Seusai pengumuman dan kelas terakhir dari Bu Rika, Kirana langsung berjalan menuju ruangan Rian. Langkahnya penuh keyakinan untuk menanyakan, ‘Bagaimana bisa dia justru berada di peringkat terakhir padahal dia sudah mengerjakan tugas itu dengan sungguh - sungguh. Bahkan dia harus tidur hanya dua jam saja dan mengantarkan tugas kembali jam 6 pagi.’.
Ghea sudah mencoba mencegah Kirana. Namun, usahanya gagal. Sahabatnya itu seperti tidak bisa lagi dihentikan karena ini berhubungan dengan nilai kuliah. Masa depannya.
“Ran, santai dulu. Jangan main langsung samperin ke ruangan beliau. Kamu coba kirim pesan dulu. Email kek apa kek.”, kata Ghea memberikan saran.
“Ga bisa. Tu orang harus gue samperin. Emangnya gue ngerjain tugas itu gampang apa. Ga mungkin banget gue peringkat terakhir. Ghe, kalopun jawaban gue salah, itu ga mungkin lebih dari setengah dari jumlah soal. Sementara, kalau lihat nilai yang diberikan oleh Bu Rika tadi, gue dapet 10, Ghe. berarti jawaban gue cuma 10 yang benar dari 100 soal. Ga make sense.”, kata Kirana emosi.
“Aduh.. gue males banget berurusan sama dosen killer macam Pak Rian. Bisa - bisa gue dapet nilai ‘I’. Kan cuma tugas Ran. Siapa tahu aja lo memang salah jawaban.”, kata Ghea masih berusaha menghentikan.
“Kalo lo takut dan ga mau nemenin, It’s okay. Gue jalan sendiri. Ga masalah.”, kata Kirana terus melanjutkan langkahnya.
“Duh….”, Ghea memilih untuk tidak ikut daripada dia harus dapat nilai ‘I’ untuk mata kuliah ini.
“Semoga lo berhasil ya, Ran. Maafkan teman lo yang pengecut ini.”, kata Ghea dengan suara kecil. Ucapannya sudah pasti tidak akan terdengar oleh Kirana yang sudah pergi melesat jauh.
**********
“Maaf, pak. Saya ingin meminta penjelasan atas nilai Fisika yang tadi baru disampaikan oleh Bu Rika di kelas.”, ucap Kirana to the point.
Kirana datang di waktu yang tepat sekali. Tidak ada orang lain di ruangan itu kecuali Pak Rian. Sepertinya Bu Rika masih ada kelas dimana dia juga akan mengumumkan hal yang sama dengan pengumuman yang dia sampaikan tadi di kelas Kirana.
“Untuk apa?”, tanya Rian yang sedang duduk santai di kursi empuknya dengan sebuah novel berada di tangannya.
Rian masih tidak berniat untuk menutup novel tersebut dan masih menunggu kalimat selanjutnya keluar dari mulut Kirana.
Ini sudah menjadi pertemuan mereka yang kedua selama semester 3 ini. Pertemuan dimana hanya ada mereka berdua saja.
“Meskipun saya bodoh. Tapi sepanjang sejarah saya tidak pernah mendapat peringkat terburuk di kelas. Apalagi ini adalah peringkat terakhir dengan nilai ‘10’. Saya tidak bisa menerima ini, Pak. Sudah pasti terjadi kesalahan dalam penilaian. Saya mohon Pak Rian untuk memeriksa kembali.”, ucap Kirana memberikan tekanan pada beberapa kalimat yang dia rasa perlu ditegaskan.
Kirana, gadis itu melihat pria yang ada di depannya dengan perasaan setengah - setengah. Dia adalah dosen Fisika di kampusnya yang terdengar killer. Kemudian, dia juga adalah pria yang pernah ada dalam hidupnya dan memberikan luka yang sangat besar untuknya disana.
Keberanian Kirana untuk bisa langsung mempertanyakan nilainya tak terlepas dari dirinya yang masih melihat hubungan itu dalam dirinya dan Rian. Rasa kesalnya dengan lebih mudah dia luapkan.
Jika hal seperti ini terjadi pada dosen lain, Kirana tentu tak berani untuk bersikap demikian.
“Saya rasa tidak ada. Lembar jawaban itu dinilai dengan cara di scan. Jadi saya tidak melakukan pemeriksaan manual. Jika ada kesalahan, mungkin kamu yang salah memberikan jawaban.”, jawab Rian.
Kini, pria itu sudah mau menurunkan novel yang dia baca. Tapi, dia masih memegangnya. Matanya tajam menatap Kirana yang berdiri di hadapannya.
“Tapi saya tidak merasa kertas saya rusak pak. Dan saya yakin, walaupun jawaban saya salah, tidak mungkin lebih dari 50% nya salah. Sebodoh - bodohnya saya di mata kuliah Fisika, saya tidak mungkin mendapatkan nilai 10.”, ucap Kirana.
Suaranya sedikit bergetar. Dia merasa telah dicurangi.
“Mungkin saja jawaban kamu memang salah. Ingat, tupai yang pandai memanjat sekalipun bisa terjatuh. Mungkin saja kamu salah satu dari tupai – tupai itu.”, ucapan Rian barusan malah melukai hati Kirana.
‘Kenapa dia malah menyamaiku dengan tupai. Apa dia gila.’, kata Kirana kesal dalam hati.
