaf bu, ini yang menilai Pak Rian, ya?”, tanya Kirana langsung to the point.
Ini pertanyaan optional. Tidak mungkin dia mendapatkan peringkat sampai terakhir. Jika memang dia tidak teliti mengerjakannya, minimal peringkat 10 atau 20. Di kelas ini ada sekitar 60-70 mahasiswa. Kenapa malah dia yang peringkat terakhir?
Kirana masih tidak bisa menerima ini dengan nalarnya. Dia merasa ada yang salah disini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Rita Riau
ngeprank Kirana aja kali tuch Bu dosen nya,,,
2023-11-30
0