“Bapak nggak lagi nyamain saya ama tupai kan pak?”, ucap Kirana dengan nada yang jelas saja marah.
“Ya, terserah bagaimana kamu mengartikannya. Kalau sudah tidak ada yang ingin dibicarakan lagi. Kamu boleh keluar.”, ucap Rian dingin.
‘Kenapa responnya sekarang malah jadi lebih dingin begini.’, pikir Kirana dalam hati.
Dia mengira, Rian akan menjelaskan padanya dengan penuh perhatian. Kenapa malah seperti mengajak bersitegang begini?
“Pak! Bapak gak bisa gitu dong. Saya hanya ingin memeriksa kembali”, Kirana kembali berteriak dan sepertinya ia tak mau kalah untuk yang satu ini. Sama seperti yang lainnya. Nilai adalah hidupnya saat ini di kampus. Dia sudah bekerja keras untuk itu.
“Silahkan keluar. Saya masih ada janji dengan mahasiswa lain.”, ucap Rian yang saat itu memang kemungkinan akan ada janji dengan mahasiswa yang akan bimbingan skripsi.
“Kamu nggak sedang ngerjain aku kan, mas?”, Kirana mulai menggunakan kata – kata yang biasa dia gunakan pada Rian.
“Kirana, kita sekarang sedang ada di kampus. Kamu tidak sopan. Bukankah kamu yang sangat tidak menginginkan kata - kata seperti itu muncul di sekitaran kampus?”, ucap Rian memberikan peringatan.
“Kenapa? Kebaca niat kamu? Kamu sengaja, kan biar aku datang kesini untuk tanya. Pasti kamu sengaja bikin nilai aku jelek. Terus apa maksudnya kamu harus jadi pengganti Bu Rika? Kamu sengaja juga untuk itu biar bisa terus mengawasi aku?”, Kirana sepertinya sudah kehilangan akal sehatnya.
“Kirana, saya masih ada janji dengan mahasiswa lain. Sebentar lagi mungkin dia akan datang. Kamu keluar sekarang. Jangan sampai ada yang mendengar ini dan salah mengartikan.”, ucap Rian tegas.
“Kenapa? Kamu takut kalau orang - orang tahu kalau kamu mantan suami aku? Bukannya kamu yang terus melewati batasan yang ada. Sekarang, kamu mau cosplay apa? Di tahun pertama kuliah, kamu cosplay jadi mantan suami yang pura - pura baik. Sekarang kamu mau kembali ke jati diri kamu sebenarnya?”, ucap Kirana dengan lantang.
“Kirana!.”, Rian menghentikan kata - kata Kirana yang sudah melewati batas.
‘Hah.. sepertinya aku salah sudah memancing emosinya.’, ucap Rian dalam hati.
“Saya akan cek lembar jawaban kamu kembali. Sekarang kamu keluar dulu.”, ucap Rian.
“Saya mau SEKARANG.”, balas Kirana.
“Saya ada bimbingan TA. Kamu bisa temui lagi saya disini jam 4 sore.”, balas Rian.
Kirana seolah mengiyakan dengan ekspresinya. Kemudian dia membuka pintu ruangan itu untuk keluar.
Alangkah terkejutnya Kirana. Ternyata di luar sudah ada seorang mahasiswa. Raka. Mahasiswa yang tadi baru saja dia lihat di kelas mereka. Entah sejak kapan laki - laki itu ada di luar.
Tidak hanya Kirana. Rian juga terkejut. Dia memang ada janji dengan mahasiswa S2. Tetapi masih sekitar 20 menit lagi. Dan mahasiswa itu tentunya bukan Raka. Dia juga baru pertama kali melihat mahasiswa itu.
Rian segera memperbaiki ekspresi wajahnya.
“Iya? Kamu cari siapa?”, tanya Rian pada mahasiswa itu.
Sedangkan Kirana, gadis itu sempat melirik ke arah Raka sebentar, kemudian langsung pergi meninggalkan ruangan itu. Ada sedikit bulir air mata yang turun di pipinya yang tak disadari Rian sebelumnya.
“Saya cari Pak Rian, dosen Fisika? Saya mahasiswa baru pindahan dari Perancis.”, balas Raka.
“Oh.. oke.. Iya.. saya sudah dengar dari Dekan. Katanya kamu ada rencana mau bergabung di riset ilmiah kampus. Tapi, bukannya janjinya sore ini?”, tanya Rian heran.
Selain sebagai dosen, Rian juga baru saja aktif untuk menjalankan riset ilmiah kampus khusus untuk Fisika. Riset ini nantinya akan di submit jika ada kesempatan olimpiade atau konferensi internasional.
Dekan Fakultas merekomendasikan Raka yang memiliki bakat di bidang ini kepada Rian. Tapi, Dekan mengatakan pertemuannya sore ini, setelah dia menyelesaikan bimbingan TA dan satu jadwal mengajarnya hari ini.
“Ah… saya hanya tidak sabar untuk memperkenalkan diri. Saya sangat ingin segera berpartisipasi dalam kelompok riset kampus.
“A-ah.. ha-ha.. Silahkan duduk.”, ucap Rian mempersilahkan.
************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
abdan syakura
🤭🤣🤣🤣🤣
Duduk Raka... Duduk...
2023-05-29
0